Kasus pencabulan semakin marak terjadi.
Kali ini menimpa lima orang bocah di bawah umur yang masih berusia 10
tahun ke bawah yaitu F (10), I (7), N (7), E (8) dan D (7) yang
dilakukan RD (10) di Jalan Baru Tumbuh, Rt 05 Rw 04, Tugu Selatan, Koja,
Jakarta Utara.
Dari kelima korban tersebut, dua di antaranya
berjenis kelamin perempuan yaitu F dan E. Salah seorang korban, F
mengatakan, RD yang merupakan teman sekolah sekaligus teman
sepermainannya pernah menyodominya.
"Waktu itu abis Isya lagi
main bakar-bakaran sampah, berlima saya, I, N, D, dan RD. Tiba-tiba RD
pelorotin celana saya terus digituin, kemaluan bagian depan juga
diraba-raba sama dia (RD)," kata F di Jakarta Jumat (7/6) malam.
F
menambahkan, saat itu teman-temannya yang sedang bermain bersamanya
hanya bisa diam. Hal tersebut karena mereka diancam oleh RD menggunakan
batu bila menolak permintaannya tersebut.
Sementara itu, hal yang sama dilontarkan korban lainnya N (7). Selain disodomi, dubur N juga sempat dimasukkan kayu oleh RD.
N
mengaku bukan hanya sekali diperlakukan seperti itu. Namun, dia tidak
ingat secara pasti berapa kali perbuatan yang menyakitkan itu
diterimanya.
Sementara itu Haryanto (32), orang tua N awalnya
tidak pernah curiga dengan sakit yang dialami anaknya. "Sempet anak saya
(N) sakit diare sampai seminggu dan mengeluhkan sakit di bagian
duburnya," ungkapnya.
Bahkan, lanjutnya, anaknya tersebut juga
pernah demam panas dingin dan mengigau sambil mengucapkan kali "Sakit,
sakit." Namun, anaknya tersebut tidak pernah cerita perihal apa yang
dialaminya.
AK, bocah berusia 13 tahun yang saat
ini masih duduk di bangku kelas enam SD dilaporkan ke polisi karena
diduga telah mencabuli belasan bocah di bawah umur, teman mainnya. Dua
dari 13 korban Ak adalah kakak beradik berinisial Ri (9) bocah kelas IV
SD dan adiknya Fi (7) bocah kelas I SD.
Paman korban, Ed (44)
mengatakan, dari pengakuan keponakannya tersebut, pelaku telah melakukan
pencabulan sebanyak 5 kali. Peristiwa tersebut terungkap setelah
keponakannya bercerita kepada orangtuanya ketika dilecehkan pelaku.
"Mulai
ketahuannya (Kamis) kemarin. Ceritanya mereka mengaku digituin. Dan
setelah diusut-usut warga sini, ada sekitar 13 anak lainnya yang jadi
korban. Jadi para korban itu mayoritas anak laki-laki," kata Ed, saat
ditemui di rumahnya, Jakarta Timur, Jumat (30/5).
Ed melanjutkan,
beberapa korban juga ada yang mengaku mendapat perlakuan kekerasan
seksual dengan cara memasukkan benda ke anus korban. "Mayoritas semuanya
dipelorotin celana, dipegang kelaminnya. Ada juga yang anusnya
dimasukan dengan tangan dan benda lainnya," ujar Ed.
Menurut Ed,
perbuatan Ak ada yang dilakukan berulang pada tiap bocah tersebut. "Satu
anak sudah beberapa kali. Ada yang lebih. Umurnya korban di bawah dia
(pelaku) semua," ujar Ed.
Saat dikonfirmasi, kepala Unit PPA
Polres Jakarta Timur, AKP Endang mengatakan, pihaknya telah menerima
laporan kasus pencabulan yang dilakukan oleh Ak (13) kepada 13 bocah di
bawah umur, di Kelurahan Tengah, Kramatjati, Jakarta Timur.
"Laporan
sudah kami terima, saat ini sedang kami buat LP dan dilakukan visum,"
kata AKP Endang Sri Lestari, Kanit PPA Polres Jakarta Timur, saat
dihubungi, Jumat (30/5/2014) malam.
Namun, lanjutnya, saat ini
masih hanya satu orang yang melaporkan kasus tersebut. Sementara, untuk
jumlah 13 korban, ia mengaku masih menyelidikinya. "Untuk jumlah korban
yang sebanyak 13 orang, masih dalam penyidikan," tandasnya.
4.
Bocah kelas 3 SD di Karanganyar cabuli 8 teman sekolahnya
Bukan hanya di Jakarta, kasus
pencabulan juga terjadi di dusun Jabalkanil, Desa Bandardawung,
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pelakunya yaitu seorang bocah
berusia 10 tahun berinisial D, yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar
(SD) kelas 3.
D (10) dengan tega diduga mencabuli delapan teman
sebayanya. Kasus tersebut diungkapkan salah seorang guru SD bernama
Sunarno, yang mengajar di sekolah pelaku dan korban.
Sunarno
ketika itu melihat salah seorang siswanya yang menjadi korban pencabulan
D memperagakan gerakan seperti orang sedang bersetubuh. Lantas saja,
kemudian sang guru langsung memanggil seorang korban tersebut ke
ruangannya. Hasilnya di luar dugaan, si bocah sebut saja M, rekan
sekelas menceritakan habis diperlakukan tidak senonoh oleh D.
"Yang
mengagetkan lagi, ternyata si M mengaku tidak hanya dirinya yang sudah
menerima perlakuan dari D, melainkan sudah ada delapan anak lainnya yang
mendapatkan perlakuan serupa," kata? Sunarno, Kadus di Bandardawung.
Lanjut
Sunarno, kemudian dirinya langsung mendata siapa saja yang sudah
diperlakukan tidak senonoh oleh bocah berbadan tinggi besar meski masih
berusia sekitar 10 tahunan tersebut.
D yang sekitar dua tahun
lalu dipindahkan orang tuanya dari Jakarta ke desa, dan dititipkan
kepada nenek dan kakeknya di Bandardawung, ternyata mengerjai
teman-teman sepermainannya. Dua perempuan dan enam teman laki-laki.
Enam
anak adalah teman sepermainannya di dusun, karena bersekolah di SD yang
lain, dan dua korban adalah rekan sekelasnya di sebuah sekolah di
Tawangmangu. Namun semua dikerjai di kamar neneknya di Bandardawung.
"Ada
yang sudah dikerjai sampai lima atau enam kali, ada yang baru dikerjai
sekali. Setiap melakukan perbuatan itu, anak itu meminumkan sebotol
minuman berenergi yang sudah diberi bubukan obat flu merk tertentu. Jadi
anak itu benar-benar sudah sangat paham bagaimana membuat temannya
pusing. Setelah pusing korban diajak masuk ke kamar dan dikerjai,
katanya.
Dari pengakuan korban, ada yang sampai mengeluhkan alat
vitalnya sakit dan ada pula yang mengatakan tidak sampai dimasuki. Namun
anak-anak itu mengaku memang D yang melakukan. Setiap melakukan itu,
dia mengancam akan memukuli jika sampai tidak mau atau bercerita kepada
orang tua atau anak lainnya. Jika mau, dia akan memberikan hadiah kepada
korbannya, meski kenyataannya tidak pernah diberi, dan mereka hanya
manut karena takut.
Hanya saja, saat hal itu dimintakan
konfirmasi kepada Kapolsek AKP Rianto, dia tidak mau memberikan
keterangan apapun. Dia mempersilakan media menanyakan kasus itu kepada
Kapolres AKBP Martireni Narmadiana atau Kasat Reskrim AKP Agus
Sulistianto. Sayang, saat ditemui wartawan, kedua pejabat Polres itupun
memilih bungkam, bahkan mengatakan belum ada laporan apapun soal
kejadian itu.