Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 26 Maret 2013

Diperkosa Penjual Kaligrafi Keliling

Bunga Sudah Dua Kali Diperkosa

Putussibau – Bunga, 20, (bukan nama sebenarnya) diperkosa dua orang penjual kaligrafi keliling, di Jalan Lintas Timur, Rabu (20/3) sekitar pukul 09.00. Kasus ini pun masih dalam penyelidikan Polsek Putussibau Selatan.
Bunga yang merupakan warga Sintang ini tinggal di rumah orangtua angkatnya. Saat itu pasangan pemilik rumah sedang bekerja. Sehingga di kediaman itu hanya ada ia dengan anak pemilik rumah yang berusia sekitar empat tahun. “Saat itu anak pemilik rumah sedang tidur di kamar orangtuanya,” ujar Kapolres Kapuas Hulu AKBP Dhani Kristianto SIK melalui Kapolsek Putussibau Selatan IPTU Yudi Sutrisno, Senin (25/3) di ruang kerjanya.
Kemudian datang dua orang penjual kaligrafi keliling menawarkan barang bawaannya. Namun Bunga tidak mau membelinya, sehingga akhirnya dua orang tersebut pulang. Tidak lama, tiba-tiba kedua pelaku datang lagi dan masuk ke rumah melalui pintu belakang. Ketika di dalam rumah, pelaku menodongkan pisau ke arah korban. Dalam kondisi ketakutan ditodong pisau, Bunga akhirnya pingsan.
Saat pingsan itulah, diduga kedua pelaku memperkosa Bunga. Pasalnya ketika Bunga sadar dari pingsan, ia mendapatkan dirinya dalam keadaan sudah bugil. Peristiwa pemerkosaan tersebut berada di ruang tengah depan televisi. “Ketika sadar dari pingsan, korban juga melihat rumah sudah acak-acakan,” kata Kapolsek.
Sebab selain memperkosa, pelaku juga mencuri uang di rumah tersebut. Karena uang milik Bunga sekitar Rp400 ribu hilang didalam dompetnya. Sementara uang Rp1,3 juta dalam koper kamar pemilik rumah juga hilang. “Korban menghubungi pemilik rumah, setelah diperiksa ada uang miliknya yang hilang,” pungkas Yudi.
Kasus ini pun telah dilaporkan Bunga ke Polsek Putussibau Selatan. Terhadap Bunga pun, polisi sudah melakukan visum. Kasus ini masih dalam penyelidikan untuk mengungkap siapa pelakunya. “Kita imbau supaya masyarakat berhati-hati, apalagi terhadap orang yang tidak dikenal. Kalau melihat orang asing yang mencurigakan, harap lapor ke kepolisian terdekat,” imbau Kapolsek.
Ternyata kasus pemerkosaan yang menimpa Bunga ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya di Sintang, Bunga juga pernah diperkosa saat ia SMP. Bahkan pelaku pemerkosaan terhadap Bunga yang merupakan anak SMA telah ditahan. (arm)

Senin, 25 Maret 2013

Ayah bejat tega nodai putrinya yang masih SMP hingga hamil

Ayah bejat tega nodai putrinya yang masih SMP hingga hamil

Aparat Kepolisian Sektor Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mengamankan EO (40) pelaku pencabulan terhadap anak kandung sendiri. Bahkan akibat perbuatan bejat EO, sang anak kini hamil dan melahirkan di rumahnya di Bukit Damri, Desa Mekarmulya.

"Kami dapat laporan dari istri pelaku Nurhayati (32) Kamis, bahwa anaknya EF yang masih berusia 15 tahun dicabuli suaminya sendiri yang juga ayah kandung korban," kata Kepala Kepolisian Sektor Kecamatan Penarik Iptu Tjik Sadarne seperti dikutip dari Antara, Jumat (22/3).

Dari laporan tersebut, kata dia, pelaku yang sedang berada di rumahnya ditangkap dan diamankan di Markas Kepolisian Sektor Kecamatan Penarik.

Sementara kronologis kejadian pencabulan yang dialami pelajar SMP di Kecamatan Penarik sudah berlangsung sejak lama dan sekitar bulan bulan November 2012 diketahui korban hamil dan anaknya itu dibawa ke Jawa.

Kemudian, kata dia, sekitar bulan Februari 2013 EF melahirkan anaknya di Jawa namun anak yang dilahirkannya itu meninggal dunia.

Setelah melahirkan, EF kembali lagi ke Desa Mekar Mulya, Kecamatan Penarik, saat itu lah ibunya meminta anaknya untuk menjelaskan pelaku yang telah menghamilinya dan ternyata pengakuan dari EF ayah kandungnya sendiri.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya telah mengamankan pelaku yang merupakan ayah kandung korban sendiri di Markas Kepolisian Sektor Kecamatan Penarik.

"Setelah dapat laporan itu, pelaku langsung kami jemput dan diamankan di Mapolsek," tambahnya.

Selanjutnya, pihaknya akan melakukan pemeriksaan dan memintai keterangan lebih lanjut kepada pelaku pencabulan anak di bawah umur yang masih berstatus sebagai pelajar SMP di daerah itu.

Ia menjelaskan, akibat perbuatan itu, pelaku dijerat menggunakan Undang-undang nomor 23 tahun 2012 tentang Perlindungan anak dengan ancaman penjara maksimal 15 tahun.

Pasangan Kumpul Kebo Terancam Pidana

Ketakutan, Pemilik Indekos Tetap Dukung

Pontianak – PPP Kalbar menilai keberadaan pasal kumpul kebo dalam RUU KUHP memenuhi semangat menjaga moral masyarakat dan budaya bangsa Indonesia. Sehingga upaya memerangi perzinahan itu perlu didukung.
“Sama seperti PPP di pusat. Kita juga memberikan apresiasi atas digunakannya rancangan, dan perlunya sanksi hukum atas perzinahan,” tegas H Retno Pramudya SH MH, Sekretaris DPW PPP Kalbar kepada wartawan, Kamis (21/3).
Menurut dia usulan pasal yang tengah digodok itu pada dasarnya memenuhi nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Daripada masyarakat main hakim sendiri terhadap pelaku kumpul kebo, lebih baik diatur di undang-undang.
Apalagi, kata Retno, selama ini ketika pelaku kumpul kebo ditangkap, paling banter dipulangkan. Kalau ditangkap masa, bisa diarak keliling. Makanya sangat perlu diatur bilamana mengganggu kepentingan umum.
“Pasal 485 RUU KUHP yang tengah digodok disebutkan setiap orang yang melakukan hidup bersama sebagai suami istri diluar perkawinan yang sah, dipidana penjara paling lama 1 tahun atau pidana paling banyak Rp 30 juta. Hukuman ini bersifat alternatif yaitu hakim dapat memilih apakah dipidana atau didenda. Kita sangat mendukung,” ujar dia.
PPP Kalbar, sambung, satu rasa dengan PPP di pusat. Soalnya, kumpul kebo dalam dalil agama juga jelas bentuk hukuman dan larangannya adalah diharamkan. “Lagi pula pola kumpul kebo tidak sejalan dengan kultur bangsa kita,” ucapnya.
Sementara mengenai keberadaan pasal santet, PPP juga menyambut baik. Soalnya, praktik penipuan atas dasar ilmu gaib marak di masyarakat. “Santet, sepanjang bisa dibuktikan, tidak ada yang salah. Santet ini tak ada bedanya dengan janji investasi, ini perlu diatur. Tidak boleh orang melakukan penipuan dengan bumbu magic,” imbuhnya.
Di pasal 296 RUU KUHP memang disebutkan orang tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp 300 juta apabila dia menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib, memberitahukan, memberikan harapan, menawarkan dan memberitahukan bantuan jasa kepada orang lain.
Pemilik Kos Ketakutan
Sementara RUU KUHP yang tengah digodok di DPR RI mendapat sorotan. Sejumlah pemilik kos di Kota Pontianak ikut dibuat kelabakan. Mereka ketakutan tempat usaha mereka terancam jadi serbuan aparat karena adanya pidana, terutama pasangan kumpul kebo.
“Ya jelas kita takut. Harus jelas definisinya dahulu. Saya hanya lihat di televisi bagaimana para wakil rakyat kita di DPR RI, begitu serius membahas revisi undang-undang KUHP,” kata Satriawan (45) pemilik kos di Kota Baru ini angkat bicara.
Menurut dia usaha kos-kosan bisa habis di Pontianak karena pasangan kumpul kebo terancam pidana. “Kan banyak seperti di hotel dan rumah kos kerap dirajia. Banyak ditemukan di media kalimat pasangan kumpul kebo diangkut. Ini bahaya loh. Bisa jadi kalau digodok lagi, pemilik usaha yang terancam pidana. Ini juga memunculkan ketakutkan kami,” kata Satri sapaan akrabnya.
Hanya saja, lanjutnya, ia tetap mendukung diberlakukan pasal tersebut. Soalnya ini juga perbaikan moralitas bangsa Indonesia yang budaya sangat tidak cocok dengan asumsi kumpul kebo. Yang jelas, mulai sekarang ia bakalan lebih memperketat pengawasan kepada anak-anak kos ditempatnya. “Saya punya sekitar 22 pintu kos. Semuanya full,” tutupnya.

Suami Tak di Rumah, Oknum Sipir Lapas Selingkuh


selingkuh.jpg
net
ilustrasi

KRUI - Asik berduaan disebuah rumah, dua oknum sipir Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Krui digerebek warga,  Minggu (24/3/2013) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Perselingkuhan keduanya dilakukan di rumah si perempuan di Gang Perintis, Pekon Kampung Jawa, Kecamatan Pesisir Tengah, Krui, Lampung Barat, saat suami tak ada dirumah.
Peratin Kampung Jawa Arif Mukti mengutarakan, sipir perempuan berinisial YF (32), dan si pria berinisial EH (47) atau kerap disapa Aan.
"Sama bapak mertua (perempuan) sudah diintai, karena sudah punya kecurigaan cukup lama. Suami YF sedang ke Bandung," beber Arif, Minggu (24/3/2013).
Dikatakannya, EH masuk ke rumah YF sekitar pukul 01.00 WIB. Lalu, bersama masyarakat, bapak mertua YF menggerebek satu jam kemudian. Saat warga mengetuk pintu, YF langsung membukakan pintu diikuti EH, dan keduanya masih berpakaian lengkap.
"Saat kami tanya ketika sudah dibawa ke rumah saya, ya sudah mengaku (berselingkuh). Lalu, kami bawa keduanya ke polsek untuk diamankan," jelas Arif.
Menurut Pjs Kapolsek Pesisir Tengah Ipda Suhairi, EH sudah memiliki tiga anak, dan YF (32) punya dua anak.
"Saat kami interogasi, indikasinya memang benar mengarah ke sana (selingkuh). Kami juga sedang meminta keterangan dari suaminya (YF) yang baru datang siang tadi (kemarin)," ungkap Suhairi.
Sesuai KUHP pasal 284 tentang perzinahan, kasus ini masuk dalam delik pengaduan absolut. Tanpa pengaduan, kedua tersangka perselingkuhan tidak bisa ditahan.
"Kalau suami yang selingkuh atau istri yang suaminya selingkuh tidak melapor, kami tidak bisa menahan, meskipun bisa kami tindak lanjuti," jelasnya.
Keduanya terancam hukuman sembilan bulan, bila ada aduan dari suami atau istri masing-masing. Hakim yang akan menentukan apakah dihukum kurungan atau jenis lain

Sabtu, 23 Maret 2013

Siswi Kelas III SD Diperkosa Perampok


Perkosaan.jpg
Ilustrasi


CIANJUR - Sungguh malang nasib MW, siswi sekolah dasar (SD) yang masih duduk di kelas III ini menjadi pemerkosaan perampok di kawasan Perimahan Bumi Emas, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Rabu (20/3/2013).

Berdasarkan informasi yang dihimpun (Tribunnews.com Network) bocah berusia 9 tahun ini diperkosa perampok yang menyatroni rumahnya sekitar pukul 03.00 dinihari. Korban kini tengah divisum di RSUD Cianjur.

"Korban diperkosa ketika sedang tidur, ia dibungkam dan dikalungkan kapak," ujar Budi S Irawan Syach, paman korban ketika ditemui di lokasi kejadian, Rabu (20/3/2013).

Tragis: Siswi SMK Digilir Delapan Pria


Perkosaan.jpg
Ilustrasi


PAMEKASAN - Sungguh malang seorang siswi SMK bernama samaran Bunga asal Kecamatan Pamekasan, Jawa Timur digilir delapan pria. Kedelapan pelajar itu masing-masing berinisial NSR, YG, TH, FD, AR, HOUR, IP, FR. Meskipun sudah ditetapkan sebagai tersangka, kedelapan pelajar itu belum ditahan oleh Polres Pamekasan.

Kepala Sub Bagian Humas Polres Pamekasan, Ajun Komisaris Polisi Siti Mariyatun, Jumat (22/3/2013). Dijelaskannya, aksi pencabulan itu dilakukan di rumah satu pelaku di Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan awal Februari lalu. Namun oleh pihak korban baru dilaporkan ke Polres Pamekasan Maret ini.

"Kejadian itu dialami korban saat pulang dari sekolahnya," kata Mariyatun.
Dijelaskan Mariyatun, sebelum kejadian, korban dijemput oleh salah satu pelaku berinisial NSR dari sekolah Bunga. Korban dibonceng tiga dengan SR yang juga teman korban dengan menggunakan sepeda motor.

SR terlebih dahulu diantar ke rumahnya, semntara NSR bersama korban masih jalan-jalan. Sebelum sampai di rumah korban, NSR mengajak Bunga mampir ke salah rumah temannya di Desa Teja Timur.

"Di dalam rumah itu sudah menunggu tujuh teman NSR sambil menenggak arak. NSR kemudian ikut nimbrung dan menyuguhkan minuman keras itu kepada korban," imbuh Maryatun.
Setelah berkali-kali korban meminum arak akhirnya mabuk juga. Korban kemudian dibawa ke dalam salah satu kamar oleh FR, tersangka lainnya. Di kamar itu kedelapan tersangka itu mencabuli korban secara bergantian. Setelah itu korban diantar ke rumahnya oleh NSR.

Kini penyidik Polres Pamekasan sudah mengantongi hasil Visum et Rapertum (VER) dari Rumah Sakit dr Slamet Martodirjo, Pamekasan, sebagai dasar penetapan tersangka terhadap delapan pelaku. Namun Polres enggan membeberkan hasil visum tersebut dengan alasan untuk kepentingan penyidikan selanjutnya.

Penyidik mengamankan barang bukti, di antaranya pakaian yang dikenakan korban saat peristiwa pencabulan. Delapan tersangka terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 82 tentang Perlindungan Anak.

Jumat, 22 Maret 2013

Profil Abdurrahman Wahid


Abdurrahman Wahid Foto:

Abdurrahman Wahid


Nama Lengkap : Abdurrahman Wahid
Alias : Gus Dur
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jombang
Tanggal Lahir : Minggu, 4 Agustus 1940
Zodiac : Leo
Warga Negara : Indonesia

Istri : Sinta Nuriyah
Anak : Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Anita Hayatunnufus, Inayah Wulandari
Ayah : K.H. Wahid Hasyim
Ibu : Ny. Hj. Sholehah
Saudara : Salahuddin Wahid
BIOGRAFI
Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Adakhil yang berarti sang penakluk. Karena kata “Adakhil” tidak cukup dikenal, maka diganti dengan nama “Wahid” yang kemudian lebih dikenal dengan Gus Dur. Gus adalah panggilan kehormatan khas Pesantren kepada seorang anak kiai yang berarti “abang atau mas”.

Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ia lahir dari keluarga yang cukup terhormat. Kakek dari ayahnya, K.H. Hasyim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara itu kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayahnya K.H. Wahid Hasyim merupakan sosok yang terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949, sedangkan ibunya Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denayar Jombang.

Gus Dur pernah menyatakan secara terbuka bahwa ia adalah keturunan TiongHoa dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan a Lok, yang merupakan saudara kandung dari Raden Patah (Tan Eng Hwa) yang merupakan pendiri kesultanan Demak. Tan a Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Puteri Campa yang merupakan Puteri Tiongkok yaitu selir Raden Brawijaya V. Berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis Louis Charles Damais, Tan Kim Han diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al Shini yang makamnya ditemukan di Trowulan.

Pada tahun 1944 Abdurrahman Wahid pindah dari kota asalnya Jombang menuju Jakarta, karena pada saat itu ayahnya terpilih menjadi ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang biasa disingkat “Masyumi”. Masyumi adalah sebuah organisasi dukungan dari tentara Jepang yang pada saat itu menduduki Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang mempertahankan kedaulatan Indonesia melawan Belanda. Ia kembali ke Jakarta pada akhir perang tahun 1949 karena ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama.

Gus Dur menempuh ilmu di Jakarta dengan masuk ke SD Kris sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Pada tahun 1952 ayahnya sudah tidak menjadi Menteri Agama tetapi beliau tetap tinggal di Jakarta. Pada tahun 1953 di bulan April ayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pada tahun 1954 pendidikannya berlanjut dengan masuk ke sekolah menengah pertama, yang pada saat itu ia tidak naik kelas. Lalu ibunya mengirimnya ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikan.

Setelah lulus dari SMP pada tahun 1957, Gus Dur memulai pendidikan muslim di sebuah Pesantren yang bernama Pesantren Tegalrejo di Kota Magelang. Pada tahun 1959 ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Kota Jombang. Sementara melanjutkan pendidikanya, ia juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru yang nantinya sebagai kepala sekolah madrasah.  Bahkan ia juga bekerja sebagai jurnalis Majalah Horizon serta Majalah Budaya Jaya.

Pada tahun 1963, ia menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikan di  Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November tahun 1963. Universitas memberitahu Gus Dur untuk mengambil kelas remedial sebelum belajar bahasa Arab dan belajar islam. Meskipun mahir berbahasa Arab, ia tidak mampu memberikan bukti bahwa sesungguhnya ia mahir berbahasa Arab. Ia pun terpaksa harus mengambil kelas remedial.

Pada tahun 1964 Gus Dur sangat menikmati kehidupannya di Mesir.  Ia menikmati hidup dengan menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menikmati menonton sepakbola. Gus Dur juga terlibat dengan Asosiasi  Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah dari asosiasi tersebut. Akhirnya ia berhasil lulus dari kelas remedialnya pada akhir tahun. Pada tahun 1965 ia memulai belajar ilmu Islam dan juga bahasa Arab. Namun Gus Dur kecewa dan menolak metode belajar dari universitas karena ia telah mempelajari ilmu yang diberikan.

Di Mesir, Gus Dur bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Namun pada saat ia bekerja peristiwa Gerakan 30 September (G 30 S) terjadi. Upaya pemberantasan komunis dilakukan di Jakarta dan yang menangani saat itu adalah Mayor Jendral Suharto. Sebagai bagian dari upaya tersebut.  Gus Dur diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Ia menerima perintah yang ditugaskan menulis laporan.

Akhirnya ia mengalami kegagalan di Mesir. Hal ini terjadi karena Gus Dur tidak setuju akan metode pendidikan di universitas dan pekerjaannya setelah G 30 S sangat mengganggu dirinya. Pada tahun 1966 ia harus mengulang pendidikannya. Namun pendidikan pasca sarjana Gus Dur diselamatkan oleh beasiswa di Universitas Baghdad. Akhirnya ia pindah menuju Irak dan menikmati lingkungan barunya. Meskipun pada awalnya ia lalai, namun ia dengan cepat belajar. Gus Dur juga meneruskan keterlibatannya dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan sebagai penulis majalah Asosiasi tersebut.

Pada tahun 1970 ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad. Setelah itu, Gus Dur ke Belanda untuk meneruskan pendidikan. Ia ingin belajar di Universitas Leiden, namun ia kecewa karena pendidikan di Universitas Baghdad tidak diakui oleh universitas tersebut. Akhirnya ia pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1971.

Di Jakarta, Gus Dur berharap akan kembali ke luar negeri untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Ia pun bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Organisasi ini terdiri dari kaum intelektual  muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang bernama Prima dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Beliau berkeliling pesantren di seluruh Jawa.

Pada saat itu pesantren berusaha keras untuk mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan mengadopsi kurikulum pemerintah. Karena nilai-nilai pesantren semakin luntur akibat perubahan ini, Gus Dur pun prihatin dengan kondisi tersebut. Ia juga prihatin akan kemiskinan yang melanda pesantren yang ia lihat. Melihat kondisi tersebut Gus Dur membatalkan belajar ke luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.

Akhirnya ia meneruskan kariernya sebagai seorang jurnalis pada Majalah Tempo dan Koran Kompas. Tulisannya dapat diterima dengan baik. Ia mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan itu ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan seminar sehingga membuatnya sering pulang dan pergi antara Jakarta dan Jombang.

Meskipun kariernya bisa meraih kesuksesan namun ia masih merasa sulit hidup karena hanya memiliki satu sumber pencaharian. Ia pun bekerja kembali dengan profesi berbeda untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual  kacang dan mengantarkan es. Pada tahun 1974 ia menjabat sebagai Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng hingga tahun 1980. Pada tahun 1980 ia menjabat sebagai seorang Katib Awwal PBNU hingga pada tahun 1984. Pada tahun 1984 ia naik pangkat sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU. Tahun 1987 Gus Dur menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Pada tahun 1989 kariernya pun meningkat dengan menjadi seorang anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Dan hingga akhirnya pada tahun 1999 sampai 2001 ia menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Sebagai seorang Presiden RI, Gus Dur memiliki pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan bangsa. Ia melakukan pendekatan yang lebih simpatik kepada kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mengayomi etnis Tionghoa , meminta maaf kepada keluarga PKI yang mati dan disiksa, dan lain-lain. Selain itu, Gus Dur juga dikenal sering melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial, yang salah satunya adalah mengatakan bahwa anggota MPR RI seperti anak TK.

Hanya sekitar 20 bulan Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI. Musuh-musuh politiknya memanfaatkan benar kasus Bulloggate dan Bruneigate untuk menggoyang kepemimpinannya. Belum lagi hubungan yang tidak harmonis dengan TNI, Partai Golkar, dan elite politik lainnya. Gus Dur sendiri sempat mengeluarkan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.

Sebelumnya, pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.

Setelah berhenti menjabat sebagai presiden, Gus Dur tidak berhenti untuk melanjutkan karier dan perjuangannya. Pada tahun 2002 ia menjabat sebagai penasihat Solidaritas Korban Pelanggaran HAM. Dan pada tahun 2003, Gus Dur menjabat sebagai Penasihat pada Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional.

Tahun 2004, Gus Dur kembali berupaya untuk menjadi Presiden RI. Namun keinginan ini kandas karena ia tidak lolos pemeriksaan kesehatan oleh Komisi Pemilihan Umum.

Pada Agustus 2005 Gus Dur menjadi salah satu pimpinan koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Tri Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2009 Gus Dur menderita beberapa penyakit. Bahkan sejak ia menjabat sebagai presiden, ia menderita gangguan penglihatan sehingga surat dan buku seringkali dibacakan atau jika saat menulis seringkali juga dituliskan. Ia mendapatkan serangan stroke, diabetes, dan gangguan ginjal. Akhirnya Gus Dur pun pergi menghadap sang khalik (meninggal dunia) pada hari Rabu 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18.45 WIB.

Riset dan Analisa oleh Siwi P. Rahayu
PENDIDIKAN
  • 1957-1959 Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah
  • 1959-1963 Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur
  • 1964-1966 Al Azhar University, Cairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah)
  • 1966-1970 Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab
KARIR
  • 1972-1974 Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang, sebagai Dekan dan Dosen
  • 1974-1980 Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng
  • 1980-1984 Katib Awwal PBNU
  • 1984-2000 Ketua Dewan Tanfidz PBNU
  • 1987-1992 Ketua Majelis Ulama Indonesia
  • 1989-1993 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
  • 1998 Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia, Ketua Dewan Syura DPP PKB
  • 1999-2001 Presiden Republik Indonesia
  • 2000 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mustasyar
  • 2002 Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
  • 2004 Pendiri The WAHID Institute, Indonesia
PENGHARGAAN
  • 2010 Lifetime Achievement Award dalam Liputan 6 Awards 2010
  • 2010 Bapak Ombudsman Indonesia oleh Ombudsman RI
  • 2010 Tokoh Pendidikan oleh Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU)
  • 2010 Mahendradatta Award 2010 oleh Universitas Mahendradatta, Denpasar, Bali
  • 2010 Ketua Dewan Syuro Akbar PKB oleh PKB Yenny Wahid
  • 2010 Bintang Mahaguru oleh DPP PKB Muhaimin Iskandar
  • 2008 Penghargaan sebagai tokoh pluralisme oleh Simon Wiesenthal Center
  • 2006 Tasrif Award oleh Aliansi Jurnanlis Independen (AJI)
  • 2004 Didaulat sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang
  • 2004 Anugrah Mpu Peradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia
  • 2004 The Culture of Peace Distinguished Award 2003, International Culture of Peace Project Religions for Peace, Trento, Italia
  • 2003 Global Tolerance Award, Friends of the United Nations, New York, Amerika Serikat
  • 2003 World Peace Prize Award, World Peace Prize Awarding Council (WPPAC), Seoul, Korea Selatan
  • 2003 Dare to Fail Award , Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dare to Fail", Kuala Lumpur, Malaysia
  • 2002Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia.
  • 2002 Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
  • 2001 Public Service Award, Universitas Columbia , New York , Amerika Serikat
  • 2000 Ambassador of Peace, International and Interreligious Federation for World peace (IIFWP), New York, Amerika Serikat
  • 2000 Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International
  • 1998 Man of The Year, Majalah REM, Indonesia
  • 1993 Magsaysay Award, Manila , Filipina
  • 1991 Islamic Missionary Award , Pemerintah Mesir
  • 1990 Tokoh 1990, Majalah Editor, Indonesia
  • Doktor Kehormatan:
  • Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000
  • Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Perancis (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
  • Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
  • Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)

Profil Megawati Soekarnoputri


Megawati Soekarnoputri Foto:

Megawati Soekarnoputri


Nama Lengkap : Megawati Soekarnoputri
Alias : Megawati | Mega
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : Kamis, 23 Januari 1947
Zodiac : Aquarius

Anak : Mohammad Prananda, Puan Maharani, Mohammad Rizki Pratama
Suami : Taufiq Kiemas
Ayah : Soekarno
Ibu : Fatmawati Soekarno
BIOGRAFI
Megawati adalah anak kedua Soekarno, presiden pertama Indonesia, dari Fatmawati. Megawati sendiri dibesarkan dalam suasana keistanaan karena saat itu Soekarno sedang menjabat sebagai presiden.
Megawati pernah mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran Bandung dalam bidang pertanian serta di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia meskipun tidak sampai lulus.
Suami pertama Mega adalah seorang pilot AURI bernama Surindro Supjarso yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Surindro meninggalkan dua orang anak yang masih kecil. Lalu Mega menikah dengan seorang pria asal Mesir yang rupanya tidak bertahan lama. Barulah Mega kemudian menikah dengan Taufiq Kiemas yang bertahan hingga sekarang.
Sejak menjadi mahasiswa, Mega sudah berkecimpung di dunia politik melalui GMNI. Tahun 1986, Mega menjadi wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Pada 1993, dia terpilih menjadi Ketua Umum PDI.
Kongres PDI di Medan pada tahun 1996 memutuskan mengganti Mega dengan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Mega sendiri tidak mengakui hasil kongres tersebut. Bahkan, sampai terjadi Peristiwa 27 Juli yang menewaskan beberapa pendukung Mega saat pendukung Soerjadi berusaha merebut kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro dari tangan pendukung Mega. Tak hanya itu, beberapa aktivis juga ditahan dan dipenjarakan karena kerusuhan tersebut.
Penyerangan tersebut dibawa ke meja hijau oleh Mega meskipun kemudian usaha itu kandas di pengadilan. Akhirnya PDI terbelah menjadi dua, PDI Soerjadi dan PDI Mega.
Pada tahun 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Sidang Umum 1999 akhirnya memutuskan Gus Dur sebagai presiden dan Mega sebagai wakilnya.
Dua tahun kemudian, 23 Juli 2001, mandat MPR RI yang memutuskan Gus Dur sebagai presiden dicabut. Akhirnya Mega yang menggantikannya.
Masa pemerintahan Mega harus berakhir pada tahun 2004 ketika pemilu kembali dilangsungkan. Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahan Mega, yang akhirnya terpilih menjadi presiden.
Riset dan analisa oleh Noviana Indah Tri Wahyuni.
KARIR
  • Presiden Republik Indonesia periode 2001-2004
  • 1986, Wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat
  • 1993, Ketua Umum PDI
PENGHARGAAN
  • Priyadarshni Award dari lembaga Priyadarshni Academy, Mumbay, India
  • Doctor Honoris Causa dari Universitas Waseda

Profil Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono Foto:


Nama Lengkap : Susilo Bambang Yudhoyono
Alias : SBY | Beye
Agama : Islam
Tempat Lahir : Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Jumat, 9 September 1949
Zodiac : Virgo
Warga Negara : Indonesia

Ayah : Pembantu Letnan Satu (Peltu) Raden Soekotjo
Ibu : Sitti Habibah
Istri : Kristiani Herawati
Anak : Edhie Baskoro Yudhoyono, Agus Harimurti
Saudara : Nurcahyo Anggorojati
BIOGRAFI
Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Republik Indonesia keenam. Berbeda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah adalah putri salah seorang pendiri Ponpes Tremas. Pendidikan Sekolah Rakyat adalah pijakan masa depan yang paling menentukan bagi SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, untuk pertama kalinya SBY kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. SBY kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri Pacitan. Sejak kecil, SBY bercita-cita untuk menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak jadi masuk Akabri dan akhirnya dia menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itulah, Susilo Bambang Yudhoyono mempersiapkan diri untuk masuk kembali ke Akabri. Tahun 1970, akhirnya SBY masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, ketika dia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya. Seusai menamatkan pendidikan militer pertamanya, SBY kemudian masih melanjutkan study militernya dengan pergi belajar ke beberapa universitas militer ternama.
Perjalanan karier militer SBY dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit. Kefasihan dalam berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.
Sekembalinya ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur. Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).
Selanjutnya, SBY dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, SBY ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993). Ada banyak sekali jabatan militer yang kemudian dijabat oleh SBY, puncaknya adalah ketika dia dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995).
SBY menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
Di tahun 2000, SBY memulai langkah politiknya dengan untuk memutuskan pensiun lebih dini dari militer. SBY kemudian ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi selama masa pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY harus meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantik SBY menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Gotong-Royong.
Tetapi pada 11 Maret 2004, SBY memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Pada pemilu Presiden yang dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di atas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6.

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh
PENDIDIKAN
  • Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) (1973)
  • American Language Course, Lackland, Texas AS (1976)
  • Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS (1976)
  • Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS (1982-1983)
  • Jungle Warfare School, Panama (1983)
  • Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman (1984)
  • Kursus Komando Batalyon (1985)
  • Sekolah Komando Angkatan Darat (1988-1989)
  • Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
  • Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
KARIR
  • Dan Topan Yonif Linud 330 Kostrad (1974 - 1976)
  • Dan Topan Yonif 305 Kostrad (1976 - 1977)
  • Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
  • Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977 - 1978)
  • Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979 - 1981)
  • Paban Muda Sops SUAD (1981 - 1982)
  • Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983 - 1985)
  • Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986 - 1988)
  • Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
  • Dosen Seskoad (1989 - 1992)
  • Korspri Pangab (1993)
  • Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993 - 1994)
  • Asops Kodam Jaya (1994 - 1995)
  • Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
  • Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia - Herzegovina (sejak awal November 1995)
  • Kasdam Jaya (1996 - hanya lima bulan)
  • Pangdam II/Sriwijaya (1996 - 1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda
  • Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998)
  • Kassospol ABRI/Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
  • Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) (1998 - 1999)
  • Menteri Pertambangan dan Energi (sejak Oktober 1999)
  • Menteri Koordinator Politik Sosial Keamanan (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
  • Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri), mengundurkan diri 11 Maret 2004
  • Presiden Republik Indonesia (2004 - 2009)
  • Presiden Republik Indonesia (2009 - 2014)
PENGHARGAAN
  • Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
  • Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
  • Satya Lencana Seroja, 1976
  • Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
  • Satya Lencana Dwija Sista, 1985
  • Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
  • Dosen Terbaik Seskoad, 1989
  • Satya Lencana Santi Dharma, 1996
  • Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
  • Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
  • Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
  • Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
  • Wing Penerbang TNI-AU, 1998
  • Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
  • Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
  • Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
  • Bintang Dharma, 1999
  • Bintang Maha Putera Utama, 1999
  • Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
  • Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005
  • Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
  • Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006

Profil Bacharuddin Jusuf Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie Foto:

Bacharuddin Jusuf Habibie


Nama Lengkap : Bacharuddin Jusuf Habibie
Alias : Habibie | BJ Habibie
Agama : Islam
Tempat Lahir : Pare-Pare
Tanggal Lahir : Kamis, 25 Juni 1936
Zodiac : Cancer
Hobby : Membaca
Warga Negara : Indonesia

Istri : Hasri Ainun Besari
BIOGRAFI
Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan keturunan antara orang Jawa (ibunya) dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya).
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya,  R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan  indeks prestasi summa cum laude.
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).
Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur  untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman.
Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air.  Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada  1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah.
Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
Rasa cintanya yang besar pada mendiang istrinya, Ainun dia tuangkan dalam bentuk buku. Dia menulis buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku ini di buat untuk alm. istrinya. Buku tersebut berisikan mengenai kisah cinta sang Profesor dengan istrinya.
Buku tersebut setebal 323 halaman itu, menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie dan Ainun, sampai akhinya Ainun menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10 hari
Oleh: Ratri Adityarani
PENDIDIKAN
  • S3: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
  • S2: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
  • S1: Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB)
KARIR
  • Presiden RI ke-3
  • Wapres RI ke-7
  • Menteri Riset dan Teknologi ke-1
  • Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB
  • Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang MBB
  • Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
PENGHARGAAN
  • Edward Warner Award dan Award von Karman
  • Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung

Profil Soeharto



Soeharto Foto:

Soeharto


Nama Lengkap : Soeharto
Alias : No Alias
Tempat Lahir : Kemusuk | Yogyakarta
Tanggal Lahir : Rabu, 8 Juni 1921
Zodiac : Gemini

Anak : Hutomo Mandala Putra, Siti Hediati Hariyadi , Siti Hardiyanti Rukmana, Bambang Trihadmodjo, Sigit Harjojudanto , Siti Hutami Endang Adiningsih
Istri : Fatimah Siti Hartinah Soeharto
BIOGRAFI
Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Dia resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel. Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin besar revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.

Namun, akhirnya dia harus meletakkan jabatan secara tragis, bukan semata-mata karena desakan demonstrasi mahasiswa pada 1998, melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya yang sebelumnya ABS dan Ambisius tanpa fatsoen politik. Ayah lima anak ini pun menunjukkan ketabahan dan keteguhannya. Dia akhirnya sempat diadili dengan tuduhan korupsi, penyalahgunaan dana yayasan-yayasan yang didirikannya. Soeharto menyatakan bersedia mempertanggungjawabkan dana yayasan itu. Tapi, ia pun jatuh sakit yang menyebabkan proses peradilannya dihentikan. Tapi tidak semua mantan menterinya tega mengkhianati, tidak mempunyai moral politik. Ada beberapa yang justru makin dekat dengannya secara pribadi setelah bukan lagi berkuasa.

Selama masa jabatannya, dia menggerakkan pembangunan dengan strategi Trilogi Pembangunan (stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan). Bahkan sempat mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilan menggapai swasembada pangan pada 1985. Maka, dia mendapat penghargaan sebagai Bapak Pembangunan Nasional.

Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Dia meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari, sejak 4 sampai 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Soeharto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta. Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic
PENDIDIKAN
  • SD Pedes Yogyakarta
  • SMP Muhammadiyah di Yogyakarta
  • Sekolah militer di Gombong
KARIR
  • Anggota TNI
  • Komandan Brigade Garuda Mataram
  • Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel
  • Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD)
  • Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
  • Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad)
  • Panglima Kopkamtib
  • Mayor Jendral
  • 1966 - 1998 Presiden Kedua RI
PENGHARGAAN
  • Bapak Pembangunan Nasional
  • Bintang Mahakarya Gotong Royong dari Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong

Profil Soekarno



Soekarno Foto:

Soekarno


Nama Lengkap : Soekarno
Alias : Bung Karno | Pak Karno
Agama : Islam
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Kamis, 6 Juni 1901
Zodiac : Gemini
Warga Negara : Indonesia

Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo
Anak : Megawati Soekarnoputri, Mohammad Guruh Irianto Soekarnoputra, Guntur Soekarnoputra, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Taufan Soekarnoputra , Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan, Kartika Sari Dewi Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri
Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai
Istri : Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar, Fatmawati Soekarno
BIOGRAFI
Ir. Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno yang lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai.
Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika dia mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja, Bali.
Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa kecilnya dengan orangtuanya hingga akhirnya dia tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung hingga akhirnya dia ikut kedua orangtuanya pindah ke Mojokerto.
Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School. Di tahun 1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS).
Setelah lulus pada tahun 1915, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi yang kala itu dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga memberi tumpangan ketika Soekarno tinggal di Surabaya.
Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri Soekarno terus menggelora. Di tahun berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.
Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge School  (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil jurusan teknik sipil.
Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie Club  merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927.
Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat.
Soekarno dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Karena jauhnya tempat pengasingan, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya.
Namun semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Di awal kependudukannya, Jepang tidak terlalu memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia hingga akhirnya sekitar tahun 1943 Jepang menyadari betapa pentingnya para tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia dimana salah satunya adalah Soekarno untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang.
Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini mulai bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang tetap melakukan gerakan perlawanan seperti Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan.
Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdekan dan segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena pada saat itu di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan.
Ini disebabkan karena Jepang telah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lainnya menolak tuntutan ini dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.
Pada akhirnya,Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil untuk upacara proklamasi yang terdiri dari delapan orang resmi dibentuk.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumahnya di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP.
Kemerdekaan yang telah didapatkan ini tidak langsung bisa dinikmati karena di tahun-tahun berikutnya masih ada sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan bahkan berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.
Gencaran senjata dari pihak sekutu tak lantas membuat rakyat Indonesia menyerah, seperti yang terjadi di Surabaya ketika pasukan Belanda yang dipimpin oleh Brigadir Jendral A.W.S Mallaby berusaha untuk kembali menyerang Indonesia.
Rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigihnya terus berjuang untuk tetap mempertahankan kemerdekaan hingga akhirnya Brigadir Jendral AWS Mallaby tewas dan pemerintah Belanda menarik pasukannya kembali. Perang seperti ini tidak hanya terjadi di Surabaya tapi juga hampir di setiap kota.
Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati.
Walaupun telah dilaporkan ke PBB, Belanda tetap saja melakukan agresinya. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda rapat Dewan Keamanan PBB, di mana kemudian dikeluarkan Resolusi No 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan.
Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947, Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran.
Pada 17 Agustus 1947, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda.
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno kembali diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS.
Karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali diubah menjadi Republik Indonesia dimana Ir Soekarno menjadi Presiden dan Mohammad Hatta menjadi wakilnya.
Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.
Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).
Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh Soekarno dimana isinya merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.
Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS pun mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat bisa menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan.
Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan pidato pertanggungjawabannya mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.
Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdekatan dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Ir Soekarno adalah seorang sosok pahlawan yang sejati. Dia tidak hanya diakui berjasa bagi bangsanya sendiri tapi juga memberikan pengabdiannya untuk kedamaian di dunia. Semua sepakat bahwa Ir Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Ir Soekarno adalah bapak bangsa yang tidak akan tergantikan.
Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh
PENDIDIKAN
  • Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto
  • Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911)
  • Hoogere Burger School  (HBS) Mojokerto (1911-1915)
  • Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) (1920) 
PENGHARGAAN
  • Gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri antara lain dari Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia) dan Al-Azhar University (Mesir).
  • Penghargaan bintang kelas satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas dari Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, atas jasa Soekarno dalam mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria (April 2005).

Istri pergi ke sawah, ayah tiri cabuli anak

Istri pergi ke sawah, ayah tiri cabuli anak

 


Kasus pencabulan yang dilakukan ayah tiri kepada anak kembali terjadi. Kali ini E (15) tahun yang masih duduk di bangku SMP menjadi korban nafsu bejat ayah tirinya A (38).

Akibatnya, E hamil dan melahirkan pada 9 Maret 2013 lalu. A mencabuli E sejak 2010 lalu. Karena takut, E tak pernah membongkar aksi bejat A. Sebab, A kerap mengancam E.

Bahkan saat perutnya membesar, E tak mau mengucap siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, aksi bejat A akhirnya terbongkar saat E melahirkan. Saat itu E akhirnya mengakui siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu kepada ayah kandungnya.

Ayah kandung korban lantas langsung melaporkan hal tersebut ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolres Bandung.

"Kami mendapati laporan akhirnya melalui penyelidikan bahwa benar pelaku merupakan ayah tiri," kata Kapolres Bandung AKBP Kemas Ahmad Yamin, di Mapolres Bandung, Kabupaten Bandung, Kamis (21/3).

Kepada polisi pelaku mengaku aksi bejatnya telah dilakukan sejak A masih duduk di bangku SD. Dia melancarkan aksinya saat sang istri pergi ke sawah untuk bertani.

Korban selama ini tinggal bersama ibu kandungnya di rumah ayah tiri di Kampung Centang, Desa Cibodas, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.

Saat ini, pelaku sudah ditahan. Pelaku dijerat Pasal 81 ayat 1 dan atau 82 UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun bui.

Selasa, 19 Maret 2013

Dua Bersaudara Siswi SMP Diamankan

Lagi, 13 ABG Teler Depan Jembatan Timbang

Pontianak – Karena rajinnya aparat Polsek Pontianak Utara dan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) razia ngelem, 13 anak bawah umur dan seorang pemuda diamankan di depan Jembatan Timbang Jalan Khatulistiwa, Sabtu (16/3).
Saat memergoki kumpulan anak-anak itu, selain menemukan puluhan kaleng lem yang sudah kosong, arak kampel, ada juga pil anjing gila alias Kode-in.
Belasan anak-anak dan pemuda itu teler setelah menghirup lem dan menenggak arak plus menelan pil gila. Mereka sudah tak bisa lari lagi karena sempoyongan.
Penggerebekan oleh petugas sekitar pukul 20.30 itu mengamankan para pecandu lem itu di semak-semak. Dari 13 orang yang diamankan, empat di antaranya masih bawah umur. Dua siswi SMP yang berinisial Ny, 16 tahun dan Nn, 15 tahun, bersaudara kandung turut diamankan. Keduanya saudara kandung warga Siantan. Mereka pesta ngelem setelah mengelabui orang tuanya.
“Anak-anak ini mengisap lem dan mengonsumsi pil Kode tanpa resep dokter, bahkan meminumnya sebanyak puluhan butir sekaligus,” ungkap Kapolsekta Pontianak Utara Kompol Tober Sirait.
Polisi mendata mereka yang terjaring kemudian memanggil para orang tuanya. Kemudian mereka direhabilitasi dan diserahkan kepada YNDN Kalbar guna dilakukan pembinaan agar tidak kembali mengulangi kebiasaan buruknya itu.
“Razia ini akan kita lakukan secara rutin. Karena bukan hanya ada satu dua anak yang ngumpul di sana, banyak. Dengan razia rutin akan mencegah anak-anak ngumpul dan ngelem maupun mengonsumsi obat tanpa resep dari dokter dengan cara yang berlebihan,” kata Kapolsek.
Tober mengaku selalu mendapat informasi dari masyarakat, maraknya anak-anak bawah umur yang berkumpul di pemakaman Tionghoa dan kawasan jembatan timbang. Bahkan sudah sering dirazia, mereka kembali berkumpul dan mengisap lem, mengonsumsi pil Kode serta mabuk-mabukan.
“Sebelumnya hanya ada dua anak dan satu tersangka pencabulan yang diamankan dari kuburan Tionghoa tersebut. Kedua anak di bawah umur yang ngelem, yang ketiga ada anak di bawah umur yang ketangkap saat masuk ke rumah orang hendak mencuri. Mereka ini merupakan anak pecandu lem di kuburan Tionghoa. Terakhir belasan anak yang terdiri dari dua perempuan kita temuan ngelem dan konsumsi pil Kode,” beber Tober.
Kapolsek baru sebatas mengimbau para orang tua agar selalu memantau anaknya apabila keluar rumah dan memastikan lokasi perginya.
“Tidak hanya peran orang tua, tetapi juga instansi terkait harus proaktif untuk membantu mengawasi anak-anak, agar tidak terjerumus hal-hal negatif,” ungkapnya.
Ny yang siswi salah satu SMP di Pontianak Utara mengaku sudah sering ngelem itu di pemakaman Tionghoa. Gadis bawah umur ini melakukannya sepulang sekolah dengan rekan-rekannya.
“Ngelemnya siang sampai sore. Tadi ini kami keluar rumah izin dengan orang tua nonton band di Wajok. Itu pun kami berbohong, karena ingin ngumpul dengan kawan di depan jembatan timbang sambil ngelem,” katanya.
Dirut YNDN Kalbar Devi Theomana mengatakan akan berusaha menghilangkan kebiasaan ngelem anak-anak yang terjaring itu. Mereka diarahkan untuk direhabilitasi agar tidak ngelem lagi.
“Kedua gadis bersaudara kandung itu mengaku sudah tak perawan, pernah melakukan hubungan badan dengan rekannya di pemakaman Tionghoa, Siantan,” jelas Devi.

Demi Lem Jual Diri

ABG Ketapang pun Teler-teleran

Ketapang – Para pendidik, pejabat, sampai aparat terus lengah sehingga jumlah pelajar yang mengonsumsi pil kode 15 dan ngelem makin memprihatinkan.
Inilah generasi penerus pecandu narkoba yang kerap diabaikan. Bahkan, untuk memperoleh uang pembeli pil kode 15 dan lem agar teler mereka rela menjual diri. Satpol PP mesti proaktif melakukan razia.
“Fenomena anak mengonsumsi obat kode 15 dan menghirup lem Fox yang bisa membuat mereka teler kian merajalela di Kota Ketapang. Jadi bukan hanya di kota besar seperti Kota Pontianak saja. Gilanya lagi, mereka sampai jual diri untuk mendapatkan uang,” ungkap Sahran, pemerhati anak Kabupaten Ketapang, Ahad (17/3).
Sahran mengatakan usia rata-rata mereka yang menjadi pecandu lem dan pil kode antara 12 hingga 13 tahun. Ironisnya ada anak yang masih duduk di bangku SD mengonsumsi pil kode dan ngelem. “Kondisi anak-anak yang minum obat kode dan ngelem ini sudah sangat parah di Ketapang,” ungkapnya.
Jika tidak ada uang, mereka akan mencari atau menjual diri agar bisa membeli pil kode maupun lem. Bahkan anak perempuan yang juga pecandu lem ini ditawarkan oleh teman-temannya sesama pecandu kepada laki-laki lainnya. “Tren pil kode dan ngelem sudah merambah ke desa-desa,” ucap Sahran.
Lokasi karaoke, kafe, maupun taman-taman kota sangat rawan digunakan anak-anak untuk lokasi menikmati pil kode dan ngelem. “Satpol PP harus aktif merazia tempat-tempat ini yang sering dijadikan lokasi mereka teler,” papar Sahran.
Di Ketapang, lokasi yang dijadikan tempat mengonsumsi obat maupun ngelem di antaranya di Lapangan Sepakat, Taman Kota Tanjungpura, kafe-kafe di kawasan DI Panjaitan, dan tempat karaoke yang bemodus karaoke keluarga. “Coba kita lihat tempat-tempat itu ramai dikunjungi anak-anak, di tempat ini kan asyik kalau buat teler,” jelas Sahran.
Para orang tua harus lebih aktif mengawasi serta memerhatikan perilaku anak-anak mereka. Selain itu, pemilik apotek jangan menjual pil kode 15 ini kepada anak-anak. Jika anak-anak membeli obat ini, jangan dilayani. Dinas Kesehatan mesti mensosialisasikan bahaya mengonsumsi pil kode 15 dan menghirup lem ini ke sekolah.
“Kita semua harus peduli dengan masa depan anak-anak ini. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang mau peduli,” papar Sahran.
Agus, Kasi Pemerintahan Kelurahan Sampit, Kecamatan Delta Pawan, mengatakan belasan anak baru gede (ABG) setiap sore hingga malam hari kedapatan mengonsumsi kode 15 dan menghirup lem di Lapangan Sepakat, Kelurahan Sampit.
“Obat kode 15 dan menghirup lem ini rata-rata dikonsumsi ABG, mereka makainya di belakang pentas Sepakat dan gedung museum,” kata Agus.
ABG ini datang berkelompok. Biasanya belasan anak nongol di Lapangan Sepakat sekitar pukul 16.00 hingga pukul 21.00. “Kita juga pernah melaporkan masalah ini ke Satpol PP,” ungkap Agus.
Kasatpol PP Kota Ketapang Edy Junaidi mengatakan menyikapi kenakalan ABG ini bukan hanya tugasnya, juga semua pihak. Bahkan pernah dibahas dalam rapat di kantor Kecamatan Delta Pawan belum lama ini. “Kami hanya penegak perda, ini tugas bersama bukan hanya dibebankan kepada Pol-PP saja,” kata Edy.
Diakuinya, jajarannya pernah menjaring ABG yang sedang ngelem di museum Lapangan Sepakat. Mereka juga mengonsumsi kode 15. “Kita sudah melakukan razia, dan ini tanggung jawab kita semua, termasuk pihak kepolisian,” kata Edy.

Tiga Kali Cucu Dicabuli

Pontianak – Bejat! Kakek berinisial MU yang berusia 58 tahun tega mencabuli cucunya hingga tiga kali. Warga Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak ini tinggal bersama anaknya di Jalan H Rais A Rahman Pontianak.
MU diberikan kepercayaan untuk menjaga cucu perempuannya, sebut saja Mawar, yang baru berusia delapan tahun. Bukannya dijaga, malah murid kelas tiga SD itu disetubuhinya. Aksi MU dilihat tukang yang mengerjakan kediaman anaknya. Sang kakek pun diadukan ke polisi dan digelandang ke Mapolresta Pontianak, Kamis (14/3) lalu.
“Tersangka MU dilaporkan orang tua korban, Kamis (14/3), setelah mengetahui anaknya diperlakukan tak senonoh. Awalnya orang tua korban mendapatkan informasi dari tukang yang bekerja di rumahnya atau tempat kakek tersebut melakukan pencabulan,” ungkap Kompol Puji Prayitno SIk, Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Jumat (15/3) lalu.
Berdasarkan pengakuan MU, melakukan pencabulan dan menyetubuhi cucunya sudah tiga kali. Lokasinya juga sama, di kamar lantai atas kediaman anaknya. “Tersangka mengakui melakukan perbuatan tersebut yang pertama pada 14 Februari, 18 Februari, dan 14 Maret 2013 dan dilakukan di kamar,” katanya.
MU membujuk sang cucu dengan memberikan dua permen. “Tersangka mengaku memberi dua permen dan memanggilnya ke atas (kamar),” jelas Puji.

Setelah Teler, Gadis Bawah Umur Digilir Dua Pria



Perkosaan.jpg
Ilustrasi
Ilustrasi


JOMBANG -   Seorang gadis bawah umur, sebut saha Melati (16), pelajar asal Desa Kertorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang digilir oleh dua pria, Rahmat Febrianto alias Kentup (19) warga Dusun Sugihwaras, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang, dan Celeng (40), yang saat ini masih kabur. Akibat perbuatannya, Kentup mendekam di Polres Jombang, Senin (18/3/2013).

Kini polisi memburu Celeng yang kabur. Sebelum diperkosa, Melati dicekoki minam keras hingga teler. 
Ulah tersangka terjadi Minggu (10/3/2013) dinihari, sekitar pukul 01.00 WIB. Entah bagaimana awalnya, Kentup berkenalan dengan Kentup.

Korban, sebelum kejadian diajak jalan-jalan oleh Kentup hingga larut malam, kemudian diajak ke rumah rekan Kentup, yakni Celeng (40), duda, di Desa Bandung, Kecamatan Diwek.
       
Di rumah itu, Melati dirinya dipaksa turut serta dalam pesta minuman keras. Korban pun teler.
Melihat korban mulai tak sadarkan diri, Kentup dan Celeng `menggarap' korban secara bergiliran. Usai digarap, korban diantarkan pulang.
       
Setelah peristiwa itu, korban murung dan bercerita tentang nasib yang dialaminya kepada orang tuanya.
Orang tua korban tak terima dan lapor polisi. Dari laporan itulah, beberapa hari kemudian Kentup dibekuk. Sedangkan Celeng buron. 
       
"Pelaku dapat dijerat pasal 81 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ancaman hukumannya 15 tahun penjara," jelas Kasubbag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo.

Senin, 18 Maret 2013

Direkat Lem dan Seks Bebas

Lihatlah, anak-anak itu berlarian berebut ke kaca mobil. Mereka menadahkan tangan mengharap belas si pengemudi. Hampir setiap malam perempatan traffic light Jalan Pahlawan-Tanjungpura dan Imam Bonjol, itu dihiasi anak-anak mengemis. Padahal malam sudah larut.
Mereka, anak lelaki dan perempuan mungkin putus sekolah. Bisa jadi masih sekolah. Boleh jadi pula mereka disuruh orang tuanya mengemis. Atau inisiatifnya sendiri memperoleh uang gampang. Yang paling mengerikan, kalau akhirnya mereka hanyut ikutan beli lem.
Dalam penggerebekan yang kesekian kalinya oleh Polsekta Pontianak Utara dan Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar pekan lalu di Pemakaman Tionghoa Pontianak Utara, kondisinya menyedihkan. Bahkan sangat memilukan hati.
Puluhan mereka asyik berkumpul kelompok per kelompok. Sedikitnya satu kelompok lima orang. Mereka memasukkan hidung ke kantong plastik, menghirup dalam-dalam bau lem hingga ke paru-paru, sampai terasa ke otak!
Ada yang sudah teler terbaring dengan mata sulit dibuka, hanya kaki dan tangan bergerak pelan. Lebih gila lagi, ada kelompok yang bercinta. Aduh, mereka di bawah umur, anak belasan tahun baru gede. Mereka ada yang masih sekolah dan juga putus sekolah.
Ketika digiring ke Mapolsek, beberapa anak sudah tak sadarkan diri tenggelam dalam aroma lem yang menyengat. Polisi dan pengurus YNDN Kalbar pun sibuk memilah mereka untuk pemeriksaan lanjutan bersama polisi.
Ketika mulai sadar dari pengaruh lem, dalam pemeriksaan awal, sejumlah anak yang terjaring mengakui mengisap lem itu berawal dari coba-coba. Diawali dengan nongkrong sepulang sekolah, lalu dibujuk, dirayu, diajak bahkan ditantang kawan-kawan bagaimana rasanya menghirup lem.
Sebut saja si Komeng (bukan nama sebenarnya). Anak usia 13 tahun ini setelah coba menyedot lem mengaku macam-macam. “Agak pusing dan pikiran melayang dan rasa khayal yang tinggi,” tuturnya.
Menurut rata-rata mereka, ada efek yang tidak jelas dialami ketika mengisap bau lem. Setelah itu ingin lagi. Mereka minta uang jajan agak banyak atau mengemis bagi anak keluarga miskin, akhirnya mengisap lem terjadi berulang-ulang kali malamnya.
“Saya coba-coba mengisap lem karena melihat teman, jadi saya coba dan ingin tahu rasanya. Waktu mengisap, ada rasa yang tidak jelas yang saya rasakan. Pusing, ngambang, dan ketika mengisap terus saya bisa mengkhayal,” ungkap Popy (nama samaran) yang masih bawah umur dan putus sekolah.
Puluhan anak-anak itu bisa bebas berkumpul dan berbuat apa saja. Mereka sudah tergantung pada lem. Tak ada yang melarang, bertahun tiada yang mengawasi, inilah dunia kelam mereka yang berbinar khayal, asyik.
“Di sana itu kami merasa bebas melakukan apa pun. Mau ini mau itu tidak ada yang mencegah dan melarang, jadi kami pun kumpul setiap harinya. Malahan kami sering bermalam di tempat kami berkumpul,” ungkap Popy lagi.
Celakanya, akhirnya mereka malas dan enggan pergi ke sekolah. Turun dari rumah, bawa buku, minta uang jajan, dan tujuannya ke tempat berkumpul. Lainnya tak penting, yang penting kumpul sama teman-teman dan ngelem, ngesek, ngepop juga (break-dance dan joget).
“Saya putus sekolah karena saya menjaga adik. Karena waktu itu ibu saya baru melahirkan. Untuk menghibur diri saya kumpul bersama teman-teman. Kumpul dan ngelem sudah menjadi kebiasaan saya,” tutur gadis mungil Popy.

Ditambah telan DMP dan Code-in

Dari keterangan beberapa korban lem, tak jarang dan bahkan kerap, ketika sudah ngelem dengan dosis tinggi juga diselingi dengan obat anjing, yakni DMP dan Code-in (anti alergi dan penenang).
“Kami kalau sudah menelan obat itu langsung berhalusinasi. Seperti kami ini tak jejak saat berjalan di tanah kalau sudah makan pil itu. Tapi harus ada campurannya,” ungkap Lolipop (bukan nama sebenarnya).
Gilanya, menurut pengakuan Lolipop, pil DMP dan Code-in biasanya dicampur dengan arak dan Adem Sari. “Kadang pil itu sampai ratusan yang dicampurnya. Kalau minumnya sikit-sikit. Kadang juga kami ini sekitar belasan menggunakannya di kuburan itu. Kalau dosisnya kurang, pil itu kawan kami tambah, agar cepat bereaksi,” ungkapnya.
Lolipop mengaku tak hanya di pemakaman saja, banyak tempat dijadikan tempat ngumpul. Bahkan teman-teman pernah minta uang sama petugas Jembatan Timbang, kemudian dibelikan lem lagi.
“Di sana itu ada namanya Anton, dia ini tukang belikan kami pil DMP dan Code-in. Kemudian kami bersama-sama minum obat itu, ditambah lagi ngelem dan lain sebagainya. Jadi ini faktanya bahwa saya tidak berdua dengan Popy saja,” tegas Lolipop yang protes pernyataan Walikota Sutarmidji di teve lokal, lantaran disebut hanya mereka berdua saja yang ngelem, ngesek, ngobat.
Bahkan Popy mengaku sudah dua kali berhubungan badan di pemakaman tersebut dan tempat lain juga yang dilakukan dengan orang yang berbeda.
“Saya ini pernah mabuk lem. Kemudian saya dalam keadaan tidak sadar saya disetubuhi bapak-bapak yang lagi sabung ayam. Kemudian saya ini puas bermalam di sana. Jadi saya tahu kondisi di sana itu seperti apa. Jadi jangan bilang hanya dua anak saja. Anak-anak di sana itu banyak, baik pagi, sore, dan malam,” ungkap Popy.
Setelah dalam rangkulan YNDN Kalbar, Popy dan Lolipop mengaku telah sadar, telah merusak diri, merusak kesehatan. “Kami berharap bisa sekolah lagi, karena kami juga mempunyai cita-cita.”
Di tempat terpisah, Rakyat Kalbar ngobrol dengan tiga anak yang kedapatan sedang pesta mengisap lem dan ketiganya dalam pengaruh lem. Mereka adalah Td, 14, putus sekolah. Kemudian RD, 14, siswa SD, dan AN, 15, siswa SMK di Pontianak Utara.
TD biasa ngelem di area kuburan. Bahkan biasa tidur di situ hampir setiap malam. “Tadi saya mau baring habis ngelem lalu ada polisi nangkap kami. Saya jarang pulang ke rumah, karena ibu dan bapak sudah bercerai dan semuanya nikah lagi,” ungkapnya perih terbata-bata.
TD mengaku kenal Popy dan Lolipop yang juga berusia 14 tahun kini diamankan polisi malam sebelumnya saat razia. Ia juga mengaku biasa menginap bersama namun tidak pernah melakukan seks.
“Saya hanya ngelem dan tidak melakukan seks, tapi yang biasa saya lihat banyak orang-orang yang lebih besar yang biasa melakukan seks di kuburan termasuk si Lolipop,” katanya.
Beda dengan AN, dia mengaku minum minuman keras di lokasi tersebut. Dia mengaku banyak masalah dalam keluarganya. “Saya masih sekolah di SMK dan kami biasa kumpul-kumpul di kuburan dengan teman-teman,” ujarnya.

Sabtu, 16 Maret 2013

Sembilan Pemuda Tersangka Pemerkosa NR

JAKARTA - Sembilan orang menjadi tersangka pemerkosaan atas NR (16), siswi kelas X SMK di Jakarta Timur. Sebelumnya polisi menahan 14 orang terkait kasus ini, tapi kemudian empat orang di antaranya dibebaskan. Satu di antara tersangka adalah pacar korban.

"Tersangka yang kami tangkap ada sembilan orang, satu orang lagi masih dalam pengejaran," kata Kepala Polda Metro Jaya, Inspektur Jendral Putut Eko Bayuseno, dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jumat (15/3/2013). Menurut Putut, kejadian tersebut bemula ketika korban mengikuti pacarnya berinisial B yang baru dikenalnya melalui jejaring sosial Facebook sekitar satu minggu, untuk bertemu di Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu (9/3/ 2013).

Dalam pertemuan itu, lanjut Putut, B mengenalkan korban ke teman satu gengnya. Sesudahnya, B mengajak NR ke kebun singkong yang kosong dan sepi, mengajak korban melakukan tindak asusila. "B meminta korban untuk melakukan tindak asusila, setelah selesai korban dan pelaku kembali ke gubuk," ujar Putut.

Sesudah kembali ke gubuk, B meninggalkan NR bersama belasan teman-teman satu geng-nya. Alasan B adalah membeli rokok dan air minum. Saat itulah, ujar Putut, teman-teman B melakukan memerkosa NR beramai-ramai. "Terjadi antara pukul 11.45 WIB sampai jam 3 sore," kata Putut melanjutkan.

Pulang dari lokasi, NR menceritakan kejadian itu ke orangtuanya yang kemudian langsung melapor ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur, Selasa (12/3/2013). Kasus ini tercatat dalam laporan bernomor 420/K/III/2013/Res JT.

NR mengalami trauma berat akibat peristiwa ini, hingga dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Hasil pemeriksaan fisik korban oleh dokter spesialis forensik Arif Wahyono, ditemukan ada bekas kekerasan pada alat kelamin korban.

Putut mengatakan, kesembilan pelaku yang ditetapkan tersangka yakni Beni Ardi Firmansyah (20), Hery Setiadi (19), HM alias L (16), SK (15), F alias U (15), RG alias U (15), TS (14), RH (15) dan MYK alias T (16). Satu orang yang masih buron pun masih terus dikejar polisi.

Barang bukti untuk kasus tersebut adalah hasil visum korban, kaos putih bermotif hitam, serta celana jeans panjang berwarna biru milik korban. Para tersangka terancam perkara persetubuhan terhadap anak di bawah umur, melanggar pasal 81 UU RI nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perbuatan ini diancam dengan pidana tiga hingga 15 tahun penjara.