Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 02 Desember 2014

Bocah Temajuk Dihamili Ayah Tiri

Bocah Temajuk Dihamili Ayah Tiri
Ilustrasi

SAMBAS - Lagi-lagi peristiwa cabul terjadi di Kabupaten Sambas. Kali ini seorang bapak tiri sebagai pelakunya, BN (34) dengan korban yang saat ini hamil tiga bulan di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.
Kasat Reskrim Polres Sambas, AKP Eko Mardianto SIK mengatakan, BN saat ini akhirnya harus mendekam dibalik jeruji besi lantaran tega menghamili putri tirinya, PT yang masih berumur 14 tahun. "Tersangka ditangkap aparat kepolisian 26 November setelah dilaporkan istrinya," katanya kepada Tribunpontianak.co.id, Selasa (2/12/2014).
HL, ibu kandung PT itu melaporkan perbuatan suaminya ke Polsek Paloh lantaran tak tahan setelah mengetahui perbuatan bejat  suaminya tersebut.
Kasat menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Juli 2014 lalu saat korban menyapu di rumahnya di Desa Temajuk. Bapak tirinya kemudian merangkul dari belakang dan kemudian korban digiring pelaku ke kamar. "Setelah itu korban dicabuli oleh tersangka."ujarnya.
Bahkan menurut pengakuan tersangka sendiri, peristiwa bejat itu dilakukannya sebanyak 5 kali sehingga korban saat ini hamil 3 bulan.
Atas perbuatannya saat ini, BN dikenakan pasal  81 dan 82 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. 

Dua Siswi Ini Disuruh Mabuk, Disekap dan Dilecehkan

Dua Siswi Ini Disuruh Mabuk, Disekap dan Dilecehkan
Ilustrasi

JAKARTA -  Akibat salah bergaul, dua pelajar menjadi korban penyekapan sekaligus pelecehan seksual oleh enam orang pemuda pengangguran. Pelajaran berat itulah yang dirasakan RA (14) dan N (14), siswi SMP di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Pengalaman pahit tersebut diungkapkan oleh Y, ibunda RA, dan AB selaku paman N. Terungkap, saat para keluarga korban mengetahui dua remaja itu tidak kunjung pulang usai pulang sekolah selama dua hari, terhitung sejak Sabtu (29/11/2014).
Berdasarkan kesaksian keduanya, AB mengatakan, penyekapan yang dialami keponakannya tersebut bermula saat salah seorang pelaku bernama Ari mengirimkan pesan singkat kepada AR. AR mengajak bertemu dan berkumpul dengan lima orang teman pelaku usai pulang sekolah.
"RA bertemu Ari dari SMS (pesan singkat) yang ngajak untuk bertemu. SMS itupun SMS nyasar, karena pelakunya bukan siswa di sekolah," jelas AB, warga Kebagusan Kecil, kepada Warta Kota,usai menjalani pemeriksaan di PPA Polres Jakarta Selatan, Senin (1/12/2014).
Karena tidak ingin sendirian, RA mengiyakan janji pertemuan itu. Dia mengajak N, teman sekelas RA di sekolah. Keduanya kemudian pergi ke rumah kos di wilayah Ciganjur, Jagakarsa, tepat di belakang Kompleks Damkar sekitar pukul 14.00 WIB.
Kamar kosan yang diketahui berada di pedalaman dengan kondisi kumuh dan gelap itu ternyata sudah menunggu lima orang pelaku lainnya, termasuk seorang pelaku lainnya bernama Ricky yang tengah memulai pesta miras. RA dan N pun diperintahkan untuk meminum minuman keras yang sudah disediakan dalam sebuah jeriken.
Usai mabuk, keduanya diperlakukan secara seronok dan dilecehkan secara beramai-ramai oleh para pelaku yang diketahui bernama Ipul, Eman, Ricky, Kinoy, Gareng dan Ari. Keduanya disekap para pelaku dalam kamar. Mereka diancam akan disiksa apabila berteriak dan menghubungi keluarga.

Selain tidak diperbolehkan meninggalkan kosan, kedua gadis belia itu pun tidak diberikan makan dan tidak diperbolehkan mandi. Keduanya disekap dan dikunci dari luar saat keenam pelaku pergi meninggalkan kosan.
Beruntung, N berhasil melarikan diri melalui pintu belakang kosan. N yang kelelahan, katanya, segera mendatangi sebuah warung internet (warnet) untuk mencoba menuliskan pesan dalam status pribadi akun Facebook miliknya. Hal tersebut bertujuan agar pihak keluarga yang menyadari kepergian keduanya dapat mengetahui keberadaan mereka.
"Kita udah stres. Sudah cari ke mana-mana. Dari sekolah sampai ke jalan-jalan raya. Kebetulan N update status. Dari situ saya coba comments di Facebook-nya sampai akhirnya kasih tahu posisinya lagi di wilayah Mangga Besar, Pasar Minggu. Itupun karena saya minta supaya dia nanya alamat sama orang sekitar," tambahnya.
Usai mendapatkan informasi, pihak keluarga pun segera meluncur ke lokasi dan menggeruduk kamar kosan yang diketahui masih terdapat RA. Lantaran heboh pengerebekan, sejumlah warga pun berkerumun di rumah kosan, hingga akhirnya disadari salah seorang pelaku hadir dalam aksi penggerebekan.
"Saat digerebek, ternyata ada salah satu pelaku yang ikut nonton, yang diketahui bernama Ipul. Nah korban, kemudian menunjuk Ipul. Dari dialah kemudian kita sisir pelaku lainnya," jelas Y, ibu RA.
Berdasarkan keterangan Ipul, pihak keluarga pun berhasil menangkap dua orang pelaku lainnya yakni, Eman dan Ricky. Sementara tiga orang pelaku lainnya, yakni Kinoy, Gareng dan Ari diketahui sudah melarikan diri.
Sementara itu, Kasubnit PPA Polres Jakarta Selatan, Ipda Nunu, mengatakan pihaknya baru saja mendapatkan laporan terkait kasus dugaan penyekapan dan pelecehan seksual tersebut. Dia pun segera meminta agar pihak keluarga memeriksakan dan membuat visum mengenai kondisi kedua korban ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
"Laporan sudah kami terima, kami sudah mintakan kepada orangtua masing-masing untuk membuat visum. sedangkan, terkait pengejaran pelaku masih kami telusuri, tiga orang pelaku yang sudah tertangkap sudah ditahan dan akan dimintai keterangan," jelasnya.

Janji Beri Beasiswa, Pria Ini Cabuli Siswi Kelas Tiga SMP

Janji Beri Beasiswa, Pria Ini Cabuli Siswi Kelas Tiga SMP
Tribunnews.com
Ilustrasi 

JATINEGARA - Polisi menangkap Suryadi alias Joko (54), warga Bekasi Timur, karena diduga telah mencabuli HN (15), seorang siswi kelas 3 SMP. Modusnya, ia mengaku sebagai pegawai BKN kepada korban dan mengiming-imingi akan memberikan beasiswa.
Joko mengaku, saat itu ia sedang pergi ke Parung, Bogor untuk bertemu temannya. Rencananya kedatangan Joko itu untuk meminjam uang senilai Rp 1 juta rupiah, untuk modal berdagang sayuran.
"Uangnya udah saya dapat. Lalu pas saya nunggu angkot di pinggir jalan, saya ketemu dengan siswi SMP," kata Joko ditemui di Mapolres Jakarta Timur, Kamis (6/11/2014).
Lalu, lanjutnya, ia melancarkan aksinya bermula dengan menghampiri korban. Saat itu, ia mengaku sebagai pegawai BKN.
Dengan bermodalkan KTA dan kemeja bertuliskan BKN.
"Saya ngobrol-ngobrol dengan siswi SMP itu. Lalu saya bilang kalau saya bisa kasih beasiswa, saya bujuk terus sampai akhirnya dia mau," katanya yang mengaku pernah bekerja sebagai staf di BKN selama 10 tahun.
Korban pun diajak Joko untuk mengambil beasiswa di kantor BKN Cawang. HN pun terpedaya dan menuruti Joko. Dengan menaiki angkot, berangkat dari Parung ke Cawang bersama korban.
"Saya sampai sore, langsung saya ajak ke lantai enam. Di situ saya bujuk, sampai akhirnya cabuli. Tapi dia teriak-teriak dan tahu-tahu ada satpam yang masuk pergoki saya," kata Joko.
 
Impoten
Joko sendiri mengaku melakukan aksinya tersebut karena telah lama berpisah dengan sang istri.
Pasalnya ia mengidap impoten.

"Saya terangsang melihat tubuh siswi SMP itu, makanya saya perdaya biar mau sama saya. Soalnya saya sudah ditinggalin istri karena impoten," kata Joko.

Dari tangan pelaku, polisi menemukan uang palsu pecahan Rp 50.000 senilai Rp 1 juta.

Kanit PPA Polres Jakarta Timur, AKP Endang Sri Lestari, mengatakan, polisi masih menangani kasus tersebut. "Kami masih lakukan pemeriksaan kepada pelaku," kata AKP Endang.

Laporkan Pencabulan, 9 Siswi SMP Malah Terancam DO

Laporkan Pencabulan, 9 Siswi SMP Malah Terancam DO
Kompas.com
Ilustrasi 

PASURUAN - Gara-gara melaporkan kasus dugaan pencabulan yang dilakukan Ketua Komite Sekolah kepada polisi, sembilan siswa asal salah satu SMP Negeri di Kota Pasuruan justru mendapat ancaman "drop out" dari sekolahnya.
Padahal, laporan kepada kepolisian itu dilakukan demi mendapatkan perlindungan setelah mereka merasa mendapatkan perlakuan tidak pantas usai mengukuti hipnoterapi. "Kami melaporkan hal itu (dugaan pencabulan) agar tidak terulang lagi pada siswa yang mengikuti hipnoterapi," ujar SY, salah satu wali murid yang menjadi korban pencabulan, Kamis (20/11/2014).
SY menjelaskan, anaknya mendapatkan ancaman dari sekolah pascapelaporan lima siswi pada Selasa (18/11/2014) lalu, di Polres Pasuruan Kota. Laporan itu terkait dugaan tindak asusila oleh Ketua Komite Sekolah berinisial BH. BH dikabarkan pula sebagai anggota polisi aktif.
"Kasian anak saya dan delapan siswa lainnya, mereka diancam oleh oknum guru akan dikeluarkan jika laporan itu tidak terbukti," tambah SY.
Laporan yang masuk di Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Satuan Reskrim Polres Pasuruan Kota, dugaan pelecehan dialami oleh DCF, RDD, BI, KO, SA, NE, FA, DK dan RE. "Hingga saat ini masih terus digali keterangan dari semua saksi. Kalau memang ada yang melibatkan anggota, nanti diserahkan pada institusi yang diatasnya," kata Kompol Saswito, Waka Polres Pasuruan Kota.
Di tempat terpisah, Suhariyanto, Kepala Dinas Pendidikan Kota Pasuruan mengungkapkan, rencananya hari ini polisi akan melakukan konfirmasi terkait semua permasalahan. Termasuk memanggil kepala sekolah maupun guru yang bertanggungjawab atas pengawasan terkait kegiatan hipnoterapi. "Ya nanti semua hasil dari klarifikasi kita sampaikan hasilnya. Sedangkan terkait ancaman DO yang jelas itu bukan solusi yang tepat," ujar Suhariyanto.

Salah Pergaulan, Dua gadis SMP Disekap Enam Pemuda

Salah Pergaulan, Dua gadis SMP Disekap Enam Pemuda
Kompas.com
Ilustrasi 

KEBAYORANBARU-Pelajaran berat terpaksa harus dirasakan RA (14) dan N (14), siswi SMP Islam YPS Lenteng Agung saat ini. Akibat salah bergaul, kedua sahabat itu menjadi korban penyekapan sekaligus pelecehan seksual oleh enam orang pemuda pengangguran.

Pengalaman pahit tersebut diungkapkan oleh Yani selaku ibunda RA dan Abu Bakar selaku paman N terungkap, saat para keluarga korban mengetahui dua remaja itu tidak kunjung pulang usai pulang sekolah selama dua hari, terhitung sejak Sabtu (29/11). 

Berdasarkan kesaksian keduanya, Abu Bakar mengatakan kalau penyekapan yang dialami keponakannya tersebut bermula saat salah seorang pelaku bernama Ari mengirimkan pesan singkat kepada AR untuk mengajak bertemui dan berkumpul dengan lima orang teman pelaku usai pulang sekolah.

Karena tidak ingin sendirian, RA yang mengiyakan janji pertemuan itu pun mengajak N, teman sekelas RA di sekolah. Keduanya pun kemudian pergi ke sebuah rumah kos di wilayah Ciganjur, Jagakarsa, tepatnya belakang Komplek Damkar sekira pukul 14.00 WIB.

Kamar kosan yang diketahui berada di pedalaman dengan kondisi kumuh dan gelap itu ternyata sudah menunggu lima orang pelaku lainnya, termasuk seorang pelaku lainnya bernama Ricky yang tengah memulai pesta miras. RA dan N pun diperintahkan untuk meminum minuman keras yang sudah disediakan dalam sebuah jerigen.

Usia mabuk, keduanya pun diperlakukan secara seronok dan dilecehkan secara beramai-ramai oleh para pelaku yang diketahui bernama Ipul, Eman, Ricky, Kinoy, Gareng dan Ari. Korban pun disekap para pelaku dalam kamar, keduanya pun diancam akan disiksa apabila berteriak dan menghubungi keluarga.

"RA bertemu Ari dari SMS (pesan singkat-red) yang ngajak untuk bertemu. SMS itupun-SMS nyasar, karena pelakunya bukan siswa di sekolah," jelas Abu Bakar, warga Kebagusan Kecil, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemui Warta Kota usai menjalani pemeriksaan di PPA Polres Jakarta Selatan, Senin (1/12/2014).

Selain tidak diperbolehkan meninggalkan kosan, kedua gadis belia itu pun tidak diberikan makan dan tidak diperbolehkan mandi. Keduanya disekap dan dikunci dari luar saat keenam pelaku pergi meninggalkan kosan.

Namun beruntung, N pun berhasil melarikan diri melalui pintu belakang kosan. N yang kelelahan katanya segera mendatangi sebuah warung internet (warnet) untuk mencoba menuliskan pesan dalam status pribadi akun facebook miliknya. Hal tersebut bertujuan agar pihak keluarga yang menyadari kepergian keduanya dapat mengetahui keberadaan mereka.

"Kita udah stres bang. Sudah cari kemana-mana. Dari sekolah sampai ke jalan-jalan raya. Kebetulan N update status. Dari situ saya coba comments di facebook nya sampai akhirnya kasih tahu posisinya lagi di wilayah Mangga Besar, Pasar Minggu. Itupun karena saya minta supaya dia nanya alamat sama orang sekitar," tambahnya.

Usai mendapatkan informasi, pihak keluarga pun segera meluncur ke lokasi dan menggeruduk kamar kosan yang diketahui masih terdapat RA. Lantaran heboh pengerebekan, sejumlah warga pun bergerumul di rumah kosan, hingga akhirnya disadari salah seorang pelaku hadir dalam aksi penggerebekan.

"Saat digerebek, ternyata ada salah satu pelaku yang ikut nonton, yang diketahui bernama Ipul. Nah korban, kemudian menujuk Ipul. Dari dialah, kemudian kita sisir pelaku lainnya," jelas Yani, ibu RA.

Berdasarkan keterangan Ipul, pihak keluarga pun berhasil menangkap dua orang pelaku lainnya yakni, Eman dan Ricky. Sementara tiga orang pelaku lainnya, yakni Kinoy, Gareng dan Ari diketahui sudah melarikan diri.

Sementara itu, Kasubnit PPA Polres Jakarta Selatan, Ipda Nunu mengatakan kalau pihaknnya baru saja mendapatkan laporan terkait kasus dugaan penyekapan dan pelecehan seksual tersebut. Dirinya pun segera meminta agar pihak keluarga memeriksakan dan membuat visum mengenai kondisi kedua korban ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. 

"Laporan sudah kami terima, kami sudah mintakan kepada orangtua masing-masing untuk membuat visum. sedangkan, terkait pengejaran pelaku masih kami telusuri, tiga orang pelaku yang sudah tertangkap sudah ditahan dan akan dimintai keterangan," jelasnya

Dua Siswi SMP Disekap dan Dilecehkan Enam Pemuda

Dua Siswi SMP Disekap dan Dilecehkan Enam Pemuda
Ilustrasi

JAKARTA - Pelajaran berat dirasakan RA (14) dan N (14), siswi SMP di Lenteng Agung saat ini. Akibat salah bergaul, kedua sahabat itu menjadi korban penyekapan sekaligus pelecehan seksual oleh enam orang pemuda pengangguran.
Pengalaman pahit tersebut diungkapkan oleh Yani selaku ibunda RA dan Abu Bakar selaku paman N. Terungkap, saat para keluarga korban mengetahui dua remaja itu tidak kunjung pulang usai pulang sekolah selama dua hari, terhitung sejak Sabtu (29/11/2014).
Berdasarkan kesaksian keduanya, Abu Bakar mengatakan penyekapan yang dialami keponakannya tersebut bermula saat salah seorang pelaku bernama Ari mengirimkan pesan singkat kepada AR untuk mengajak bertemu dan berkumpul dengan lima orang teman pelaku usai pulang sekolah.
Karena tidak ingin sendirian, RA yang mengiyakan janji pertemuan itu pun mengajak N, teman sekelas RA di sekolah. Keduanya pun kemudian pergi ke sebuah rumah kos di wilayah Ciganjur, Jagakarsa, tepatnya belakang Komplek Damkar sekira pukul 14.00 WIB.
Kamar kosan yang diketahui berada di pedalaman dengan kondisi kumuh dan gelap itu ternyata sudah menunggu lima orang pelaku lainnya, termasuk seorang pelaku lainnya bernama Ricky yang tengah memulai pesta miras. RA dan N pun diperintahkan untuk meminum minuman keras yang sudah disediakan dalam sebuah jeriken.
Usai mabuk, keduanya pun diperlakukan secara seronok dan dilecehkan secara beramai-ramai oleh para pelaku yang diketahui bernama Ipul, Eman, Ricky, Kinoy, Gareng dan Ari. Korban pun disekap para pelaku dalam kamar, keduanya pun diancam akan disiksa apabila berteriak dan menghubungi keluarga.
"RA bertemu Ari dari SMS (pesan singkat) yang ngajak untuk bertemu. SMS itupun-SMS nyasar, karena pelakunya bukan siswa di sekolah," jelas Abu Bakar, warga Kebagusan Kecil, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemui Warta Kota usai menjalani pemeriksaan di PPA Polres Jakarta Selatan, Senin (1/12/2014).
Selain tidak diperbolehkan meninggalkan kosan, kedua gadis belia itu pun tidak diberikan makan dan tidak diperbolehkan mandi. Keduanya disekap dan dikunci dari luar saat keenam pelaku pergi meninggalkan kosan.
Namun beruntung, N pun berhasil melarikan diri melalui pintu belakang kosan. N yang kelelahan katanya segera mendatangi sebuah warung internet (warnet) untuk mencoba menuliskan pesan dalam status pribadi akun facebook miliknya. Hal tersebut bertujuan agar pihak keluarga yang menyadari kepergian keduanya dapat mengetahui keberadaan mereka.
"Kita udah stres. Sudah cari kemana-mana. Dari sekolah sampai ke jalan-jalan raya. Kebetulan N update status. Dari situ saya coba comments di facebook nya sampai akhirnya kasih tahu posisinya lagi di wilayah Mangga Besar, Pasar Minggu. Itupun karena saya minta supaya dia nanya alamat sama orang sekitar," tambahnya.
Usai mendapatkan informasi, pihak keluarga pun segera meluncur ke lokasi dan menggeruduk kamar kosan yang diketahui masih terdapat RA. Lantaran heboh pengerebekan, sejumlah warga pun berkerumun di rumah kosan, hingga akhirnya disadari salah seorang pelaku hadir dalam aksi penggerebekan.
"Saat digerebek, ternyata ada salah satu pelaku yang ikut nonton, yang diketahui bernama Ipul. Nah korban, kemudian menunjuk Ipul. Dari dialah, kemudian kita sisir pelaku lainnya," jelas Yani, ibu RA.
Berdasarkan keterangan Ipul, pihak keluarga pun berhasil menangkap dua orang pelaku lainnya yakni, Eman dan Ricky. Sementara tiga orang pelaku lainnya, yakni Kinoy, Gareng dan Ari diketahui sudah melarikan diri.
Sementara itu, Kasubnit PPA Polres Jakarta Selatan, Ipda Nunu mengatakan pihaknya baru saja mendapatkan laporan terkait kasus dugaan penyekapan dan pelecehan seksual tersebut. Dia pun segera meminta agar pihak keluarga memeriksakan dan membuat visum mengenai kondisi kedua korban ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati.
"Laporan sudah kami terima, kami sudah mintakan kepada orangtua masing-masing untuk membuat visum. sedangkan, terkait pengejaran pelaku masih kami telusuri, tiga orang pelaku yang sudah tertangkap sudah ditahan dan akan dimintai keterangan," jelasnya.