Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 22 Agustus 2012

Gereja Katedral Dibangun

Uskup Letakkan Batu Pertama
Uskup Sanggau Yulius G Mencucini Ofm Cap, Wakil Bupati Sanggau Paolus Hadi
M. Khusyairi
Uskup Sanggau, Yulius G Mencucini Ofm Cap, didampingi Wakil Bupati Sanggau, Paolus Hadi SIP MSi, melepaskan burung merpati menandai peletakan batu pertama pembangunan Gereja Katedral Sanggau
Sanggau
 
Pembangunan Gereja Katedral Sanggau mulai dilaksanakan. Kegiatan pembangunan ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Uskup Sanggau, Yulius G Mencucini Ofm Cap, usai menutup Tend OMK, Minggu (30/10) lalu.
Pembangunan gereja itu direncanakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp15 miliar. Gereja ini akan menaungi 23 paroki di Kabupaten Sanggau dan Sekadau.
Ketua Pembangunan Gereja Katedral Sanggau, Drs C Aspandi, mengungkapkan pembangunan itu bersumber dari dana hibah Pemkab Sanggau dan Sekadau. Selain itu sumbangan umat Katolik di wilayah Keuskupan Sanggau yang membawahi 23 paroki.
“Diperkirakan akan menyedot anggaran sebesar Rp15 M. Ini merupakan hibah Pemkab Sanggau dan Sekadau serta partisipasi dan sumbangan umat Katolik di Keuskupan Sanggau,” jelasnya.
Demi suksesnya pembangunan tersebut, Aspandi meminta peran serta umat dan berbagai kalangan. “Mari kita bersama menyukseskan pembangunan ini sesuai target yang telah kita tetapkan,” pintanya.
Bupati Sekadau, Simon Petrus SSos, mengungkapkan pembangunan gereja itu berdasarkan keinginan para umat mengingat gereja yang lama kapasitasnya sudah tidak memungkinkan lagi. Selain itu usia bangunan yang sudah tua.
“Ini merupakan kebutuhan, bangunan lama memang sudah tidak sesuai lagi. Selaku umat, sudah pasti kita akan mendukung pembangunan ini,” tegasnya.
Wakil Bupati Sanggau, Paolus Hadi SIP MSi, berharap agar pembangunan Gereja Katedral Sanggau itu dapat dibangun. “Ini jelas merupakan atas partisipasi para umat Katolik yang ada di kedua Kabupaten Sanggau dan Sekadau,” tuturnya.
Pemkab Sanggau, kata Hadi, sangat mendukung terhadap keinginan para umat beragama dalam membangun sarana ibadah. Apakah itu masjid maupun gereja dan sarana ibadah lainnya. Soalnya merupakan sarana dalam pembinaan iman para umat yang ada di Kabupaten Sanggau.
“Ini berdasarkan Pancasila pada alinea pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka perlu kita junjung tinggi Pancasila dan toleransi serta menjaga kerukunan antarumat beragama agar pembangunan dapat berjalan dengan baik,” paparnya.
Uskup Sanggau, Mgr Yulius Mencuccini Ofm Cap, mengatakan momen tersebut sengaja ditetapkan pada penutupan Tend OMK tahun 2011. Dan sekaligus dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gereja katedral tersebut.
“Ini merupakan bukti iman para umat Katolik se-Keuskupan Sanggau telah menunjukkan pertumbuhan,” ucapnya.
Kegiatan itu ditandai pula dengan upacara pemberkatan lokasi, peletakan batu pertama dan penandatanganan prasasti serta pelepasan balon dan burung merpati ke udara.
Hadir dalam kesempatan itu, Uskup agung Pontianak Mgr Hironimus Bumbun OFM Cap dan ketua DPRD Sanggau Andreas Nyas Sag. (SrY/kdi-hms)

Gereja Katedral Santo Yosef Rampung 2013

Gubernur Kalbar Cornelis, Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak
Gubernur Kalbar Cornelis meresmikan pemasangan kubah Gereja Katedral Pontianak
Pontianak – Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak yang sedang dalam pembangunan dipastikan rampung awal 2013. Gereja yang berlokasi di jantung Kota Pontianak yang mampu menampung 30 ribu jemaat itu disebut-sebut termegah di Indonesia.
“Pembangunan konstruksi diperkirakan selesai November 2012 ini. Dipastikan awal 2013 semua sudah rampung,” ungkap Ketua Umum Pembangunan Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak Ny Frederika Cornelis, Rabu (15/8), dalam sambutan acara pemasangan kubah oleh Gubernur Cornelis.
Proses pemasangan kubah diawali misa syukur umat Kristiani. “Misa syukur ini adalah bentuk syukur atas pernyataannya. Sehingga sampai saat ini sudah masuk pada penutupan rangka kubah. Sudah tradisi kita mengucap syukur kalau pembangunan gereja sudah masuk dalam tahap tersebut,” kata Frederika.
Ia menyampaikan ribuan terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah mendukung pembangunan. Pertama, Gubernur Kalbar yang memberikan dukungan mulai dari dana hibah dan dukungan moril. Para simpatisan dan pengurus gereja serta pastor yang telah membantu dalam pembangunannya.
“Waktu pelaksanaan pemancangan tiang pertama 22 Juni 2011 lalu. Artinya sampai saat ini pembangunan sudah berjalan 14 bulan. Arsiteknya asli putra Kalbar dengan gaya klasik gothic,” jelasnya.
Frederika menggambarkan, gereja katedral yang sedang dibangun menggunakan kubah besar di atasnya terdapat kubah kecil. Konstruksinya menggunakan kerangka ruang dan menerapkan konstruksi canggih.
“Di Indonesia baru ada di Kalbar yang menggunakan kubah sebesar ini. Jika imam menyampaikan khotbah maka suara kedengaran oleh imama. Tata cahaya oleh tenaga ahli dari Philip,” jelasnya.
Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 65 miliar. Sampai saat ini sudah terkumpul 75 persen dan 30,3 persennya bantuan pemprov. Panitia pembangunan mampu mengumpulkan Rp 10 miliar.
Di tempat yang sama Gubernur Cornelis mengatakan pembangunan gereja katedral sudah kehendak Allah. Karena usianya sudah ratusan tahun.
“Pembangunan ini menjadi tanggung jawab bersama. Bagaimana membangun katedral ini supaya kelihatan layak. Pantas paling tidak 300 tahun ke depan,” katanya.
Cornelis mengakui gaya bangunan itu adalah pilihannya ketika arsitek yang menawarkan kepadanya. “Saya memilih dan saya minta di dalamnya ada ornamen Dayak. Kalau perlu ada Yesus yang berbentuk Dayak,” ujarnya.
Cornelis mengutip kitab suci, Yesus pernah mengatakan kepada murid-muridnya yang tinggal sebelas orang sebelum naik ke surga. “Sampaikan kabar gembira ini kepada suku bangsa yang ada di muka bumi ini, dan barang siapa yang selamat ikutlah Aku. Aku adalah satu-satunya jalan keselamatan. Jika Anda sudah mengikut Yesus Anda tidak boleh takut-takut. Tidak boleh tanggung-tanggung yakinkan Yesus adalah juru selamat.”
Menurut Cornelis, kekurangan dana akan dikumpulkan dengan kerja keras. “Tidak usah takut mengeluarkan perpuluhan. Penghasilan misalnya 10 miliar setahun keluarkanlah 2 miliar. Jika penghasilan 10 juta setahun keluarkanlah 1,5 juta. Itu adalah perpuluhan,” kata tentang dana dari jemaat.
Kumpulan dari perpuluhan-perpuluhan inilah membangun gereja ini. Gereja ini kokoh kalau umatnya juga kokoh, umatnya juga kuat. “Demikian juga para donator, para pengusaha para pegawai sipil, TNI, dan Polri yang sudah berpartisipasi. Para petani dan penambang yang sudah berpartisipasi,” katanya. (kie)

Gereja Katedral Dibangun

Uskup Letakkan Batu Pertama
Uskup Sanggau Yulius G Mencucini Ofm Cap, Wakil Bupati Sanggau Paolus Hadi
M. Khusyairi
Uskup Sanggau, Yulius G Mencucini Ofm Cap, didampingi Wakil Bupati Sanggau, Paolus Hadi SIP MSi, melepaskan burung merpati menandai peletakan batu pertama pembangunan Gereja Katedral Sanggau
Sanggau
 
Pembangunan Gereja Katedral Sanggau mulai dilaksanakan. Kegiatan pembangunan ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Uskup Sanggau, Yulius G Mencucini Ofm Cap, usai menutup Tend OMK, Minggu (30/10) lalu.
Pembangunan gereja itu direncanakan akan menghabiskan anggaran sekitar Rp15 miliar. Gereja ini akan menaungi 23 paroki di Kabupaten Sanggau dan Sekadau.
Ketua Pembangunan Gereja Katedral Sanggau, Drs C Aspandi, mengungkapkan pembangunan itu bersumber dari dana hibah Pemkab Sanggau dan Sekadau. Selain itu sumbangan umat Katolik di wilayah Keuskupan Sanggau yang membawahi 23 paroki.
“Diperkirakan akan menyedot anggaran sebesar Rp15 M. Ini merupakan hibah Pemkab Sanggau dan Sekadau serta partisipasi dan sumbangan umat Katolik di Keuskupan Sanggau,” jelasnya.
Demi suksesnya pembangunan tersebut, Aspandi meminta peran serta umat dan berbagai kalangan. “Mari kita bersama menyukseskan pembangunan ini sesuai target yang telah kita tetapkan,” pintanya.
Bupati Sekadau, Simon Petrus SSos, mengungkapkan pembangunan gereja itu berdasarkan keinginan para umat mengingat gereja yang lama kapasitasnya sudah tidak memungkinkan lagi. Selain itu usia bangunan yang sudah tua.
“Ini merupakan kebutuhan, bangunan lama memang sudah tidak sesuai lagi. Selaku umat, sudah pasti kita akan mendukung pembangunan ini,” tegasnya.
Wakil Bupati Sanggau, Paolus Hadi SIP MSi, berharap agar pembangunan Gereja Katedral Sanggau itu dapat dibangun. “Ini jelas merupakan atas partisipasi para umat Katolik yang ada di kedua Kabupaten Sanggau dan Sekadau,” tuturnya.
Pemkab Sanggau, kata Hadi, sangat mendukung terhadap keinginan para umat beragama dalam membangun sarana ibadah. Apakah itu masjid maupun gereja dan sarana ibadah lainnya. Soalnya merupakan sarana dalam pembinaan iman para umat yang ada di Kabupaten Sanggau.
“Ini berdasarkan Pancasila pada alinea pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka perlu kita junjung tinggi Pancasila dan toleransi serta menjaga kerukunan antarumat beragama agar pembangunan dapat berjalan dengan baik,” paparnya.
Uskup Sanggau, Mgr Yulius Mencuccini Ofm Cap, mengatakan momen tersebut sengaja ditetapkan pada penutupan Tend OMK tahun 2011. Dan sekaligus dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gereja katedral tersebut.
“Ini merupakan bukti iman para umat Katolik se-Keuskupan Sanggau telah menunjukkan pertumbuhan,” ucapnya.
Kegiatan itu ditandai pula dengan upacara pemberkatan lokasi, peletakan batu pertama dan penandatanganan prasasti serta pelepasan balon dan burung merpati ke udara.
Hadir dalam kesempatan itu, Uskup agung Pontianak Mgr Hironimus Bumbun OFM Cap dan ketua DPRD Sanggau Andreas Nyas Sag. (SrY/kdi-hms)

Gereja Katedral Mulai Dibangun

Sanggau – Pembangunan Gereja Katolik Katedral Sanggau diperkirakan akan rampung tahun 2013 mendatang. Bangunan gereja itu bakal menelan dana sebesar Rp 15 miliar, bersumber dari sumbangan umat dan para donator yang tidak mengikat.
“Kita targetkan tahun 2013 rampung. Nah, kita minta kontraktor harus kerja keras mengejar target ini,” ungkap Mgr Yulius Mencucini, Uskup Sanggau, melalui sekretaris Paroki Katedral Sanggau Pastor Riadi Pr, didampingi Pastor Ajung Pr dan Pastor Boni Pr, kemarin lalu.
Dipaparkan, sebelum dilaksanakan pembangunan gereja yang baru tersebut, bangunan gereja lama telah dilaksanakan pembongkaran total. Kemudian dilaksanakan penggusuran lahan. Lantas mengumpulkan kayu-kayu penyangga dari swadaya umat. Sedangkan fondasi betondidatangkan dari luar Kabupaten Sanggau.
“Kita mengingatkan kontraktor agar bisa bekerja dengan baik dan sesuai target pekerjaan. Bangunan ini kan khusus aktivitas keagamaan, jadi tak bisa sembarangan,” imbaunya.
Sejak dilaksanakan pembangunan tersebut, aktivitas umat Katolik, termasuk misa dialihkan di Mega Tenda yang terletak tak jauh dari bangunan gereja.
“Setiap misa hari Minggu dan misa-misa khusus, dilaksanakan di Mega Tenda. Bangunan ini mampu menampung ribuan umat,” imbuhnya.
Kesempatan itu, Pastor Riadi mengungkapkan terima kasihnya kepada segenap pihak yang telah membantu demi kelancaran pembangunan gereja katedral tersebut. (SrY)

Adu Kuat Mesin Politik di Sambas

Sambas – Sampai kemarin belum terlihat gerakan dari tim sukses Armyn Alianyang-Fathan A Rasyid di Kabupaten Sambas. Namun DPD Hanura Kabupaten Sambas dan DPC PPP Sambas siap memenangkan unggulannya.
“Kami sangat berkomitmen memenangkan pasangan Armyn-Fathan. Ini keputusan partai yang harus dijalankan, dalam waktu dekat ini DPD Hanura Kabupaten Sambas akan melakukan konsolidasi partai, serta koalisi partai seperti PPP dan PBB,” ujar Mujahar Fachri, Ketua DPD Hanura Kabupaten Sambas dihubungi Equator via selularnya, kemarin.
Mujahar mengaku akan menggalang suara di Kabupaten Sambas. “Konsolidasi koalisi parpol tingkat provinsi sudah dilakukan, kita optimis akan memberikan kemenangan bagi pasangan Armyn-Fathan,” ujarnya.
Hanya saja, kata Mujahar, bahwa untuk strategi pemenangan masih dalam pembahasan koalisi. “Dan sekarang kita masih menunggu instruksi DPD Kalbar,” tambahnya dan yakin dengan berbekal 8 kursi di DPRD Kabupaten Sambas. Hanura 4 kursi, PPP 2 kursi, dan PBB 2 kursi, dia optimis bisa memberikan suara signifikan bagi Armyn-Fathan di Sambas.
Belum lagi bergerak, ternyata DPD II Partai Golkar Sambas sudah bergerak. Setidaknya seperti dikemukakan Ir H Prabasa Anantatur MH, Wakil Ketua DPRD Kalbar Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Sambas. Mengantisipasi kecolongan suara, mesin politik sudah siap digerakkan bersama partai koalisinya.
“Respons masyarakat sangat tinggi untuk dukungan kepada Morkes-Burhanuddin, khususnya kepada Pak Burhan yang telah memimpin Kabupaten Sambas selama 10 tahun,” kata Prabasa.
Nama Fathan A Rasyid nyaris tak terdengar, meskipun sebagai birokrat Pemprov Kalbar yang cukup lama sebagai pembantu Gubernur Cornelis. Baik sebagai Kepala Bappeda Kalbar maupun kini sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kalbar.
“Kalau Burhanuddin sudah membuktikan diri dalam usia Kabupaten Sambas baru 13 tahun, banyak kemajuan yang kita saksikan termasuk infrastruktur jalan yang terus berkembang, perbatasan, dan mampu menjadikan Kabupaten Sambas lumbung padinya Kalbar,” kata Mantan Wakil Bupati Sambas yang pernah berpasangan dengan Burhanuddin periode 2001-2006.
Perihal perolehan kursi di DPRD Sambas, Prabasa menunjukkan koalisi pendukung Morkes-Burhan sudah sangat signifikan. “PG dengan 9 kursi didukung penuh PAN 4 kursi, PKS 3 kursi, PBR 2 kursi, dan PKNU, cukup meyakinkan warga Sambas,” kata mantan Ketua DPD Golkar Kabupaten Sambas ini. (edo)

Para Pemilih pun Galau

Suara Sambas Terpecah Belah
Burhanuddin A Rasyid-Fathan A Rasyid
ZMS
Sambas – Kentalnya silaturahmi warga saat merayakan Idulfitri 1433 H di Sambas nyaris diwarnai obrolan politik dengan topik pertarungan abang-adik antara Ir H Burhanuddin A Rasyid versus Drs H Fathan A Rasyid.
Masyarakat berbagi cerita, ternyata tidak semua bangga lantaran abang dan adik itu maju sekaligus sebagai calon Wakil Gubernur Kalbar. Bahkan tak kurang yang menyesalkan karena membuat kebingungan di tengah-tengah masyarakat agamais dengan pemilih terbesar.
“Majunya dua kakak beradik Pak Burhan dan Pak Fathan sangat berpengaruh. Pengaruhnya adalah kebingungan. Meskipun peribahasa orang Sambas mendahulukan yang tua daripada yang muda kalau tidak ada pilihan lain,” ungkap Darwadi SSos I, Dosen Lembaga Pendidikan Dakwah Indonesia (LPDI) Sambas, diwawancarai Rakyat Kalbar, (19/8).
Tokoh pendidikan ini sebenarnya secara tersirat tidak ingin mengungkapkan bahwa kedua tokoh tersebut sebenarnya kurang memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Sambas yang kritis. Menurutnya, sudahlah yang tua maju duluan mengapa harus ditimpali lagi.
“Persoalan utama adalah krisis figur yang bisa memberikan jawaban terhadap permasalahan di masyarakat kita,” tandas Darwadi.
Sehingga, lanjutnya, yang terjadi di masyarakat Sambas adalah kejenuhan dalam hal mau memilih siapa. Karena tidak ada pengaruh antara memilih maupun tidak walaupun orang lebih menghormati yang jauh berpengalaman di politik ketimbang orang yang baru terjun kemarin.
“Hal ini sering menjadi ucapan masyarakat kita. Misalnya, untuk ape kite mileh, kalak (nanti) kalau udah jadi die lupak dengan kite,” ungkapnya dengan logat Sambas yang kental.
Darwadi menyitir suara-suara di masyarakat itu bukan tidak beralasan. Karena selama ini belum ada perubahan yang signifikan seperti infrastruktur atau hal-hal yang seharusnya sudah lebih baik dibandingkan daerah lain.
“Oleh karena itu mereka menganggap memilih pemimpin itu tidak penting. Saya perhatikan dari kacamata awam, figur memang tidak memberikan jawaban terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat,” tutur Darwadi yang juga tokoh pemuda di Parit Setia Kecamatan Jawai ini.
Dia juga tidak menampik sikap apatis masyarakat dengan kenyataan tingginya golongan putih alias golput yang tidak berpartisipasi di pilkada 2007 silam dan dikhawatirkan berlanjut 20 September 2012 mendatang.
Jadi, tambahnya, permasalahannya adalah figur yang tidak bisa memberikan jawaban terhadap apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ditambah dengan majunya kakak beradik, akan memperuncing kegalauan masyarakat.
“Majunya Pak Burhan dan Fathan ini semakin memperuncing galaunya masyarakat Kabupaten Sambas. Kebingungan semakin menjadi-jadi untuk masyarakat memosisikan diri dan memberikan dukungan kepada siapa. Belum lagi dengan munculnya calon-calon yang lain,” ujar Darwadi.
Dia melihat masyarakat juga sudah pragmatis. Orang mulai berpikir ada atau tidak yang didapat apabila figur tersebut maju dan terpilih. Berapa banyak orang yang memberi itulah yang dijadikan sosok untuk pemimpin. Walaupun secara kepribadian dan kemampuan masih jauh.
“Nah, hal itu masih kental di tengah masyarakat kita di sini. Dilihat siapa yang memberikan sumbangan paling besar. Jadi lari-larinya juga ke money politic. Karena itu money politic masih belum bisa sepenuhnya dihilangkan lantaran sikap figur itu sendiri. Hanya jelas dan tidak jelasnya saja,” kata Darwadi.
Money politik menurutnya tidak mesti berupa pemberian dalam bentuk uang, bisa saja melalui bantuan-bantuan dan sumbangan barang.
Sementara itu, Darwis, tokoh pemuda Kecamatan Salatiga mengapresiasi majunya Burhanuddin dan Fathan mewakili Kabupaten Sambas yang maju dalam Pilgub Kalbar. Artinya putra Sambas mempunyai kelebihan.
“Apalagi Pak Burhan memilih pasangan yang kuat karena sudah membaca peluangnya. Tetapi dengan majunya Fathan yang berpasangan dengan Armyn tentunya akan memecah suara yang ada di Kabupaten Sambas,” tegas Darwis kepada Rakyat Kalbar, Selasa (21/8).
Kendati dia melihat posisi Burhanuddin lebih siap dan lebih berpengalaman. Apalagi Burhan menurutnya figur yang lebih dikenal oleh orang Sambas ketimbang Fathan. “Masyarakat tidak akan bingung, karena yang terkenal adalah Pak Burhan. Saya memprediksi 80 persen suara di Sambas masih ke Pak Burhan,” katanya.
Harapan terbesar masyarakat Sambas figur terpilih mampu membenahi aspek ekonomi mulai dari pertanian, sosial, dan budaya serta infrastruktur bisa dibangun dengan benar.
“Karena sekarang pendapatan masyarakat kita masih sangat rendah. Bahkan pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir sangat rendah sekitar 3,5 persen. Hal ini sangat berpengaruh pada pendidikan dan kesehatan,” ujarnya.

Pemilih cerdas

Sementara itu, warga Sambas di “perantauan” yang walaupun disuguhkan empat pasang cagub/cawagub, ada yang mengimbau agar memberikan hak suaranya dan cerdas dalam memilih.
“Sebagai warga negara yang baik kita harus menyalurkan hak pilih. Tentunya dengan melihat beberapa indikator siapa yang layak memimpin. Saya berharap masyarakat Sambas jangan pesimis dengan kakak beradik maju dalam pilgub ini,” ungkap Halim SKom I, warga Sambas yang tinggal di Kota Pontianak.
Kepada Rakyat Kalbar, Selasa (21/8), dia lebih menyarankan berdasarkan pengalaman politik dan pernah memimpin Kabupaten Sambas. Dia menilai Fathan orang baru di politik, begitu pula pasangannya yang baru kenal Kalbar.
“Pilihlah sesuai dengan hati nurani. Tetapi tetap mempertimbangkan kemampuannya. Siapa pun yang terpilih itulah yang terbaik karena sudah berdasarkan pilihan rakyat,” tambahnya.
Ia menegaskan, jangan sampai ada kebingungan dan golput bukan solusi karena tidak ada sikap mendukung siapa. Karena satu suara saja sangat menentukan kepemimpinan ke depan. (kie)

Suara Direbut Sambas pun Golput

Burhanuddin-Fathan Faktor Penentu?

golput sambas
ZMS
Sambas – Kabupaten Sambas dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar jadi kolektor golongan putih (golput) di sejumlah pemilu? Diprediksi angka-angka terdahulu tak banyak berubah dengan rebutan suara figur sedarah, jumlah TKI keluar daerah dan luar negeri, dan bingung memilih pemimpin.
Ternyata Cawagub Burhanuddin A Rasyid tak gubris walaupun suaranya bakal digerus oleh adik kandungnya sendiri, Fathan A Rasyid, yang mendaftar saat last minute ke KPU Kalbar, setelah izinnya diteken Gubernur Cornelis.
“Maju sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar merupakan tekad. Saya yakin menang di basis sendiri dan sudah menjadi keharusan. Terutama mempertahankan suara Pemilihan Bupati Sambas 2001-2006 yang 74 persen itu,” kata Burhanuddin A Rasyid menjawab Rakyat Merdeka, tadi malam.
Bersikukuh dengan suara 74 persen itulah modal Bang De maju sebagai cagub dan cawagub. Karena saat pilbub lalu suara golput nyaris sedikit selain dikurangi TKI. Angka ini mau dipertahankan dan suara luar juga harus direbut.
“Artinya, saya sangat yakin suara Sambas bisa diraih, walaupun untuk full tidak mungkin. Target 80 persen insya Allah dapat diraih mengingat suara pilbup sempat mengantar saya sebagai kepala daerah dengan suara tertinggi di Indonesia,” yakinnya.
Sayangnya, Fathan A Rasyid yang dihubungi ponselnya berkali-kali tidak aktif. Karena rumors yang berkembang kini termasuk yang menebar di jejaring sosial, Fathan kerap diidentikkan pemecah suara. Atau warga Kabupaten Sambas menjadi golput karena pertarungan sedarah itu.
Terkait rumors dan isu terkait bahwa ada dua pasangan yang satu paket, ditepiskan oleh pengamat politik dari Untan Dr Zulkarnaen. Menurutnya, kalau mencoblos pasangan tertentu bermakna membantu pasangan lain dan sebaliknya, masih setakat isu.
“Namun kalau dilihat dari cerminan pilgub 2007 lalu memang ada indikasi arahnya seperti itu. Namun bagaimanapun masyarakat yang memilihnya. Kita kembalikan saja kepada masyarakat yang memilih pemimpin Kalbar,” ujar Zulkarnaen kepada Rakyat Kalbar, Selasa (14/8).
Sementara itu, apakah majunya Fathan A Rasyid dan Burhanuddin A Rasyid membuat masyarakat Sambas bingung untuk memilih atau tidak, ditanggapi berbeda oleh pengamat politik Jumadi MSi. “Masyarakat itu bukan melihat Fathan tetapi melihat Burhanuddin, soalnya dia sudah dikenal dua periode sebagai Bupati Sambas,” katanya kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
“Memang, kalau di Sambas, golput banyak karena warga tidak ada di tempat. Mereka kerja di luar Sambas. Sementara KTP dan KK masih terdaftar. Tidak heran penduduk Sambas banyak golput,” ujar Jumadi.

Tingkatkan partisipasi

Bagaimanapun, Kabupaten Sambas adalah kantong pemilih dengan latar Islam yang sempat membuat pemilih ragu oleh berbagai fenomena. Daerah ini DPT terbesar yakni 421.207 pemilih untuk 2012 dengan 184 PPS yang menempatkan TPS sebanyak 1.111.
“Tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas terlihat masih stabil, dan ini harus ada perubahan untuk suksesnya pilgub 20 September nanti,” ungkap Su’aib SPd, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Sambas kepada Rakyat Kalbar, akhir pekan lalu.
Dalam catatan KPUD Sambas, pilgub 2007 yang memilih sekitar 61.84 persen, pemilu legislatif 2009 sekitar 66.73 persen, dan pemilihan presiden 2009 berkisar 64.68 persen. Artinya, angka golput masih pada tataran di atas 30 persen bahkan nyaris 40 persen.
Banyaknya tenaga kerja asal Sambas yang bekerja di luar daerah bahkan luar negeri terutama Malaysia juga berpengaruh terhadap angka golput. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos) Kabupaten Sambas Arsyad SH MSi, setiap tahun jumlah TKI ke Malaysia terus menurun.
“Tenaga kerja AKAD tahun 2009 yang sebelumnya 25.268 orang, tahun 2010 tidak terdata. Tahun 2011 menurun drastis tinggal 5.466 TKI dan 2012 hingga Juni sekitar 920 orang,” jelas Arsyad kepada Rakyat Kalbar, Senin (13/8) di Sambas.
Sedangkan untuk tenaga kerja luar daerah atau AKAN tahun 2009 berjumlah 2.111 orang, tahun 2010 berjumlah 3.356 orang, tahun 2011 berjumlah 727 orang, dan tahun 2012 berjumlah 267 orang.
“Pada Hari Raya Idulfitri tenaga kerja tersebut akan pulang, karena waktu pulang tidak bersamaan maka kita kesulitan mendatanya. Biasanya sebulan setelah Lebaran baru mereka kembali bekerja keluar negeri. Artinya ada kans mereka memberikan suaranya di PILKADA ya belum tahu,” katanya. (edo/hak)

Persentase Pencoblos di Sambas

  • Pilgub 2007 pemilih 61.84 persen.
  • Pemilu Legislatif 2009 pemilih 66.73 persen.
  • Pilpres 2009 pemilih 64.68 persen.

Semakin Mantap Satu Putaran

Milton dan Zuhri Maksudi Terima KTA Golkar

Zuhri Maksudi, Morkes Effendi, Milton Crosby
Julianus Ratno
Milton Crosby dan Zuhri Maksudi di antara Morkes Effendi seusai menerima kartu tanda anggota Golkar di Gedung Zamrud, Senin (13/8)
Pontianak – Bergabungnya Drs Milton Crosby MSi dan DR KH Zuhri Maksudi MSi ke Partai Golkar semakin menguatkan mesin politik pasangan Morkes Effendi-Burhanuddin A Rasyid.
Sudah memegang kekuatan selatan, utara, dan pesisir, kini datang dari timur Kalbar, membuat pasangan dengan slogan Bangkit Melawan itu semakin mantap untuk menang satu putaran di Pilgub Kalbar 2012.
“Dua figur ini orang yang tidak sembarangan. Pak Milton seorang bupati dan cendekiawan, Pak Maksudi seorang alim ulama sebagai pimpinan Pondok Pesantren Walisongo dan juga cendekiawan,” kata H Morkes Effendi SPd MH, Ketua DPD Partai Golkar Kalbar saat acara pengukuhan dan penyerahan kartu tanda anggota (KTA) Partai Golkar kepada kedua figur tersebut di Gedung Zamrud, Sekretariat DPD Partai Golkar Kalbar, Senin (13/8) malam.
Mantan Bupati Ketapang yang saat ini juga sedang mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Kalbar ini mengatakan, masuknya Milton Crosby ke Partai Golkar meninggalkan Partai Demokrat menunjukkan bahwa Partai Golkar menjadi tempat bernaung yang baik bagi para politisi yang ingin benar-benar berjuang untuk kemaslahatan rakyat.
Hal ini terbukti dari isu pemekaran Provinsi Kapuas Raya (PKR), sebagai provinsi pemekaran dari Kalbar. Hingga saat ini, hanya Partai Golkar yang benar-benar mendukung Milton Crosby sebagai koordinator tim pemekaran PKR dan mengawal seluruh prosesnya.
Menurut Morkes, pemekaran provinsi adalah sesuatu hal yang mutlak dibutuhkan untuk kesejahteraan rakyat di wilayah timur Kalbar. Luas Provinsi Kalbar yang hampir seluas pulau Jawa, Madura, Bali, dan NTB, itu membuat proses pemerintahan dan pembangunan menjadi terhambat.
“Rentang kendali pemerintahan, proses administrasi birokrasi dan kontrol pembangunan menjadi sulit, dikarenakan jarak yang sangat jauh dan daerah yang terlalu luas. Untuk itulah Provinsi Kalbar perlu untuk dimekarkan, khususnya di daerah timur,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Milton mengamini pernyataan Morkes tersebut. Koordinator Tim Pembentukan PKR ini mengatakan dirinya pindah ke Partai Golkar sebagai bentuk perjuangan untuk kesejahteraan rakyat Kalbar, khususnya bagian timur.
Selama ini dia merasa bahwa Partai Golkar dan infrastruktur kepartaiannya, seperti fraksinya di DPR RI, DPRD provinsi, selalu konsisten mendukung dan mengawal proses pemekaran PKR. “Saya seperti anak hilang yang pulang kembali ke rumah. Karena saya adalah kader Golkar sebelum bergabung ke Partai Demokrat,” kata Milton.
Sumber lain mengatakan kepindahan Milton dari Partai Demokrat ke Partai Golkar disebabkan karena hal politis, bahwa pada saat Partai Demokrat menjatuhkan pilihan untuk mendukung incumbent Gubernur Kalbar.
“Maka dari itu, dengan masuknya saya ke Partai Golkar, saya yakinkan kepada seluruh rakyat Kalimantan Barat, khususnya yang berada di wilayah timur, memilih pasangan nomor 3: Morkes Effendi dan Burhanuddin A Rasyid, agar proses pemekaran Kapuas Raya yang kita cita-citakan dapat terealisasi segera karena mereka berdua memiliki komitmen dan konsistensi akan hal itu,” tegas Milton.
Anggota DPR RI asal Kalbar Ir Zulfadhli juga menyambut baik masuknya Milton dari Partai Demokrat ke Partai Golkar. Menurutnya, sikap Milton itu menunjukkan bahwa Partai Golkar dalam memperjuangkan terwujudnya PKR. Konsisten Partai Golkar dilatarbelakangi keinginan untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik di Kalbar dan demi kesejahteraan rakyat Kalbar.
“Ketua umum menyambut baik hal ini dan langsung mengucapkan selamat atas bergabung dan dikukuhkannya Pak Milton Crosby menjadi kader Partai Golkar,” kata mantan Ketua DPRD Kalbar itu. (jul/*)

Kafe Remang Pekerjakan Anak Bawah Umur

Pelayan dan karyawan kafe remang-remang hasil razia petugas gabungan
Mordiadi
Pelayan dan karyawan kafe remang-remang hasil razia petugas gabungan
Singkawang – Razia gabungan yang digelar Sabtu (3/12) malam berhasil menemukan tiga pekerja bawah umur di salah satu kafe remang-remang di Kota Singkawang. Bersamanya juga diamankan belasan orang lainnya di Tempat Hiburan Malam (THM).
“Kita menemukan tiga anak bawah umur yang bekerja di salah satu kafe,” ungkap Karyadi, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Singkawang, ditemui usai razia gabungan, Minggu (4/12) dini hari.
Ketiga anak bawah umur tersebut bernama Mila yang bekerja sebagai pembersih kafe, Jul sebagai koki dan operator musik, serta Elis yang kesehariannya menemani para tamu kafe. Ketiganya warga Bengkayang dan Tebas.
Karyadi mengatakan ketiga anak tersebut dibawa ke kantor Satpol PP untuk mendapatkan pembinaan dari Dinas Sosial serta akan dipulangkan ke rumah orangtuanya di Bengkayang dan Tebas.
Ketika ditemui di Kantor Satpol PP, Mila yang tidak mempunyai kartu identitas mengaku tidak menemani tamu di kafe, dia hanya bertugas membersihkan meja kafe dan lainnya. Demikian halnya dengan Jul, pelajar salah satu sekolah ini hanya bertugas sebagai koki dan operator musik.
Berbeda dengan kedua temannya, Elis, anak bawah umur bertampang manis ini memang bertugas menemani tamu-tamu kafe. Dari tugasnya itulah dia mendapatkan fee dengan hitungan per jam, minimal menemani tamu dua jam. Bila diakumulasikan, per bulannya terkadang mencapai Rp2 juta, tanpa gaji tetap dan uang makan.
Elis merupakan warga Tebas, memperoleh izin dari orangtuanya pergi ke Singkawang untuk bekerja di rumah makan. Setibanya di Singkawang sejak lima bulan lalu, dia malah bekerja di THM untuk melayani tamu. Hal tersebut tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Selain tiga anak bawah umur yang terjaring, razia gabungan itu juga mengamankan belasan orang lainnya yang bekerja di THM tanpa disertai KTP dan korban trafficking, pelajar yang mengakses situs porno di warung internet (warnet) beserta pemilik usahanya. Total yang diamankan 22 orang.
Razia gabungan yang dilaksanakan untuk penertiban dan pembinaan terhadap pelaku usaha di Kota Singkawang ini dilakukan Satpol PP, Kodim, Brimob, Brigif, Polres, Rindam, Subdempom, Dinas Sosial, dan Kejari Singkawang.
Setelah mendapatkan pengarahan dan menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya, mereka yang terjaring dipersilakan pulang ke rumah. Khusus tiga anak bawa umur, langsung diantar ke rumah orangtuanya masing-masing.
Kasi Intel Kejari Singkawang Zolly Rahmatillah yang juga ikut razia gabungan itu mengatakan razia ini masih bersifat pembinaan. Bila ke depannya masih terdapat pelaku usaha yang mempekerjakan anak bawah umur, dapat diancam lima tahun penjara.
“Kalau anak bawah umur disuruh kerja melayani seks dapat diancam pidana 15 tahun penjara,” ingatnya. (dik)

Di Bawah Umur di Kafe Remang

Remaja dan anak bawah umur yang terjaring razia dibawa ke Mapolres Landak
Antonius Sutarjo
Remaja dan anak bawah umur yang terjaring razia dibawa ke Mapolres Landak
Ngabang – Razia gabungan Polres Landak, Polsek Ngabang, Satpol PP, dan Koramil menjaring siswi SMA yang sedang asyik indehoi di kamar indekos, Selasa (14/8) dini hari. Petugas juga menjaring dua gadis bawah umur yang tidur sekamar dengan pria.
Operasi penertiban dipimpin Wakapolsek Ngabang AKP Lies Tiwi Ratnasari dan Plt Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Drs Alexius Asnanda MSi. Petugas menjaring dua gadis bawah umur di kafe remang-remang kawasan Desa Tebedak, Kecamatan Ngabang. Kemudian siswi SMA yang sedang asyik indehoi dengan pacarnya di indekos milik Ayub.
Alexius Asnanda meminta polisi memanggil pemilik kafe remang-remang. Kemudian meminta keterangan terkait pekerja kafe bawah umur. Mempekerjakan anak bawah umur jelas melanggar UU ketenagakerjaan. “Pemiliknya itu yang harus dipanggil, karena ia yang mempekerjakan gadis yang masih bawah umur,” kata Alexius. (tar)