Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Sabtu, 03 Maret 2012

Kasus Perkosaan dan Pembunuhan Bocah Direkonstruksi

Kasus Perkosaan dan Pembunuhan Bocah Direkonstruksi


Semarang: Guna menghindari amuk massa, reka ulang kasus pemerkosaan bocah lima tahun dengan tersangka Amsuri terpakasa dilakukan di areal Markas Polrestabes Semarang, Jawa Tengah, Jumat (10/2).

Dalam reka ulang digambarkan korban yang masih tetangga tersangka tidak menaruh curiga sedikit pun saat diajak tersangka jalan-jalan. Pasalnya tersangka sering mengasuh korban selama ini.

Korban yang dibawa ke semak-semak berontak saat diperkosa. Korban pun akhirnya dicekik hingga tewas. Mayat korban dibuang ke Taman Pemakaman Umum (TPU) Kedungmundu, Semarang.

Kepada petugas, tersangka yang sudah memiliki anak ini mengaku memerkosa korban secara spontan, tanpa ada rencana. Usai melakukan aksi bejatnya tersangka kemudian berpesta minuman keras.

Sebelumnya, kasus pemerkosaan ini menggemparkan warga Semarang. Saat itu keluarga korban panik mencari anaknya yang hilang ditemukan tewas di Kompleks Pemakaman Kedungmundu. Selang beberapa jam kemudian, tersangka Amsuri ditangkap.(ADI/ULF)

Semua Berawal dari Video...


  Semua Berawal dari Video...
Jakarta: Kasus Mesuji terkuak setelah kedatangan rombongan Lembaga Adat Megoupak ke Komisi Hukum DPR, 14 Desember silam. Siapa yang menyangka kehadiran mereka membawa sebuah kasus yang menjadi isu nasional dan membuat pemerintah layaknya kebakaran jenggot.

Ketika itu beberapa tokoh seperti mantan Asisten Teritorial Kepala Staf TNI Angkatan Darat Mayor Jenderal (Purn) Saurip Kadi dan artis lawas Pong Harjatmo ikut mendampingi korban. Saurip mengaku kehadirannya sebagai perwakilan dari keluarga. Kedatangan mereka ini membuat heboh dengan mengadukan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan anggota kepolisian terkait kasus sengketa tanah dengan perusahaan karet sekaligus perusahaan kelapa sawit, PT Silva Inhutani Lampung. Tak tanggung-tanggung, pembantaian ini disebut-sebut dilakukan terhadap 30 petani di Mesuji, Lampung, sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.

Mereka juga membawa barang bukti yang cukup mengagetkan, yakni video kekerasan yang dilakukan pam swakarsa, serta pembantaian yang dilakukan dengan keji. Sebanyak dua video merekam proses pemenggalan dua kepala pria. Sementara, seorang pria yang bersenjata api laras panjang dengan penutup kepala terlihat memegang kepala yang terpenggal. Menurut Saudi, perusahaan perkebunan sawitlah yang mengusir penduduk dengan membentuk pam swakarsa.

Warga memang "memendam" kasus ini selama berbulan-bulan karena alasan takut. Bagaimana tidak? Orang yang mengungkap kasus tersebut di daerah justru dipenjarakan polisi. Untuk itulah mereka mengadu ke Komisi III DPR agar mengusut kasus di Mesuji. Selain itu, mereka meminta agar orang yang mengadukan kasus pelanggaran HAM ini bisa dilindungi.

Pengaduan korban ke DPR kembali menyiratkan dugaan keterlibatan aparat kepolisian dalam pembantaian. Polri pun berjanji akan menyelidiki dugaan pembantaian tersebut dan mengusut asal muasal serta kebenaran video yang ditunjukkan di Komisi III DPR. Mereka juga akan mengirim tim ke Mesuji.

Setelah dipelajari, Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo mengatakan bahwa dalam kasus Mesuji ada dua kejadian di tempat yang berbeda, yang sama-sama bernama Mesuji. "Setelah lihat tayangan tadi, ada dua kejadian. Pertama di Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, April 2011. Kemudian yang di Lampung, Kabupaten Mesuji 11 November 2011," tutur Kapolri dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu pekan ketiga Desember lalu.

Untuk kejadian di Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, permasalahannya sengketa lahan tanaman sawit. Kasusnya melibatkan PT Sumber Wangi Alam (SWA) dengan warga di Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Sumsel. Peristiwa itu terjadi 21 April 2011 dan menewaskan tujuh orang.

Dua dari warga dan lima dari karyawan PT SWA. Dalam proses hukumnya, enam orang dijadikan tersangka. Tewasnya dua warga tersebut memicu kemarahan warga Desa Sungai Sodong. Warga datang ke lokasi menggunakan empat truk, mobil bak terbuka, dan sepeda motor. Melihat kondisi ini, para karyawan PT SWA berusaha meninggalkan kamp. Namun beberapa pegawai telat untuk melarikan diri.

Sementara di Kabupaten Mesuji, Lampung, adalah masalah sengketa lahan dan ada masyarakat yang disandera oleh masyarakat juga. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Komisaris Besar Polisi Boy Rafly Amar menjelaskan, di Kabupaten Mesuji, Lampung itu terjadi pada 11 November 2010. "Jadi peristiwa yang di Lampung di lahan PT Silva itu, terkait masalah sengketa perbedaan pemahaman dari warga dengan perusahaan terkait perizinan," ungkap Boy.

"Jadi yang di Lampung, setelah dilakukan penyelidikan ternyata warga tak punya izin tinggal. Jadi dilakukan penertiban. Sekitar tahun 2010 awal, sudah dilakukan langkah-langkah mediasi dengan Pemda Lampung dan ada upaya-upaya penyelesaian permasalahan," kata Boy Rafli Amar.

"Tapi pada akhirnya setelah beberapa kali rapat, dilakukan penertiban. Itu dilakukan November 2010. Jadi pada saat itu tim terpadu dari tim perlindungan hutan Lampung, yang di situ ada kepolisian, melakukan langkah-langkah penertiban. Yang menempati lahan-lahan perkebunan yang tidak punya izin," ungkap Boy.

Terkait kasus ini, Boy mengatakan tidak benar apabila pelaku pembunuhan adalah dari personel kepolisian. Sebaliknya, apabila polisi tidak diturunkan di lokasi kejadian, peristiwa yang lebih buruk lagi dapat timbul. Untuk itu, polisi akan mengecek kebenaran isi video tersebut.

Kasus antara PT Silva Inhutani dengan warga di register 45 di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, terjadi sejak 2009. PT Silva mendapatkan penambahan lahan Hak Guna Usaha (HGU). Penambahan HGU itu melebar hingga ke wilayah pemukiman warga sekitar. HGU ini menjadi sumber konflik karena warga yang sudah tinggal bertahun-tahun di wilayah permukiman diusir. Rumah-rumah warga dirobohkan.

Kasus ini akhirnya sampai ke telinga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan memerintahkan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) dan Kapolri untuk mengusutnya. Bahkan pemerintah membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang diketuai Wakil Menteri Hukum dah HAM Denny Indrayana. Tim ini mempunyai target waktu 30 hari untuk menyelesaikan tugasnya. Namun kerja tim bisa diperpanjang.

Tim tersebut terdiri dari sembilan orang yang berasal dari berbagai unsur yakni Komisi Nasional HAM, kepolisian, Kantor Menko Polhukam, Pemerintah Provinsi Lampung dan Sumsel dan unsur perguruan tinggi. Anggota tim tersebut antara lain Ifdhal Kasim, Indriaswati Dyah Saptaningrum, Mas Ahmad Santosa, serta Ihsan Malik.

Meski menimbulkan polemik, lembaga formal negara langsung turun tangan untuk merespons persoalan di Mesuji. Mulai Komisi Hukum DPR RI, pemerintah, Komnas HAM. Mereka mengirimkan tim khususnya ke lapangan untuk melakukan investigasi.

Menko Polhukam Djoko Suyanto telah menyatakan bahwa penanganan kasus Mesuji akan dibagi dalam tiga langkah. Langkah pertama, dilakukan penelaahan dan pemisahan antara peristiwa yang terjadi di Mesuji Lampung dan Mesuji Sumatera Selatan, termasuk masing-masing bagaimana kejadiannya, latar belakang permasalahan dan korban serta pelakunya. Langkah yang kedua adalah proses hukum atas masing-masing kasus sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan langkah ketiga adalah bagaimana penanganannya ke depan.

Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji bentukan pemerintah mengumpulkan sejumlah keterangan untuk mencapai kesimpulan. Awalnya, tim berencana langsung mengunjungi seorang korban bernama Muslim di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. Namun, karena kondisi Muslim belum memungkinkan untuk dimintai keterangan, TGPF akhirnya hanya bisa meminta keterangan medis dari tim dokter. Mereka juga bakal mengunjungi semua desa yang terlibat kasus Mesuji, baik di Lampung maupun di Sumsel.

Sebelumnya, Tim Mesuji Komisi III DPR juga bertolak ke Lampung dan Sumatra Selatan dan menemukan fakta telah terjadi pemenggalan kepala di Desa Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumsel. Soal pemenggalan kepala itu telah diakui pihak perusahaan dan Camat di Mesuji. Kasus tersebut sedang dalam proses hukum.

Bahkan, Komisi III DPR berencana membentuk panitia kerja (panja) untuk mengusut penyimpangan di sektor pertanahan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Panja itu akan dibentuk menyusul kasus di Mesuji. Usulan pembentukan panja akan dibahas dalam rapat pleno di Komisi II pada 8 Januari 2012. Usulan itu muncul setelah tim dari Komisi III melakukan kunjungan ke Lampung.

Sejumlah pihak mengatakan, persoalan kekerasan yang terjadi selama berpuluh-puluh tahun di Mesuji berakar dari persoalan agraria yang berlarut-larut dan tidak terselesaikan. Dan menjadi semakin rumit setelah Menteri Kehutanan memberikan izin perluasan lahan kepada PT Silva Inhutani untuk mengelola lahan dari 33 ribu hektare menjadi 42 ribu hektare pada 1996.

Namun lagi-lagi, tak ada pihak yang mau disalahkan. Dalam kasus ini, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan mengatakan mengenai Hak Guna Usaha (HGU) yang melebar ke permukiman warga itu adalah wewenang pemerintah provinsi dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Kasus ini terus bergulir. Bahkan video Mesuji yang pernah diputar di DPR menjadi kontroversi. CBN News menyebutkan, dalam video tersebut ada penggalan adegan yang diambil dari daerah Thailand bagian selatan. Penggalan adegan yang dimaksud terkait pemenggalan kepala yang justru terjadi di Pattani, Thailand selatan. Meski demikian, Polri belum dapat memastikan rencana pemeriksaan terhadap orang-orang yang mengetahui rekaman video termasuk pembuat video tersebut.

Sementara, Ketua TGPF Denny Indrayana memilih untuk tidak memberikan kesimpulan terlalu cepat tentang kecurigaan video itu. Ia mengatakan akan meminta pendapat ahli telematika.

Beberapa bagian dalam rekaman video menunjukkan bagaimana sengketa tanah di wilayah Mesuji antara warga desa dan pihak perusahaan perkebunan berujung pembunuhan sadis. Perihal video sadis itu anggota Komisi III DPR yang membidangi hukum Didi Irawadi menyesalkan hal itu.

Terlepas dari polemik kebenaran video itu, banyak saksi di lapangan yang mengungkapkan adanya pembunuhan sadis di wilayah Mesuji. Sementara, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, persoalan merupakan kelemahan pemerintah mengatasi sengketa tanah.

"Kejadian yang ada saat ini justru menunjukkan bagaimana pemerintah lalai, pemerintah absen terhadap kepentingan warga," tutur Direktur Eksekutif Walhi Berry Nahdian Furqan.

Laporan Lembaga Adat Megoupak ke Komisi III DPR terkait konflik register 45 Mesuji tak hanya membuat pemerintah pusat bak kebakaran jenggot, Gubernur Lampung Sjachroedin ZP juga ikut-ikutan gerah. Bahkan, ia menyebut pelapor tersebut sebuah kelompok teroris yang membuat kondisi Lampung seolah tidak aman.

Orang nomor satu di Lampung ini khawatir hal tersebut berdampak terhadap mundurnya investor dari negara-negara asing yang akan berinvestasi. Pasalnya, mereka menganggap kondisi Lampung saat ini rawan rusuh. Karena itu, Sjachroedin meminta kepada pemerintah untuk segera mengusut tuntas kasus ini, khususnya pembuat video pembantaian petani di Mesuji.

Benar tidaknya isi video tersebut, lebih dari seribu orang pengungsi Mesuji tak peduli. Yang jelas hidup mereka kini berubah, karena berbulan-bulan hidup di tenda sederhana. Kediaman mereka hancur oleh sapuan buldoser, meninggalkan puing-puing kenangan dan ratap tangis.(MEL/dari berbagai sumber)

Kekerasan Anak, Salah Siapa?

Jakarta: Masyarakat, beberapa waktu lalu, dikagetkan dengan berita yang datang dari Depok, Jawa Barat. Publik bukan saja terkejut, tapi sekaligus geram bercampur rasa pilu dan prihatin.

Seorang siswa sekolah dasar (SD) ditikam teman sekolahnya dengan senjata tajam di Perumahan Cinere Indah, Depok, Jabar. Tersangka kesal, sebab korban Syaiful Munip meminta kembali telepon seluler yang dicurinya.

Sebelumnya, korban dijemput tersangka, AMN, di rumahnya. Tersangka kemudian menusuk Syaiful hingga delapan kali. Korban ditemukan bersimbah darah di dalam selokan di perumahan itu [baca: Siswa SD Ditikam Temannya].

Hingga Selasa lalu, Syaiful masih dirawat intensif di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, untuk pemulihan 15 luka tusukan. Kondisi kesehatannya terus membaik. Namun, ia masih membutuhkan penanganan serius untuk trauma atas tindakan kekerasan yang dialaminya.

Tetangga tersangka kaget mendengar kabar bahwa AMN yang masih 13 tahun itu bisa berbuat begitu sadis. Padahal sehari-hari bocah itu dikenal berperilaku baik. Tapi menurut rekan sekolahnya, tersangka terkenal nakal dan kerap meminta atau bahkan mencuri uang temannya sendiri.

Terlepas dari semua itu, kini yang tersisa hanya pertanyaan-pertanyaan. Kok, bisa anak seusia itu bisa berlaku keji pada temannya sendiri? Ada hal apa yang terjadi pada tersangka? Apalagi penusukan yang dilakukannya bukan hanya sesuatu yang hanya bermaksud melukai, tapi seperti berniat untuk menghabisi nyawa. Lebih menyesakkan lagi karena setelah melakukan hal tersebut dia berinisiatif membuang temannya di got, mungkin dengan niat agar tidak diketahui orang.

Profesor Dr. Meutia Hatta, pakar pendidikan, berpendapat hal ini lantaran pengaruh dari tantangan masa kini. Kekerasan yang masuk tak bisa dibendung dengan baik sehingga bagian budaya kekerasan masuk ke dalam diri anak. "Mereka jadi hidup dalam situasi seperti itu," katanya.

Sedangkan sosiolog Robertus Robert menanggapi maraknya perbuatan kriminal dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh anak di bawah umur, berkaitan erat dengan kondisi keluarga. Faktor lainnya adalah pengaruh tayangan kekerasan di media massa.

Apa yang terjadi pada AMN yang diketahui tidak memiliki riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain mungkin adalah bentuk kekerasan impulsif. Kekerasan impulsif adalah suatu reaksi yang tidak terkontrol, yang mempunyai potensi melukai orang lain yang terjadi setelah peristiwa yang dianggap membahayakan individu yang melakukan kekerasan.

Pada kasus ini kejadian yang memicu adalah ketahuannya tersangka oleh korban mencuri HP miliknya. Ketakutan atau rasa malu membuat tersangka berbuat nekat dan impulsif dengan melukai korban. Namun Yang tidak masuk akal adalah ada kesan hal yang dilakukan tersangka adalah untuk menghabisi nyawa korban agar perbuatan tersebut tidak menyebar. Kalau ini yang benar terjadi sungguh sangat menyesakkan jika kekerasan seperti ini bisa terjadi pada diri anak yang masih sangat muda itu.

Meski pada banyak kasus kekerasan impulsif oleh anak biasanya masalah pemicunya sepele, reaksi perilaku yang diberikan anak yang mengalami masalah ini terkadang lebih dari yang dibayangkan. Menendang, memecahkan barang-barang, memukul dan melukai diri sendiri adalah sebagian reaksi perilaku yang dilakukan oleh anak yang melakukan kekerasan impulsif. Selain itu berteriak, memaki, bicara kasar dan kotor atau vulgar adalah reaksi verbal yang juga sering dilakukan oleh anak yang mengalami hal ini.

Pertanyaannya adalah, di mana si anak belajar melakukan ini? Patut dipertanyakan pula dari mana tersangka memperoleh pisau yang dipakai untuk menusuk? Apakah ini sesuatu yang direncanakan ? Bagaimana juga tersangka bisa begitu tega menusuk korban berulang kali lalu membuangnya ke got?

Hal lain yang sangat mencengangkan adalah pengakuan tersangka. Kabarnya tersangka mengaku jika yang dilakukannya adalah hasil meniru adegan kekerasan di film yang ditontonnya di televisi. Jika itu benar, betapa besarnya efek yang ditularkan lewat film yang mungkin tidak pas ditonton oleh anak-anak. Contoh kekerasan lewat penggambaran yang realistis di film-film akan membuat memori yang abadi di kepala si anak. Anak tanpa sadar telah tercuci otaknya dengan film-film tersebut.

Anak adalah seorang peniru ulung. Segala gerak geriknya pada awal masa kehidupan didapatnya dari meniru orang di sekitarnya. Orangtua dan keluarga adalah tempat belajar pertama kali. Selanjutnya lingkungan akan berkontribusi lebih banyak lagi dalam membuat si anak belajar hal-hal baru termasuk dalam mengungkapkan perasaan dan berperilaku.

Kejadian yang sangat memilukan ini memang mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan. Pihak yang merasa terpanggil untuk mencermati dan ikut serta memberikan solusinya adalah Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA). Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh mengatakan, penanganan siswa penusuk temannya tetap harus dilakukan dalam kerangka kepentingan terbaik bagi anak.

Menurut dia, tindak pidana penganiayaan dan penusukan yang dilakukan tersangka merupakan tindakan melawan hukum dan tidak dibenarkan, sekalipun pelakunya anak-anak. Hanya saja, penanganan kasus tersebut, tentu tidak boleh disamakan dengan penanganan kasus serupa yang pelakunya orang dewasa.

Niam menjelaskan, ketika ada benturan antara hak korban dan hak pelaku, maka harus didahulukan hak korban, termasuk jika korban menghendaki penyelesaian lewat jalur hukum.

"Jika pilihan penanganannya melalui jalur hukum, berdasarkan pertimbangan aparat penegak hukum dan rasa keadilan korban, maka harus dipastikan bahwa prosesnya tetap menjamin hak-hak dasar anak terpenuhi," katanya.

Namun, lanjutnya, jika korban memaafkan, meski dengan syarat-syarat tertentu semisal pertanggungan biaya dan sejenisnya, hal ini bisa ditempuh dengan tetap memberi perhatian khusus kepada anak pelaku untuk kepentingan rehabilitasi. Menurut dia lagi, keluarga pelaku perlu didorong untuk bertanggungjawab dan meminta maaf kepada korban dan keluarganya.

Ketua Komnas PA Aris Merdeka Sirait menyatakan kepolisian perlu memberikan ganjaran yang tepat kepada tersangka. Solusinya adalah pelaku direhabilitasi, tapi proses hukum pidana tetap berjalan. Jadi, jika hakim memvonisnya satu tahun penjara maka dia ditempatkan bukan di penjara, melainkan di panti sosial.

Aris menilai kepolisian tidak dapat menerapkan Pasal 340 KUHP (pembunuhan berencana) terhadap pelaku tanpa mempertimbangkan usianya. Aris juga menegaskan bahwa panti sosial lebih memenuhi syarat untuk memberi hukuman pada pelaku. Panti sosial dinilai dapat membina mental dan pola pikir pelaku yang masih di bawah umur.

Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi, mengatakan, meski telah melakukan kesalahan, pelaku perlu mendapat pendampingan karena masih dibawah umur. Karena itu, Komnas PA akan memberikan pendampingan kepada pelaku penusukan itu.

Menurut Kak Seto, kenekatan pelaku menusuk temannya sendiri ini menjadi catatan tersendiri. Bisa jadi tersangka merupakan korban dari situasi yang tidak kondusif dalam keluarganya. Hal ini bisa dilihat dari kondisi orangtua pelaku yang berpisah. "Kasus ini di daerah cukup banyak karena dinamika anak dan remaja tidak mendapat ruang lagi," katanya.

Kasus-kasus kenakalan anak dan remaja sering menimbulkan pro dan kontra di antara pihak penegak hukum dan pemerhati dunia anak. Kasus yang menimpa Syaiful mendapat perhatian dari banyak pihak karena termasuk sadis untuk dikategorikan sebagai kenakalan remaja.

Dalam kacamata hukum, bukti-bukti dan keterangan dari saksi yang memberatkan tersangka adalah pintu menuju hukuman. Tapi pelaku masih dikategorikan sebagai anak di bawah umur yang seharusnya mendapatkan pembinaan, bukan hukuman penjara.

Jika dilihat dari perspektif psikologi perkembangan, penyimpangan perilaku yang terjadi pada anak-anak di bawah umur dan remaja seharusnya dikategorikan pada kenakalan remaja (juvenile delinquency). Kenakalan remaja ini adalah perilaku-perilaku yang secara umum tidak dibenarkan oleh normal sosial, seperti tindak pelanggaran di rumah ataupun sekolah hingga ke ranah kriminal.

Kasus yang terjadi di Depok ini, kemungkinan besar pelaku melakukan imitasi perilaku dari media massa (koran ataupun televisi). Jika diperhatikan, nyaris semua korban pembunuhan yang diberitakan media massa ditemukan di selokan, semak-semak, atau tempat tersembunyi lainnya.

Korban sudah ada, lalu bagaimana hukuman yang pantas untuk kenakalan remaja (bahkan yang masuk kategori sadis seperti kasus ini)? Penjara bukanlah tempat pembinaan yang tepat karena seringkali dari penjaralah anak-anak belajar tentang kejahatan yang lain. Pelaku seharusnya diberikan pembinaan dari profesional seperti psikolog atau konselor.(IAN/dari berbagai sumber)

Pelatih Qatar: Usut Laga Timnas Indonesia vs Bahrain

TEHERAN — Pelatih Qatar, Paulo Autuori keget bukan kepalang ketika mengetahui hasil akhir laga Bahrain versus timnas Indonesia berkesudahan 10-0. Menurutnya ada sejumlah keganjilan di laga yang dipimpin wasit Andre El Haddad asal Libanon tersebut.
Momen aneh pertama adalah kartu merah kilat bagi kiper Indonesia, Samsidar di menit kedua pertandingan. Selain kartu merah, Bahrain pun dihadiahi penalti. Tidak hanya satu, Bahrain pun mendapat empat kali penalti sepanjang laga.
Hal itu menurut Autuori belum pernah dia saksikan di sepanjang hidupnya. Ada sejumlah hal aneh di pertandingan Bahrain. Karena itu, jika AFC ingin membangun sepakbola Asia, maka perlu melakukan investigasi atas hasil tersebut," imbuh Autuori dilansir Al Watan.
Dia mengaku sempat stress ketika mengetahui Bahrain sudah mencetak delapan gol atas Indonesia, sementara Qatar teringgal 2-1 atas Iran. Dalam kondisi itu, Qatar dapat tersingkir dari babak kualifikasi Piala Dunia.
"Saya kaget begitu mengetahui hasil Indonesia. Tapi saya tidak memberitahukan hasil itu kepada pemain agar mereka tetap tenang dalam bermain," ungkapnya
Hasilnya keadilan pun didapatkan Qatar dengan lahirnya gol penyeimbang atas Iran di akhir pertandingan. Gol itu pun sekaligus memupus hasil Bahrain yang unggul 10-0 dari Indonesia. Walau sudah memastikan tiket di babak final kualifikasi, Qatar tetap mendesak FIFA dan AFC untuk mengusut tuntas laga Bahrain versus Indonesia.

Inilah Kontroversi Wasit Laga Indonesia Vs Bahrain

MANAMA -- Kepemimpinan wasit Andre El Haddad dalam laga Bahrain kontra Indonesia dalam laga kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 Grup E Zona Asia di Stadion Nasional Manama, Rabu (29/2), menjadi sorotan para penggemar sepakbola.  Tidak hanya masyarakat awam, melainkan para jurnalis, para jurnalis asing yang menangani segmen olahraga di media masing-masing.   
Lewat situs jejaring sosial Twitter, beberapa jurnalis asing mengutarakan kritikan seputar kepemimpinan wasit asal Lebanon tersebut. Maklum saja, pemberian empat tendangan penalti dalam pertandingan tersebut terasa sangat mengherankan.  Apalagi tiga diantaranya diberikan oleh El Haddad di babak pertama, dengan dua diantaranya berbuah gol.
Mike Donovan (Oregon Post) Amerika Serikat, Grant Wahl (Sport Illustrated), Jonathan Wilson (The Blizzard) adalah beberapa jurnalis yang meragukan kepemimpinan El Haddad.  "Bahrain harus mencetak kemenangan dengan selisih sembilan gol untuk melangkah ke babak selanjutnya.  Mereka mendapatkan hadiah berupa kartu merah pada menit kedua dan dua buah penalti.  Siapa yang menyaksikan pertandingan ini? mencurigakan?" tulis Wahl pada akun twitternya @GrantWahl.
Nama El-Haddad sudah pasti tidak akan dilupakan oleh publik sepakbola Singapura.  Kejadian ini terjadi saat negeri Singa tersebut menjalani laga perdana kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 Grup A Zona Asia kontra tuan rumah Cina di Tuodong Stadium, Kunming, 2 September 2011. 
Saat itu, Singapura berhasil unggul terlebih dahulu lewat gol yang diciptakan oleh Aleksandar Duric pada menit ke 33.  Babak pertama pun berakhir 0-1 bagi keunggulan Singapura.  Keadaan berubah drastis pada babak kedua. 
Hal tersebut disertai oleh beberapa keputusan kontroversial yang dibuat oleh wasit berusia 41 tahun tersebut.  Pertama adalah pemberian penalti pada menit ke 57 setelah penjaga gawang Lionel Lewis menabrak salah satu penyerang Cina di kotak terlarang.  Beruntung Lewis mampu mementahkan eksekusi tersebut. 
Sepuluh menit kemudian Cina kembali mendapat hadiah penalti.  Kali ini pemain belakang Singapura didakwa melanggar Yu Dabao di kotak penalti.  Meskipun dari tayangan ulang Dabao terlihat sengaja menjatuhkan diri, El Haddad tetap menunjuk titik putih.  Eksekusi Zheng Zhi sukses membobol gawang Lewis. 
Mental para penggawa tim Singa pun anjlok selepas pemberian penalti tersebut.  Belum sadar dari keterkejutan mereka, tak lama berselang Cina berhasil memperbesar keunggulan menjadi 2-1 lewat gol Yu Hai pada menit ke 73.  Keunggulan tersebut bertahan sampai pertandingan berakhir. 
Selepas pertandingan, segenap pemain Singapura mengkritik keputusan-keputusan kontroversial sang pengadil.  Bahkan penjaga gawang Singapura Lionel Lewis menyebut bahwa wasit telah merebut kemenangan dari timnya.  "Kami benar-benar dirampok olehnya.  Laga ini benar-benar laga antara 15 pemain melawan 11 pemain," ujarnya seperti dilansir Strait Times. 
Kegusaran Lewis amat terasa mengingat dirinya baru saja masuk pada menit ke 54 menggantikan Izwan Mahbud yang harus ditarik akibat cedera.  "Penalti pertama fifty-fifty, akan tetapi untuk insiden yang kedua, tidak ada yang menyentuh pemain Cina tersebut," tegasnya.  Setelah itu, El Haddad menghadapi hujan kritikan dari pers Singapura dan juga Cina.  Sejak saat itu pula, integritas El Haddad sebagai seorang wasit dipertanyakan. 
Integritas yang akan terus dipertanyakan selepas pemberian kartu merah pada Samsidar di menit keempat babak pertama.  Tak lupa, empat hadiah penalti dalam laga yang berujung 10-0 bagi Bahrain tersebut. 
Wasit hanyalah manusia biasa.  Akan tetapi jika wasit telah mengambil sederet kontroversi, tentu sederet pertanyaan akan mengemuka.  Termasuk terhadap Andre El Haddad.

Bahrain vs Indonesia 10-0: Kiper dan Pelatih Garuda Diusir

Lengkap sudah kekalahan Indonesia melawan tuan rumah Bahrain pada ajang kualifikasi Piala Dunia Putaran III Grup E, Zona Asia di Manama, Rabu (29/2/2012). Selain dicukur 10 gol tanpa balas, Indonesia juga diganjar dua kartu merah sekaligus.
Satu kartu merah dialamatkan kepada penjaga gawang, Samsidar. Satu lagi didapat oleh sang pelatih, Aji Santoso yang memprotes keras kepemimpinan wasit.
Entah apa yang dialami Indonesia sehingga harus diberondong 10 gol oleh para pemain Bahrain. Empat gol tercipta di babak pertama, enam gol pada babak kedua.
Meski Indonesia dipastikan tidak lolos ke putaran selanjutnya, akan tetapi bukan berarti, para pemain tidak maksimal untuk mengangkat nama bangsa dan negara. Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin beberapa hari sebelum laga.
Namun kenyataannya, permainan Indonesia melawan Bahrain berakhir dengan antiklimaks. Tim Garuda tidak menampilkan karakter permainannya seperti yang sebelumnya ditunjukkan.
Bahkan, permainan Indonesia pun masih mentah. Tidak terlihat pola apa yang mereka mainkan, seolah memudahkan Bahrain untuk menguasai pertandingan selama 90 menit waktu normal.
Yang pasti, dengan diberondong 10 gol, wajah Indonesia seolah tertampar. Apalagi gol tersebut dibuat oleh Bahrain, yang notabene tidak jauh kelas dengan kekuatan Indonesia. Bahkan, Indonesia sempat mengalahkan Bahrain dengan skor 2-1 pada 2007.

SPESIAL: Sepuluh Hasil Buruk Indonesia Sepanjang Sejarah

Sepuluh. Angka ini mendadak tidak lepas dari benak pikiran serta ramai menjadi pembahasan penggemar sepakbola tanah air, Rabu (29/2) malam lalu. Pasalnya, telah tercipta sejarah yang sayangnya merupakan peristiwa memalukan bagi timnas Indonesia. Pada laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Asia, Indonesia ditelan tuan rumah Bahrain, 10-0.

Sepuluh gol tercipta ke dalam gawang Andi Muhammad Guntur. Seakan kian melengkapi penderitaan, Samsidar menerima kartu merah pada menit ketiga pertandingan, menyusul kartu merah kepada pelatih Aji Santoso, dan empat kali hukuman penalti yang dijatuhkan wasit Andre El Haddad asal Libanon. Sejarah juga mencatat, tidak ada tim lain setelah Brighton & Hove Albion pada Maret 1989 yang menerima empat hukuman penalti sekaligus pada satu pertandingan.

GOAL.com mencoba merangkum sepuluh hasil pertandingan terburuk yang pernah dialami Indonesia sepanjang sejarah. Definisi "terburuk" tidak mesti berarti kekalahan dengan skor besar, tetapi juga hasil-hasil mengejutkan dan di luar dugaan yang mencegah terwujudnya mimpi Indonesia untuk berprestasi. Sepuluh pertandingan ini juga dipilih berdasarkan dampaknya terhadap perkembangan sepakbola tanah air secara keseluruhan. Dengan demikian, kekalahan 7-1 dari Uruguay, misalnya, pada laga ujicoba tidak masuk dalam catatan.

Catatan hasil-hasil ini juga tidak dimaksudkan untuk menghujat, melainkan dilakukan dengan semangat pembelajaran dari pengalaman yang sudah dialami Indonesia. Sepakbola tidak melulu soal kemenangan, tetapi juga bagaimana caranya bangkit dari keterpurukan.

1. Mogok di debut regional, vs Thailand 1-1, SEA Games 1977
Untuk kali pertama Indonesia berpartisipasi di pesta olahraga negara Asia Tenggara, SEA Games. Di cabang sepakbola, Indonesia disematkan status favorit karena sudah langganan tampil di turnamen antarnegara seperti Merdeka Games, Piala Raja Thailand, atau Piala Presiden Korea Selatan. Status favorit kian lantang ketika Indonesia mampu mengalahkan tuan rumah Malaysia 2-1 pada laga debut SEA Games. Setelah laga itu, skuad Indonesia menuding kubu tuan rumah menerapkan strategi tidak sportif dengan jadwal ketat. Puncaknya terjadi ketika di laga semi-final Indonesia memprotes kepemimpinan wasit Othman Omar, asal Malaysia, yang dianggap berat sebelah. Pemain Indonesia berkelahi dengan Thailand dan wasit menghentikan pertandingan pada menit ke-60 pada kedudukan 1-1. Indonesia menolak melanjutkan laga sehingga panitia memberikan kemenangan kepada Thailand. Indonesia pun melanjutkan protes dengan mogok bertanding pada pertandingan perebutan medali perunggu melawan Burma.

2. Super-Mokh membungkam Senayan, vs Malaysia 0-1, SEA Games 1979
Setelah kasus mogok pada partisipasi debut, Indonesia berhasil melaju ke babak puncak SEA Games 1979 yang digelar di kandang sendiri. Ratusan ribu pasang mata memadati Senayan berharap Indonesia mampu melengkapi gelar juara umum dengan medali emas cabang primadona, sepakbola. Apalagi musuh di laga puncak adalah seteru abadi, Malaysia. Harapan masyarakat Indonesia musnah di kaki penyerang legendaris Harimau Malaya, Mokhtar Dahari. Memanfaatkan kecerobohan Ronny Pattinasarany, pemain berjuluk Super-Mokh itu berhasil membobol gawang Ronny Paslah pada menit ke-21. Indonesia gagal membalas sepanjang sisa pertandingan dan rivalitas dua negara tetangga ini pun kian dalam.


2. Raksasa melawan liliput, vs Fiji 3-3, Kualifikasi Piala Dunia 1982
Indonesia tak mampu mengalahkan Fiji, negara seukuran provinsi Nusa Tenggara Barat, dalam dua pertemuan pada kualifikasi Piala Dunia 1982. Tergabung di Sub Grup A kualifikasi Piala Dunia 1982 bersama Selandia Baru, Australia, Taiwan, dan Fiji, Indonesia nyaris saja terhempas menjadi juru kunci. Hasil buruk dibukukan pada empat laga pertama ketika dibekuk Selandia Baru 2-0 dan 5-0, kandang dan tandang, menyerah 2-0 dari Australia di Melbourne, dan bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah Fiji. PSSI memutuskan mengganti pelatih Harry Tjong dengan Endang Witarsa. Di Senayan, dua hari sebelum melawan Fiji, seperti dilansir Tempo, manajer Syarnoebi Said akan menyuruh pemain Indonesia bersumpah guna menepis kecurigaan kemungkinan disuap. Di lapangan, Indonesia sempat unggul 3-1 sebelum akhirnya disamakan 3-3 oleh Fiji hingga pertandingan berakhir. Beruntung Indonesia selamat dari posisi juru kunci setelah menaklukkan Australia 1-0 pada laga pamungkas yang sudah tidak menentukan.

4. Antiklimaks Garuda 1, vs Thailand 0-7, SEA Games 1985
Hanya empat bulan setelah sukses menjuarai Sub Grup B kualifikasi Piala Dunia 1986 dan hanya kalah dari Korea Selatan yang lolos ke Meksiko, Indonesia tidak tampil dengan standar yang sama di SEA Games di Thailand. Padahal Indonesia tampil dengan sisa-sisa skuad Garuda 1 yang berlatih khusus di Brasil. Bedanya, Bertje Matulapelwa ditunjuk menjadi pelatih menggantikan Sinyo Aliandoe. Pada partisipasi kali ini, Indonesia hanya mampu bermain imbang sekali dalam empat pertandingan. Puncaknya adalah kekalahan telak 7-0 dari tuan rumah Thailand di semi-final. Usai SEA Games, Bertje tetap dipercaya PSSI menangani timnas. Seperti diketahui, Bertje kemudian sukses membawa Indonesia menempati peringkat keempat Asian Games 1986. Kegagalan SEA Games rupanya menjadi pelecut Indonesia untuk melaju jauh di Asian Games dan kemudian sukses menjuarai SEA Games 1987 yang digelar di Jakarta.

5. Gol bunuh diri Mursyid Effendy, vs Thailand 2-3, Piala Tiger 1998
Untuk menghindari tuan rumah sekaligus favorit Vietnam di semi-final, Indonesia dan Thailand "menolak" menang pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A. Kedua tim sudah dipastikan lolos ke semi-final, tetapi hasil imbang saja sudah cukup bagi Thailand untuk menempati posisi runner-up dan terhindar dari laga melawan Vietnam. Ketidakseriusan memuncak usai jeda. Indonesia memimpin dua kali sebelum selalu disamakan Thailand. Puncaknya, pada menit ke-90 Mursyid Effendi melesakkan bola ke dalam gawang sendiri! Thailand menang 3-2 dan berhadapan dengan Vietnam di semi-final. Ketua Umum PSSI Azwar Anas menyambut kepulangan timnas di bandara dan sambil berlinang air mata menyatakan pengunduran diri karena insiden memalukan itu. Setelahnya, Mursyid juga mendapat sanksi larangan bermain untuk timnas seumur hidup oleh FIFA.

6. Antiklimaks di Negeri Tirai Bambu, vs Cina 0-5, Piala Asia 2004
Bersama pelatih Bulgaria yang senantiasa didampingi penerjemah bahasa Indonesia, Ivan Kolev, membawa Garuda mengejutkan Asia dengan menundukkan Qatar 2-1 pada laga perdana Grup A Piala Asia 2004. Hasil tersebut menyebabkan Qatar memecat pelatih Philippe Troussier. Optimisme pun melambung karena minimal Indonesia membutuhkan satu poin tambahan melawan Cina dan Bahrain pada dua laga susulan. Nyatanya, Indonesia tampil lesu pada laga kedua menghadapi tuan rumah Cina. Alex Pulalo mendapat kartu merah pada menit ke-29 dan Garuda menyerah 5-0. Pada laga terakhir Indonesia dikalahkan Bahrain 3-1 dan gagal masuk delapan besar. Kolev kemudian tidak melanjutkan tugas sebagai pelatih dan digantikan oleh Peter Withe untuk Piala AFF tahun yang sama. Tim besutan Withe, dengan mengandalkan bintang baru seperti Boaz Solossa dan Ilham Jayakesuma, tampil mempesona di turnamen tersebut.

7. Blunder Garuda Muda, vs Suriah 0-7, kualifikasi Piala Dunia 2010
Gairah publik meningkat setelah penampilan Indonesia di Piala Asia 2007 yang terbilang memuaskan meski gagal lolos ke babak perempat-final. Semangat melaju jauh di kualifikasi Piala Dunia pun mengapung ketika berhadapan dengan Suriah di babak eliminasi. Apa lacur, 9 November, Indonesia harus mengakui keunggulan tim tamu 4-1. Merasa tak lagi punya peluang, Indonesia mengirimkan tim U-23 yang disiapkan mengikuti SEA Games 2007. Kebijakan itu terbukti menjadi blunder. Garuda Muda menyerah 7-0 di Damaskus dan gagal total di Nakhon Rachasima, Thailand. Pelatih Ivan Kolev yang dipuja-puja saat Piala Asia pun sontak kehilangan kepercayaan PSSI dan digantikan dengan Benny Dollo di awal 2008.

8. Tersandung di Bukit Jalil, vs Malaysia 0-3, leg pertama final Piala AFF 2010
Sejengkal lagi perjuangan Indonesia mengakhiri puasa gelar sejak 1991 akan terwujud di Piala AFF 2010. Indonesia selalu menang dalam tiga pertandingan penyisihan grup dan dua laga semi-final melawan tim kejutan Filipina. Lawan di laga puncak adalah Malaysia, tim muda yang ditelan 5-1 pada laga pembuka di Senayan. Dengan segala sorotan dan eksploitasi terhadap tim asuhan Alfred Riedl, termasuk dengan kegiatan tim mengikuti pengajian sebelum laga final, Indonesia tersandung di Bukit Jalil. Malaysia mengejutkan dengan kemenangan 3-0 dan hasil itu hanya mampu dibalas 2-1 pada laga kedua di Senayan beberapa hari berselang. Harapan publik untuk berprestasi pun kembali pupus. Enam bulan setelah turnamen, terjadi pergantian kepemimpinan PSSI dan Riedl secara kontroversial dipecat untuk digantikan dengan Wim Rijsbergen.

9. Skandal Senayan, vs Yugoslavia Selection 2-3, Laga eksebisi
Almarhum Tony Pogacnik tercenung setiap kali ditanya wartawan tentang peristiwa memalukan yang terjadi di tengah persiapan Indonesia menghadapi Asian Games 1962 di negeri sendiri. Persiapan untuk cabang sepakbola digelar serius dengan menggelar pelatnas dan membentuk dua tim, Banteng dan Garuda. Sejumlah laga ujicoba digelar, antara lain menghadapi Torpedo Moskwa dan Yugoslavia Selection. Pada kekalahan 3-2 melawan Yugoslavia Selection disinyalir sejumlah pemain timnas menerima suap. Pogacnik bahkan sampai berlinang air mata ketika kepolisian memeriksa dan menahan beberapa pemain atas tuduhan tersebut. Pada akhirnya, Pogacnik terpaksa membentuk tim yang sama sekali baru. Di Asian Games, Indonesia gagal terbang tinggi dan tersisih di penyisihan grup.

10. Tragedi Manama, vs Bahrain 0-10, Kualifikasi Piala Dunia 2014
Terakhir, tentu saja hasil yang baru saja terjadi di pertandingan terakhir kualifikasi menuju Brasil 2014. Tak lagi punya peluang, ditambah dengan masalah dualisme kompetisi, PSSI memberangkatkan tim yang hanya diisi para pemain dari kompetisi legal. Wim Rijsbergen tidak lagi menjadi pelatih dan Aji Santoso dipercaya menukangi tim. Hasil buruk rupanya merusak laga debut Aji serta sebagian besar para pemain di ajang internasional. Kekalahan 10-0 di Manama ini merupakan yang terbesar dialami Indonesia sepanjang sejarah, melampaui rekor 9-0 ketika dikalahkan Denmark pada 1974.

10 Tips Merawat Printer

Seperti hal-nya PC, printer pun perlu perawatan yang baik. Beberapa tip berikut ini mungkin berguna untuk memperpanjang usia printer Joko susanto.

1. Jangan Biarkan Printer Mati dalam waktu lama
Ada baiknya printer tidak dibiarkan mati / nganggur lebih dari 2 hari. Paling tidak gunakan untuk mencetak 2-3 lembar per dua hari dan jangan hanya warna hitam saja, tapi cobalah juga warna lainnya. Maksudnya adalah agar head tetap bekerja dengan baik dan tinta tidak kering & menggumpal yang akan mengakibatkan aliran tinta macet.

2. Jangan biarkan Cartridge Kosong.
Apabila anda menggunakan tinta isi ulang, maka isi segera Cartridge yang mulai kosong.

3. Jangan sentuh pin CMOS
Ketika melakukan pengisian ulang, pin CMOS jangan sampai tersenituh, karena pin CMOS sangat mungkin rusak akibat listrik statis dari tubuh kita.

4. Jangan ganti merk.
Sebaiknya tetap menggunakan merk tinta isi ulang yang sama ketika mengisi ulang. Namun apabila tidak memungkinkan, pastikan bahwa tinta pada cartridge sudah benar-benar habis. Apabila terjadi percampuran dikhawatirkan tejadi penggumpalan yang akan mengakibatkan cartridge tersumbat.

5. Jangan mencetak pada kertas kotor dan lecek
Mencetak sebaiknya menggunakan kertas yang bersih. Kertas yang berdebu dan lecek bisa mengakibatkan debu menempel pada head printer yang akan menyumbat aliran tinta.

-----
Cari Printer? Lihat di http://Jakarta-Komputer.com/printer
-----

6. Bersihkan Printer
Ketika hendak membersihkan printer gunakan kuas atau kain. Pada baian - bagian yang sempit gunakan kuas kecil dan pastikan printer dalam keadaan mati dengan kabel tercabut dari listrik.

7. Matikan Printer dengan benar
Pastikan anda telah menekan tombol off sebelum mencabut kabel power yang terhubung ke listrik. Apabila anda sering langsung mencabut kabel power tanpa mematikan tombol off pada printer dikhawatirkan akan mengakibatkan error pada BIOS printer. Lebih parah lagi apabila BIOS tersebut rusak secara fisik. Akibat lainnya adalah kemungkinan head printer belum pada posisi yang seharusnya, dan karena listrik langsung mati tiba-tiba maka head printer akan terhenti pada posisi yang tidak semestinya, sehingga akan mengakibatkan tinta mengendap dan mengering pada head printer.

8. Menutup printer
Apabila ingin menutup printer, gunakan kain saja, jangan menggunakan penutup yang benar-benar rapat. Udara lembab dapat mempercepat kerusakan pada printer.

9. Jangan langsung matikan printer setelah mencetak
Kebanyakan printer masa kini, memiliki bacaan jumlah mencetak. Apabila kita sering mematikan printer dalam satu hari, misalkan dalam satu harian kita mematikan dan menyalakan printer sampai 10 - 20 kali, kemungkinan anda akan diminta untuk melakukan reset pada penghitungan BIOS printer.

10. Jika tidak terpaksa, jangan cetak gambar yang sangat pekat
Gambar yang pekat, seperti tulisan ukuran besar atau gambar dengan warna hitam pekat, jika dilakukan sering-sering akan memperpendek usia head printer.

Itulah 10 tips perawatan printer agar awet. Sebenarnya hal tersebut diatas tidaklah terlalu merepotkan dan mungkin sepele saja, namun apabila anda melakukan ke 10 tips tersebut dengan benar, maka dijamin printer akan tahan lama.

Selamat Mencoba!!!

Apabila anda sedang mencari printer, silahkan lihat daftar printer yang tersedia beserta harganya hanya di:

http://Jakarta-Komputer.com/printer/