Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 16 Maret 2012

7 Kode Pria Ingin Bercinta

Ghiboo.com - Kebanyakan pria tak merasa malu membiarkan wanira tahu kapan mereka menginginkan Anda. Jadi, sebaiknya wanita mulai belajar membaca kode-kode yang diberikan pria.
Berikut ini beberapa sinyal yang menandakan pria menginginkan Anda di ranjang, seperti dilansir melalui Cosmopolitan, Rabu (14/3).
Pupil Membesar
Pupil matanya membesar, membuat bola hitam pada mata membesar. Ini bisa jadi sinyal kuat kalau terjadi lonjakan gairah seks pada pria.
Mengaitkan jempolnya ke lubang sabuk celananya
Tanda ini menjadi dilakukannya untuk memberikan kode untuk bercinta.
Dia menyentuh hidungnya berulang kali.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Royal Society of Medicine menunjukkan bahwa saraf di hidung seorang pria jaringan ereksinya saling berhubungan. Kecuali, jika dia sedang sakit flu atau pilek.
Bicara dengan suara lebih lembut dari biasanya
Penelitian di tahun 2010 menunjukkan bahwa pria secara refleks menurunkan nada suaranya yang bisa menjadi sinyal bahwa terjadi peningkatan keinginan untuk bercinta.
Dia menyentuh bahu Anda
Menggosok atau mengusap tangannya ke bahu Anda biasanya menunjukkan dia menginginkan Anda.
Memeluk dan meletakkan tangannya di bawah pinggang Anda.
Jika dia tiba-tiba memeluk erat Anda dan memegang bokong Anda, mungkin itu menjadi tanda bagi Anda bahwa dia menginginkan yang lebih dari sebuah pelukan.
Menggigit bibir bawahnya dan menggoyangkan kepalanya
Pria yang melakukan hal itu saat berbicara didepan pasangannya mungkin sedang gelisah karena menginginkan Anda segera.
 
BACA JUGA:

Cara pria ungkapkan cinta tanpa kata-kata
Waspadai delapan tanda pria playboy
Tujuh tanda pria bosan dengan pasangannya
Cara mendeteksi kebohongan pasangan Anda
Ciri-ciri pria posesif yang harus diketahui wanita

Ribut Spanduk Tolak FPI, Pontianak Tegang

Pontianak - Ribuan orang berkumpul di Rumah Betang, Jl Sutoyo Pontianak, sejak pukul 08.00 pagi, Kamis 15 Maret 2012. Ribuan orang ini menuntut agar FPI Kalbar dibubarkan. Mereka datang dari daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak, antara lain Sei Ambawang dan Mandor.
Sekitar pukul 09.00, tetua adat Dayak, Ibrahim Banson, sekretaris Majelis Adat Dayak (MAD), mendatangi rumah betang untuk mendinginkan suasana dan mendengarkan aspirasi massa.
Ketua Ikatan Dayak Islam, Alamsyah meminta semua pihak agar memandang masalah dengan kepala dingin. "Kalau ada yang tersinggung, manusiawi. Tetapi kami harap masalah ini tidak berkepanjangan," ujarnya.
Pukul 12.00, massa menuntut bisa menyampaikan aspirasi ke Markas Kepolisian Daerah Kalbar, yang jaraknya sekitar satu kilo dari rumah betang. Massa membekali diri dengan berbagai jenis senjata tajam dan kayu. Para petinggi kepolisian dan TNI, yang menjumpai massa tak berhasil mengurungkan niat massa untuk bergerak keluar dari rumah betang. Untuk mengamankan, polisi dan TNI mengawal massa berjalan kaki ke Polda Kalbar di Jalan Yani II, Pontianak.
Konflik ini terpicu isu bentrok, buntut dari ribut-ribut penurunan spanduk penolakan FPI di Kalimantan Barat yang terjadi Rabu 14 Maret 2012 kemarin.
Warga Asrama Pangsuma, yang merupakan kediaman mahasiswa asal bagian timur Kalimantan Barat, memasang spanduk yang isinya penolakan dan pembubaran FPI di Kalbar. Spanduk ini memancing amarah simpatisan FPI yang kemudian masuk ke asrama dan menurunkan spanduk. Insiden pelepasan spanduk inilah yang kemudian menimbulkan keributan dan nyaris bentrok. Untungnya, petugas Kepolisian Sektor Pontianak Barat dan Polresta Pontianak Kota bisa meredam ribut-ribut dua pihak.

Berita Terkait:
FPI: Itu Bukan Suku Dayak, Tapi Preman Anarkis
Taufiq Kiemas Minta FPI Hormati Kearifan Lokal Dayak
Warga Dayak Tolak Ketua FPI Habib Rizieq 
Alasan Warga Dayak Tolak FPI
Tokoh FPI Habib Rizieq Salahkan Gubernur Kalteng
Habib Rizieq: Ada yang Ingin Adu Domba FPI
Gus Solah Sarankan FPI Lakukan Survei

DAD Imbau Masyarakat Dayak Tak Kerahkan Massa ke Pontianak


DAD Imbau Masyarakat Dayak Tak Kerahkan Massa ke Pontianak - Foto_Aksi_Tolak_FPI1.jpg
Tribun Pontianak/Galih Nofrio Nanda
Massa dari masyarakat suku Dayak melakukan aksi berjalan kaki dari Rumah Betang menuju Polda Kalimantan Barat di Jalan Sutoyo Pontianak, Kamis (15/3/2012). Mereka menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) di Kalbar.





















 


PONTIANAK - Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Barat (Kalbar), Yakobus Kumis, mengimbau masyarakat Kalbar, khususnya masyarakat Dayak, tidak mudah percaya isu-isu provokasi melalui SMS yang disebarkan oleh orang-orang tidak bertangunggjawab.
"Saya tegaskan, tidak benar ada penyerangan masyarakat di Asrama Pangsuma, tidak benar ada pembakaran, tidak benar ada korban, dan sebagainya," ujar Yakobus saat mendampingi masyarakat Dayak menyampaikan aspirasi di Mapolda Kalbar, Kamis (15/3/2012).
DAD, kata Yakobus, bersama dengan pimpinan Polda Kalbar dan Pangdam Tanjungpura akan meneruskan aspirasi yang disampaikan masyarakat Dayak terkait desakan pembubaran FPI di Kalbar, ke pemerintah pusat.
Oleh karena itu, imbau Yakobus, masyarakat Dayak yang berada di daerah diharapkan menahan diri dan tidak terprovokasi, serta tidak ikut menurunkan massa ke Pontianak.
Ia menegaskan, sesungguhnya Pontianak aman, tenteram, tenang dan tertib. Kalbar adalah daerah multietnis dan multiagama, dan selama ini selalu hidup aman, tenteram, harmonis, dan kondusif.
"Saya tegaskan, Dayak juga banyak yang beragama Islam, Katolik, Protestan. Dayak ini multiagama, jadi tidak benar kalau Dayak berhadapan dengan Islam. Jadi, di sini adalah persoalan oknum FPI yang selama ini kita sayangkan. Harapan kita ke depan agar ini diubah, agar tidak anarkis," ucapnya.
Seperti diketahui, situasi kamtibmas, khususnya di Kota Pontianak, dalam dua hari terakhir sempat memanas.
Massa Front Pembela Islam (FPI) sempat bersitegang dengan mahasiwa Dayak di Jl KH Wahid Hasyim, Rabu (14/3/2012) sore, terkait pemasangan spanduk di depan Asrama Pangsuma.
Kemudian, pada Kamis (15/3/2012), massa dari kedua pihak turun ke jalan di lokasi berbeda. Aparat keamanan memblokade sejumlah ruas jalan agar kedua kelompok massa tidak sampai bertemu.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalbar, Haitami Salim, mengimbau masyarakat dan pihak yang tergabung dalam ormas terkait untuk tidak mudah terprovokasi dengan beredarnya isu-isu yang menyebabkan perpecahan.
Selain itu, Haitami juga mengimbau aparat kepolisian mengusut provokator yang membuat keonaran terkait pemasangan spanduk sehingga membuat situasi Kalbar kurang aman.
"Segera cari, tangkap, dan proses provokatornya, agar situasi bisa aman dan terkendali," ujarnya. Akibat aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh kelompok massa, sejumlah ruas jalan di Kota Pontianak mengalami kemacetan, ada yang bahkan macet hingga tiga jam.
Dampak lainnya, rumah makan yang tersebar di Jl A Yani tampak sepi pengunjung. "Biasanya jam segini (pukul 16.00) restoran ramai," kata Izul, manajer RM Simpang Ampek.
Di saat bersamaan, ruas jalan di depan rumah makan tersebut memang sedang padat oleh kendaraan bermotor yang dialihkan jalurnya oleh aparat keamanan.
Banyak warga yang juga berhenti di tepi jalan, ingin tahu apa yang terjadi di ruas jalan yang satu lagi.
Arus lalu lintas Jl A Yani lumpuh total. Kendaraan yang akan masuk maupun keluar tidak bisa bergerak sama sekali. Sekitar dua jam lebih arus lalu lintas di jalan ini terhambat.
Seorang wanita pengendara motor menangis ketakutan. Ia diminta untuk berhenti dan menepi. Ia lalu didatangi anggota Satpol PP Kota Pontianak yang coba menenangkannya. Pengendara sepeda motor lainnya berbalik arah begitu melihat massa turun ke jalan.

Polisi Antisipasi Massa FPI-Mahasiswa Dayak Kalbar Bentrok

Polisi Antisipasi Massa FPI-Mahasiswa Dayak Kalbar Bentrok
Tribun Pontianak/Galih Nofrio Nanda
Massa dari masyarakat Dayak melakukan aksi berjalan kaki dari Rumah Betang menuju Polda Kalimantan Barat di Jalan Sutoyo Pontianak, Kamis (15/3/2012). Mereka menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) di Kalbar. 


PONTIANAK - Kapolda Kalbar Brigjen Pol Unggung Cahyono mengimbau seluruh masyarakat Kalimantan Barat bersama-sama menciptakan situasi aman dan kondusif, dengan tidak melakukan hal-hal yang destruktif dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang menyesatkan.
Kapolda menyampaikan imbauan tersebut sehubungan memanasnya situasi kamtibmas, khususnya di Kota Pontianak, dalam dua hari terakhir.
Massa Front Pembela Islam (FPI) sempat bersitegang dengan mahasiwa Dayak di Jl KH Wahid Hasyim, Rabu (14/3/2012) sore, terkait pemasangan spanduk di depan Asrama Pangsuma.
Kemudian, pada Kamis (15/3/2012), massa dari kedua pihak turun ke jalan di lokasi berbeda. Aparat keamanan memblokade sejumlah ruas jalan agar kedua kelompok massa tidak sampai bertemu.
Pada Rabu malam, terjadi pertemuan di Mapolresta Pontianak, dihadiri Ketua FPI Kalbar Habib Muhammad Iskandar Alkadrie dan Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Yakobus Kumis.
Pertemuan itu dihadiri juga Wakil Wali Kota Pontianak Paryadi, Wakapolda Kalbar Kombes Pol Syafaruddin, dan Kapolresta Pontianak Kombes Pol Muharrom Riyadi.
Seusai pertemuan, semua pihak menyatukan tangan sebagai simbol kesepakatan damai. Habib Muhammad Iskandar juga terlihat merangkul Yakobus Kumis.
Tangan keduanya bergenggaman erat. "Saya mohon dengan hormat agar seluruh masyarakat menjaga situasi tetap kondusif sehingga tidak ada permasalahan lagi, dan masyarakat tidak terganggu dengan adanya jalan yang ditutup," kata Unggung Cahyono.
Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Erwin Hudawi Lubis, yang juga turun ke lapangan menemui kedua kelompok massa, mengatakan, ia bersama Kapolda Kalbar telah melakukan dialog dengan pengurus DAD Kalbar, dan juga melakukan dialog dengan pengurus FPI Kalbar, serta tokoh-tokoh masyarakat terkait dengan permasalahan yang terjadi.
Pangdam berharap, rasa waswas dan rasa takut masyarakat dengan adanya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dan dapat dipahami bersama. Ia meminta masyarakat untuk lebih tenang agar tidak salah pemahaman, dan secara bersama-sama menjaga ketenteraman.
Sultan Pontianak, Syarif Abubakar Alkadrie, meminta masyarakat tidak terpancing oleh oknum yang tidak beretanggungjawab yang sengaja ingin membuat keresahan di masyarakat dan dapat menimbulkan korban.

Damai Itu Indah

Pemasangan spanduk di depan Asrama Mahasiswa Pangsuma yang isinya menolak kehadiran Front Pembela Islam (FPI) di Kalbar berujung keributan, Rabu (14/3) sore di Jalan KH Wahid Hasyim Pontianak. Hanya ribut biasa, adu mulut saja, dan kondisi berhasil dikendalikan meskipun terjadi konsentrasi massa yang kebanyakan hanya menonton.
Kabar ini begitu cepat menjalar dari mulut ke mulut ditambah pesan berangkai melalui komunikasi selular serta perangkat IT lainnya. Isunya makin meluas dan melenceng dari fakta yang sesungguhnya. Padahal kejadian itu hanya biasa saja. Yang membuat tidak biasa justru penambahan informasi yang salah seolah-olah chaos dan siaga.
Kejadian tersebut memang tak boleh dianggap sepele. Paling tidak menjadi indikator pentingnya menjaga kerukunan antarumat, antaretnis, dan antaragama di Kalbar. Sejarah masa lalu berupa konflik etnis sudah terkubur jauh meskipun masih menjadi noktah yang sesekali bisa meletup.
Selayaknya semua pihak berpandangan, jika konflik terjadi sekecil apa pun hanya akan merugikan, membuat kemunduran bagi perjalanan Kalbar. Anggap saja konflik dan kekerasan itu merupakan “anak haram peradaban” yang telah mencoreng kondisi Kalbar.
FPI di Kalbar sudah lama berdiri dan eksis. Boleh jadi penolakan itu terilhami peristiwa di Kalimantan Tengah yang semua elemennya termasuk pemerintah daerah setempat bersepakat dibubarkan. Hanya saja, peribahasa mengungkapkan: lain padang lain ilalang, lain Kalteng lain pula Kalbar.
Selama ini tidak ada yang mempersoalkan kehadiran FPI di Kalbar. Sepak terjang organisasi itu juga malah tidak melakukan hal-hal yang frontal, tetapi lebih concern dalam urusan dakwah dan syiar. Tak bijak rasanya disulut dengan masalah yang hanya akan menimbulkan permusuhan dan pertentangan.
Apa sih untungnya “memecah” keheningan yang telah membuat tenteram masyarakat Kalbar. Lalu, siapa yang memasang spanduk penolakan itu? Inilah akar masalah yang harus diungkapkan oleh aparat penegak hukum. Dengan demikian, masalahnya tidak menjadi lebar, tidak dikait-kaitkan atau dihubungkan dengan masalah lain yang variabelnya bias seperti suksesi kepemimpinan (pemilukada) dan lain-lain.
Pengungkapan apa dan siapa yang menjadi biang keributan (provokator) merupakan solusi jangka pendek agar semua pihak lebih dapat bersikap toleran. Artinya, menjaga sikap dan tindakan agar tercipta kerukunan. Kita pada umumnya tentu saja menginginkan kedamaian. Dengan hidup damai, bisa bekerja dan berusaha tenang, ekonomi dapat tumbuh, rasa aman pun terjamin.
Solusi jangka panjang yang perlu dipersiapkan adalah melalui “early warning system” (sistem peringatan dini) yang harus sudah terbangun dan terintegrasi. Misalnya saja memberdayakan forum silaturahmi antaretnis yang tidak melulu kelompok elitenya saja, tetapi sampai ke “grass root”. ***

Sudah Berdamai, Jangan Mudah Terprovokasi Lagi

Kapolda dan Pangdam Turun Bersama Tenangkan Massa

Aparat berjaga di Jembatan Kapuas
Kiki Supardi
Pontianak – Sangat disesalkan, sebenarnya dua kelompok bertikai yakni mahasiswa Asrama Pangsuma dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar bersama Forum Pembela Islam (FPI) yang sudah berdamai di Mapolsekta Pontianak, terprovokasi dengan ribuan massa turun ke jalan, Kamis (15/3).
 
Akibatnya, dua kelompok massa berhadapan secara masif yang dibatasi Jembatan Kapuas dengan penjagaan ketat aparat kepolisian dan TNI yang menurunkan pasukan dan panser. Sampai tadi malam, setelah sempat dihentikan hujan petang, mereka saling siap adu jotos. Padahal aparat keamanan sudah melepas tembakan beruntun ke udara untuk memisahkan mereka yang sangat mengganggu rasa aman masyarakat Kota Pontianak. Mengamankan situasi, Pangdam juga menurunkan tujuh truk pasukan dari Kota Singkawang. Pihak kepolisian juga menurunkan pasukan elite satu pesawat Hercules dari Mabes Polri ke Kota Pontianak.
Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI E Hudawi Lubis sudah meminta kelompok ormas dan simpatisan FPI agar tidak terpancing dengan isu yang merusak kamtibmas. “Jika ditemukan provokator itu, kami akan memproses sesuai hukum. Karena sudah merusak hubungan kamtibmas di Kalbar,” ujarnya.
Pangdam bahkan sudah mendinginkan ratusan massa di perempatan Tanjung Raya, Pontianak Timur. Namun mereka terprovokasi oleh ratusan massa warga di kawasan Pontianak Selatan tepatnya Jalan Sutoyo hingga Jalan Veteran. Mereka berteriak-teriak menyerukan yel-yel yang memancing situasi.
Akibatnya sangat buruk. Semua toko menutup pintu. Kegiatan ekonomi di kawasan tersebut termasuk Pasar Flamboyan nyaris lumpuh. Kemacetan panjang hampir seluruh ruas jalan Pontianak Timur dan Tenggara tak terhindarkan.Warga terjebak berjam-jam dalam kemacetan.
Pangdam mengingatkan, kedua pihak FPI dan DAD sudah melakukan pertemuan dan perjanjian sepakat damai. Segera dilakukan dialog untuk menegakkan kamtibmas di Kalbar.
Kapolda Kalbar Brigjen Pol Unggung Cahyono juga mengatakan situasi kamtibmas Kalbar sebenarnya sangat kondusif dan harus terus dijaga hubungan antarmanusia dengan baik. “Supaya tidak terprovokasi oleh isu yang menyesatkan. Jika ketahuan provokatornya akan ditindak tegas dan diproses sesuai hukum,” ujar Unggung.
Kapolda minta masyarakat tidak terpancing karena ini merupakan bagian dari isu. “Ketenangan masyarakat harus terjaga, jangan sampai ternodai dan memancing hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu juga, kami akan tindak tegas penyebar provokasi,” katanya.
Kapolda mengimbau seluruh masyarakat jangan sampai kamtibmas yang selama ini terbangun menjadi rusak. “Jadi jaga hubungan ini, karena Kalbar tetap kondusif. Begitu juga pihak FPI dan DAD, akan melakukan dialog untuk membahas keamanan di Kalbar, supaya kamtibmas terjamin,” katanya.
Setelah imbauan Pangdam dan Kapolda yang disampaikan di Pontianak Timur itu, ribuan massa mulai tenang dan melunak, tetapi tetap siaga berjaga-jaga untuk antisipasi serangan dari seberang jembatan.
Dalam insiden sore hingga tadi malam tidak ada korban luka-luka atau jiwa karena aparat keamanan sigap memisahkan. Jalan A Yani, Imam Bonjol, dan Tanjungpura diblokir.
Sementara itu, Ketua FPI Kota Pontianak Syarif Ishak Almuntahar meminta semua ormas Islam yang ada di Kalbar khususnya Kota Pontianak agar tidak terpancing isu. Pihak FPI, katanya, sudah melakukan pertemuan dengan tokoh adat Dayak untuk saling menjaga kerukunan umat. “Kami minta masyarakat jangan waswas, karena hal ini adalah isu. Masyarakat harus tetap tenang dan jangan anarkis,” ujarnya.
Syarif Ishak juga mengajak tokoh masyarakat menjaga kamtibmas supaya kerukunan umat tetap terjaga. “Kami serahkan kepada pihak berwajib, jika ada provokator diharapkan diproses sesuai hukum. Kami minta ormas Islam jangan sampai terpancing isu yang menyebabkan gejolak masyarakat. Kita tetap tenang menjaga kerukunan beragama,” ungkapnya.

Jaga kerukunan

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalbar mengimbau semua elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan umat beragama. Tidak mudah terpancing isu yang bisa memancing reaksi.
“Saya mengimbau semua elemen untuk menjaga kerukunan umat beragama dan antaretnik. Karena masa depan Kalbar ini bukan berada di tangan kelompok tertentu. Apalagi pada orang tertentu. Tetapi berada di semua elemen masyarakat,” ungkap Ketua FKUB Kalbar Dr Moh Haitami Salim MAg kepada Equator, Kamis (15/3).
Menurutnya, semua diharapkan bisa menjaga kerukunan, tidak memancing keributan, dan tidak ikut serta dalam pertikaian. Hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran hukum dan ketertiban serahkan kepada aparat penegak hukum.
“Saya percaya pada aparat penegak hukum sudah semakin meningkat kinerjanya. Karena isu ini dimainkan bisa saja sebagai bentuk test case keamanan pemilukada. Jadi, semua harus jernih dan tenang dalam menyelesaikan masalah. Juga tidak mudah terprovokasi atau terpancing keributan,” papar Haitami.
FKUB tidak pernah berhenti untuk mengimbau baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota. Hari ini saja di Mempawah ada pertemuan FKUB dengan seluruh unsur-unsur masyarakat.
“Di tempat-tempat lain juga saya imbau untuk segera melakukan koordinasi termasuk FKUB Kota Pontianak untuk segera melakukan konsolidasi supaya lebih merapatkan dan mempererat kerukunan. Menyelesaikan persoalan bersama-sama,” jelasnya.
Haitami juga mengajak untuk saling menghormati setiap kegiatan keberagaman masing-masing agama. Jangan sampai masuk ke wilayah pelaksanaan kegiatan keagamaan orang lain. Jika ada organisasi yang diduga melakukan pelanggaran ketertiban disarankan untuk dilaporkan dan diproses secara hukum.
“Saya meminta kepada seluruh tokoh agama dan adat untuk menyejukkan suasana. Mari kembali pada ajaran agama, kearifan lokal dan yang bersangkutan dengan hukum serahkan kepada para penegak hukum,” katanya.
Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi sekarang, ia mengajak bersama-sama melalui penegak hukum untuk mencari provokator. Itu yang harus diproses hukum. Jangan diadili secara kekerasan.
“Jangan gampang percaya dengan SMS dan cerita orang yang tidak bertanggung jawab. Karena di Kalbar sejak 1969 hingga 1999, dalam rentang waktu 30 tahun sudah 12 kali konflik etnis. Itu saja sudah banyak kehilangan harta dan nyawa,” jelasnya.
Ia juga mengimbau kejadian ini tidak membawa isu agama. Karena sekarang yang perlu dijadikan musuh bersama yaitu kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Kembalikan semangat kebersamaan. (hak/sul/kie)

Kalangan se-Kalbar Sepakat Aman Damai

Sambas – Seluruh kabupaten/kota se-Kalbar menyikapi insiden FPI dengan mahasiswa Asrama Pangsuma dengan menggelar pertemuan lintas etnis dan agama untuk Kalbar yang damai dan aman.
 
Kapolres Sambas AKBP Pahala Panjaitan mengajak masyarakat Sambas untuk tidak mudah terpancing isu yang tidak benar menyangkut insiden di Pontianak. “Marilah kita bersama-sama saling menjaga kedamaian. Walaupun ormas FPI belum terbentuk di sini, namun kita harus bijak menyikapinya. Masyarakat Sambas tidak mudah terprovokasi karena insiden sudah dapat diselesaikan,” kata Kapolres di hadapan tokoh lintas etnis.
Agar tidak menimbulkan keresahan, warga jangan cepat percaya bila menerima short message service (SMS) menyesatkan. “Kalau ada ajakan atau SMS hasutan segera dilaporkan kepada pihak yang berwajib sehingga insiden ini tidak merebak. Kalbar akan menghadapi pilgub, jadi kita perlu situasi kondusif,” pesannya.
H Darwis Mochtar, tokoh masyarakat Melayu Kabupaten Sambas yang juga Ketua Harian Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Sambas menegaskan FPI ormas yang memiliki payung hukum dan keberadaannya sudah diakui. “Kita harus bijak menyikapinya, apalagi sampai memunculkan SARA. Dengan pertemuan lintas etnis yang digagas Polres Sambas, kita dapat mempersatukan dan harmonisasi etnis dan agama di Kalbar, khususnya Kabupaten Sambas,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Bartolomeus, Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sambas. “Respons cepat Polres Sambas menggelar pertemuan lintas etnis merupakan momen yang tepat, karena bertujuan mempersatukan umat. Ormas pada intinya harus dapat berjalan beriringan, kita harus saling mengasihi dan saling berbagi informasi. Sehingga apa yang kita lakukan mendapat dukungan dari pihak lain,” pesan Bartolomeus.
Kemudian dia menyampaikan dua pantun. “Jari kita bersusun lima, memegang parang menebas selasih, mari kita menjaga kerukunan umat beragama, dengan berpegang pada asas cinta kasih.”
Pantun kedua dilafaskannya. “Membeli pelita bersumbu tali, disulut pijaran menyala api, mari kita selalu berkoordinasi, merajut kerukunan di segala sisi.”
Efizar, perwakilan Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Sambas dalam paparannya meminta agar kita bisa saling berbagi dan saling memahami, terutama dalam menjaga kerukunan umat beragama.
“Dibentuknya FKUB merupakan solusi untuk kita berbagi, mudah-mudahan melalui pertemuan ini dapat menciptakan kerukunan umat yang damai dan abadi,” harapnya.

Tangkal isu-isu

Di Ketapang, Kapolres AKBP I Wayan Sugiri meminta kepada masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang tak jelas pascainsiden di Asrama Pangsuma. Untuk mencegah dampak insiden tersebut ke Ketapang, Kapolres menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh agama maupun tokoh masyarakat, Kamis (15/3)
“Kita gelar pertemuan bersama tokoh agama, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kabupaten Ketapang. Ada tokoh dari Madura dan Ketua FPI. Intinya menyikapi situasional yang terjadi di Pontianak,” kata Wayan Sugiri kepada wartawan, kemarin.
Ditegaskannya insiden yang terjadi di Pontianak hanyalah miskomunikasi. Kapolres bersyukur para tokoh yang diundang tersebut sepakat dan satu suara, Ketapang tetap aman.
“Semuanya merasa senang dengan diundang itu karena mereka pada dasarnya menerima informasi yang tidak jelas itu. Menerima SMS-SMS terjadi penyerangan dan sebagainya. Ketika diundang Polres, mereka langsung menginformasikan masyarakat yang menanyakan hal itu,” ungkapnya.
Kapolres minta kabar-kabar miring harus segera diluruskan. Pasalnya saat ini SMS-SMS berisi kabar tak jelas sudah beredar di Ketapang. Karena itu Kapolres mengimbau kepada masyarakat yang ingin mengetahui kabar pastinya bisa langsung menelepon Kapolres.
“Apabila menerima informasi-informasi yang tidak jelas itu hubungi saya. Saya kasih sudah nomor HP ke semuanya. Jadi sumbernya jelas dari Kapolres,” tuturnya.
Dikatakannya secara umum hingga saat ini Ketapang masih tetap kondusif. Tapi tetap saja, kata dia, jika dibiarkan tentu akan berkembang. Karena itu perlu dipertemukan seluruh tokoh yang ada duduk satu meja.
“Artinya di Ketapang ada FPI, sejak Desember 2010. Saudara-saudara kita suku Dayak juga ada. Artinya perlu ditemukan di sini. Harapannya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” terangnya.
Kapolres menegaskan pihaknya tak akan segan-segan menindak bagi siapa pun yang mencoba memprovokasi Ketapang. Keamanan Ketapang hal paling utama. Pasalnya selama ini Ketapang belum pernah terjadi kerusuhan.
“Jika ada yang memprovokasi, kita akan ambil dulu orangnya. Memprovokasi kalau sampai ada kerusakan akan kita tangkap. Tapi kalau dengan kata-kata akan kita panggil dan periksa,” tegasnya.

Ulah oknum

Di Sintang, semua kalangan sepakat menjaga keamanan dan ketenangan Kalbar, tak terkecuali di Kabupaten Sintang. Pertemuan difasilitasi Kapolres Sintang ini sengaja dilakukan untuk menangkal isu provokatif yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan, menyusul ketegangan terkait penolakan FPI.
Pertemuan lebih dari dua jam melibatkan berbagai kalangan ini penuh dengan suasana keakraban. Dari Dewan Adat Dayak (DAD) Sintang langsung dipimpin Ketua Mikael Abeng. Begitu pula dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sintang H Niam Musni, Dewan Adat Dayak Muslim Syamsudin Jagat, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sintang Senen Maryono, Penasihat Adat Melayu H Apong Idris, dan banyak lagi para tokoh masyarakat lainnya.
Sementara dari kalangan birokrasi diwakili Plt Asisten III Bidang Pemerintahan A Biong. Turut hadir Ketua DPRD Sintang Harjono, Kepala Kejari Moch Djumali, dan Dandim 1205 Sintang Kol Inf P Hutagalung.
Tidak ada perdebatan maupun adu argumentasi, terlebih saling salah menyalahkan. Semua sepaham bahwa gejolak yang timbul merupakan ulah oknum, sehingga tidak mudah terprovokasi ataupun terpancing dengan isu-isu menyesatkan.
Ketua DAD Sintang Mikael Abeng menegaskan bahwa masyarakat Dayak cinta damai. Bila terjadi kekerasan dengan mengatasnamakan masyarakat Dayak, menurutnya itu hanyalah ulah oknum.
“Kita sudah lama hidup rukun berdampingan. Jangan sampai kita terprovokasi dengan isu-isu yang menyesatkan itu. Di Sintang ini kita hidup multietnik, tapi tetap kondusif,” ucapnya.
Persoalan di Pontianak, kata Abeng, jangan dibesar-besarkan apalagi dibawa ke daerah. “Kita dari DAD sepakat untuk tetap menjaga Kalbar aman. Karena itu, tidak ada kekerasan yang mengatasnamakan DAD,” tegasnya.
Begitu pula ditegaskan Ketua MUI Sintang H Niam Musni yang meminta masyarakat untuk tidak mudah terpancing dengan isu-isu menyesatkan. “Kita percayakan kepada aparat. Jangan kita yang terprovokasi,” pesannya.
Dikatakan Niam Musni, sudah sekitar 13 tahun ini dirinya menjadi Ketua MUI Sintang belum pernah ada pertikaian yang terjadi. “Suasana tetap aman, karena kita di daerah ini rukun. Kalaupun ada persoalan cepat kita selesaikan,” ucapnya.
Dari Ketua DMI Sintang H Senen Maryono berharap keamanan dapat terus terjaga hingga pilgub. “Kita percayakan kepada aparat. Kita juga minta jangan ada intimidasi, biarkan masyarakat menggunakan hak pilihnya. Siapa pun gubernur, tetap kita dukung,” bebernya.
Kapolres Sintang AKBP Oktavianus Martin mengungkapkan bahwa menjaga kondisi aman tidak hanya ada pada pihak kepolisian tanpa ada kerja sama dari masyarakat. “Makanya kita undang para tokoh ini agar sepaham. Kalaupun ada masalah, mari kita bicarakan. Kita selesaikan baik-baik,” sarannya.
Selain melakukan koordinasi lintas sektoral, dikatakan Kapolres, pihaknya melalui intelijen tetap berusaha memantau dan menyaring informasi demi kemenangan. “Intelijen kita fungsikan. Sampai saat ini masih aman-aman saja. Intinya, masyarakat jangan mudah terprovokasi,” pungkasnya.

Landak kondusif

Kapolres Landak AKBP HV Sihombing bersama Ketua DAD Kabupaten Landak Drs Ludis mengumpulkan sejumlah tokoh dari Dayak dan MABM di aula kantor Bupati, Kamis (15/3).
Diskusi segitiga dihadiri beberapa ketua DAD kecamatan, ketua MABM kecamatan, serta sejumlah tokoh intellectual dari dua etnis. Hadir pula Damramil Ngabang, Damyon Armed, Kasatpol PP, serta para tokoh agama.
Pertemuan santai dan akrab sekitar 2 jam, ditegaskan Kapolres bahwa yang terjadi di Pontianak antara FPI dan mahasiswa Asrama Pangsuma hanya pertengkaran mulut tidak ada bentrok fisik.
“Saya harapkan seluruh warga Landak tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Apalagi ada provokatif lewat SMS. Mari bersama jaga situasi yang selama ini sudah kondusif. Percayakan semua penyelesaian masalah tersebut kepada aparat,” pinta Victor.
Drs Ludis, Sekda Landak yang juga Ketua DAD Landak mengimbau semua ketua DAD kecamatan yang hadir agar memberikan informasi yang sebenarnya. Tujuannya, supaya warga tidak terpancing dengan SMS yang isinya provokatif.
“Gubernur Cornelis sudah mengimbau, isinya sebagai berikut: Kepada masyarakat Dayak Kalbar bahwa isu FPI menyerang mahasiswa di Asrama Pangsuma adalah tidak benar. Oleh sebab itu, saya (Gubernur, red) minta seluruh warga Kalbar untuk tenang dan tidak mudah terprovokasi terhadap isu-isu yang menyesatkan, apalagi menjelang pilkada gubernur September mendatang,” papar Ludis (edo/KiA/din/tar)

Dayak Kalbar Tolak FPI

Pontianak – Sekitar seribuan warga Dayak dari berbagai daerah di Kalbar memenuhi Rumah Betang di Jalan Sutoyo, sejak pukul 10.00 Kamis (15/3). Kebanyakan mereka membawa bambu runcing dan mandau, menuntut Front Pembela Islam (FPI) dibubarkan.
 
Kondisi sempat tegang ketika massa harus menunggu lama pertemuan tertutup antarpengurus Dewan Adat Dayak (DAD). Massa yang menggunakan ikat kepala kain merah dan pergelangan tangan itu beberapa kali berteriak bubarkan FPI dan saling menyahut satu sama lain.
Setelah pertemuan antarpengurus DAD Provinsi Kalbar itu selesai, kemudian datang Kapolda Kalbar Brigjen Pol Drs Unggung Cahyono dan Pangdam XII/Tanjungpura Mayjen TNI Erwin Hudawi Lubis. Kondisi kembali tegang karena massa tidak sabar untuk melakukan aksi di Mapolda dan Makodam.
Massa yang tidak sabar di terik matahari sebagian ikut naik namun dicegah sehingga tidak sampai masuk ke ruang pertemuan. Adu mulut tidak terelakkan antara massa dengan pengurus DAD, namun tidak berlangsung lama.
Ketika pertemuan itu berlangsung, sebagian massa yang berada di lapangan rumah betang tidak tahan lagi dan berbondong-bondong keluar memenuhi jalan menuju Mapolda Kalbar dan menyuarakan aksi damai penolakan FPI. Akibatnya kemacetan tak bisa terhindarkan, terutama di Jalur A Yani. Namun aparat kepolisian bertindak cepat mengatur lalu lintas dan menutup sementara salah satu jalur A Yani dan Jalan Imam Bonjol.
Pertemuan antara pengurus DAD dengan Kapolda dan Pangdam menghasilkan beberapa aspirasi yang disampaikan oleh DAD Kalbar. Hasil pertemuan itu disampaikan langsung di hadapan massa dari atas rumah betang, salah satunya penolakan terhadap FPI.
Ada tiga tuntutan DAD Kalbar, yakni menolak FPI di Kalbar, Bubarkan FPI, dan berikan hukum adat kepada FPI atas kejadian di Asrama Pangsuma. “Ada tiga aspirasi masyarakat adat Dayak, FPI tidak ada di Kalbar. Mengapa? Karena kita melihat Indonesia ini bukan hanya Kalbar, hampir setiap provinsi menolak kehadiran FPI,” kata Sekretaris Umum DAD Provinsi Kalbar Drs Ibrahim Banson MSi.
Selain itu, dia mengatakan pihaknya juga menginginkan agar FPI dibubarkan. Ibrahim menegaskan, tidak semua ormas ditolak masyarakat, tapi mengapa FPI ditolak, itu menjadi PR atau pertanyaan buat pengurus FPI. Kalau mau diterima, diakui, bersahabat dengan masyarakat tentu harus memperbaiki sistem.
“Kita ingin jangan sikap arogansi FPI itu selalu ditonjolkan kepada masyarakat. Mungkin FPI Kalbar mengatakan tidak, FPI baik, dan berjalan normal menurut aturan. Saya katakan Indonesia bukan hanya Kalbar. Ini tentu menjadi kajian, ada muatan-muatan politis, kita minta bubarkan FPI, karena sudah menyimpang dari dasar negara kita Pancasila. Kita melihat dan polling seluruh Indonesia, 60 persen menolak kehadiran FPI,” jelas Ibrahim yang tidak menyebutkan polling dari mana dimaksud.
“Aparat penegak hukum harus bersikap dan bertindak tegas. Jangan dianggap ini sepele. Okelah menurunkan spanduk. Tapi kedua kali sampai melempar sampai merusak. Bagi orang Dayak pantang ada tamu, menyelonong membuat huru-hara. Perlu diketahui, Pangsuma adalah nama salah satu pahlawan Dayak yang ikut merebut kemerdekaan. Bagi orang Dayak sangat sakral. Nama itu bukan sembarangan ditempatkan,” tegas Ibrahim.
Pada kesempatan itu juga dirinya memberikan penegasan bahwa tidak ada korban satu pun dalam peristiwa di Asrama Pangsuma seperti isu yang beredar. “Inilah untung-ruginya teknologi yang dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, barang yang tidak ada dibuat ada. Ini kan memancing supaya orang panas. Tapi saya tegaskan tidak ada korban,” ungkap Ibrahim.
Selain itu, ia mengingatkan agar pemuda Dayak tidak berjalan sendiri-sendiri untuk adu otot. “Sesuai kesepakatan kita tetap satu komando yakni DAD. Apabila ada anak-anak Dayak berjalan sendiri bukan tanggung jawab DAD. Risiko ditanggung sendiri. Karena aparat keamanan akan bertindak,” pesan Ibrahim.
Tokoh Dayak Kalbar Kapad juga ikut menenangkan massa. Dirinya mengatakan persoalan Asrama Pangsuma akan ditangani Polda Kalbar. “Sesuai kesepakatan FPI harus dibubarkan, dan jawaban dari Bapak Kapolda itu kewenangan pemerintah pusat, mereka akan mengusulkan melalui pemda,” katanya.
Masalah Asrama Pangsuma itu juga akan diselesaikan secara hukum adat. “Kalau dia tidak mengganggu lebih dulu tentunya kita tidak. Kita masih ada toleransi, mau tidak mau kita bertindak secara tegas. Mereka datang ke Asrama Pangsuma merusak papan nama ini pelanggaran. Ini akan diselesaikan melalui hukum adat Dayak,” ujar Kapad. (jul)

Sepakat Berdamai, Awas SMS Hasutan

Pertemuan FPI dan DAD Kalbar yang difasilitasi Polda Kalbar
Syamsul Arifin
Pertemuan FPI dan DAD Kalbar yang difasilitasi Polda Kalbar
Pontianak – Pertemuan damai penuh kekeluargaan pun merebak di ruang rapat Mapolresta Pontianak, tadi malam, menyusul keributan yang dipicu pemasangan spanduk menolak FPI di gerbang Asrama Mahasiswa Pangsuma, kemarin.
 
Dari Forum Pembela Islam (FPI) Kalbar tampak Habib Ishak dan Habib Iskandar, sedangkan dari Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar diwakili Yakobus Kumis selaku ketua harian.
Pertemuan untuk menyelesaikan kasus pemasangan spanduk provokatif itu diarahkan oleh Polda Kalbar yang dihadiri Waka Polda Kombes Pol Drs Syarifudin dan Kapolresta Kombes Pol Drs Muharrom Riyadi. Tak ketinggalan disaksikan oleh sejumlah tokoh masyarakat kedua pihak.
Pertemuan ini tentu saja bukan karena pertikaian DAD Kalbar dengan FPI Kalbar. Juga bukan perkelahian Dayak dengan Melayu atau etnis lain. Tapi menyelesaikan masalah pemasangan spanduk penolakan FPI di gerbang asrama mahasiswa di Jalan KH Wahid Hasyim.
Terlebih, isu-isu liar yang beredar melalui SMS, BBM, Facebook, dan media komunikasi lainnya terasa menyesatkan. Banyak warga di daerah terprovokasi dengan tindakan-tindakan tidak santun dan memancing kekeruhan.
Difasilitasi Polda Kalbar, pertemuan para tokoh sepakat damai dan masyarakat jangan sampai terpengaruh isu-isu menyesatkan tersebut. Terlebih isu menghasut melalui SMS yang mengajak demo dan turun ke jalan.
Setelah pertemuan di mapolresta tadi malam, tidak ada lagi kesalahpahaman antara kedua pihak. Mereka bersepakat juga menjaga situasi dan kondisi keamanan lebih kondusif, baik di Kota Pontianak maupun Kalbar umumnya. Tidak ada lagi hasut-menghasut atau membenci satu sama lain. Usai pertemuan mereka pun bersalam-salaman. (hak)

Spanduk Dipasang, Massa FPI Berang

Cari Provokator Pemicu Keributan

Asrama Mahasiswa Pangsuma FPI
Syamsul Arifin
Massa memadati Jalan KH Wahid Hasyim depan Asrama Mahasiswa Pangsuma, menyusul keributan soal spanduk anti FPI, Rabu (14/3)
Pontianak – Kota Pontianak yang damai dihuni warga multietnis mendadak sontak ricuh gara-gara spanduk merah bertuliskan “Tolak Pembentukan FPI di Kalbar” terpampang di depan Asrama Mahasiswa Pangsuma, Jalan KH Wahid Hasyim, Rabu (14/3).
 
Pengurus dan anggota Forum Pembela Islam (FPI) kontan berang, segera mencabut spanduk di gerbang asrama mahasiswa di depan RSU St Antonius Pontianak itu. Akibatnya sudah dapat diduga, muncullah keributan.
Diawali ketegangan antara penghuni Asrama Mahasiswa Pangsuma dengan puluhan massa yang sudah ramai berkerumun. Tekak-menekak pun terjadi, namun perang mulut kedua pihak tidak diwarnai kekerasan. Kedua pihak malah sempat turun ke jalan namun tetap tidak melakukan adu fisik.
Akhirnya aparat kepolisian pun turun menyita spanduk yang menimbulkan kemarahan anggota FPI tersebut. Kapolresta Pontianak Kombes Pol Muharrom Riyadi tampak turun ke lokasi bersama sejumlah jajarannya. Setelah itu situasi tenang.
Menjelang petang tiba-tiba ketegangan terjadi lagi sehingga sejumlah anggota polisi ditambah lagi barikade kawat berduri dipasang dan mobil water canon diturunkan. Dalam situasi itu malah yang terjadi adalah ketegangan antara massa dan aparat polisi. Akhirnya massa berhasil digiring dan dibubarkan.
Aparat kepolisian kemudian melakukan sweeping mencari sumbernya, sehingga ditemukan spanduk yang provokatif tersebut. Polisi langsung mengamankan barang bukti.
Meskipun barang bukti sudah diamankan, sejumlah simpatisan FPI masih tidak terima dengan pemasangan spanduk itu. Mereka berteriak-teriak tidak pernah mengusik etnis ataupun agama lain di Kota Pontianak ini.
Syahroni, Dewan Suro FPI Kalbar, turun ke lapangan dan tiba di lokasi menenangkan massanya serta simpatisan. Diduga ada provokator yang menyebabkan munculnya keributan ini.
“Kami minta masyarakat jangan terprovokasi dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Kami juga meminta penegak hukum agar mencari provokator yang menjadi pemicu. Karena hal ini sudah dimasuki provokator,” ungkap Syahroni, Rabu (14/3), setelah situasi mereda.
Pihak FPI, kata Syahroni, sudah melakukan pertemuan dengan Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar Yakobus Kumis untuk diajak dialog menjaga keamanan Kalbar.
“Ini sudah dimasuki provokator yang mencoba memecah belah hubungan yang sudah dibangun selama ini. Aktor, kelompok, atau siapa pun yang menjadi provokator harus dicari agar tidak menjadi bumerang,” ujar Syahroni.
Dia juga mengingatkan bahwa ada kelompok atau aktor intelektual yang ingin memperkeruh suasana dan memanfaatkan situasi menjelang Pilgub Kalbar 2012 ini.
“Warga Kalbar jangan terprovokasi. Ada yang ingin memecah belah hubungan antarumat beragama, antaretnis, agar situasi politik kacau menjelang pilgub. Kami hanya meminta penegak hukum mencari provokatornya pemicu keributan, dan ditindak,” tegas Syahroni lagi.
Martius, 54, salah seorang yang mengaku sebagai pengurus DAD Kalbar ketika di lokasi keributan bersama Syahroni, juga tidak pernah menolak FPI atau apa pun.
“Yang penting situasi Kalbar aman, jangan sampai masyarakat terpecah belah. Kita tidak pernah membawa konsep yang tidak bagus. Bahkan sejak tahun 2000 hingga sekarang tetap berjalan dengan baik,” ujarnya.
Martius mengatakan perlunya duduk satu meja, bertemu membahas permasalahan yang terjadi. “Masalah ini tidak ada kaitannya dengan yang terjadi di Kalteng. Kita akan berkoordinasi bagaimana caranya, agar jangan sampai terjadi keributan,” tandasnya.
Sementara itu, Kapolresta Kombes Pol Muharrom mengatakan semuanya sudah bisa diatasi. Diharapkan masyarakat jangan terpancing isu demi menjaga situasi yang kondusif. “Semuanya sudah bisa kita atasi, tidak terjadi apa-apa,” ujarnya.
Kapolda Kalbar Brigjen Unggung Cayono melalui AKBP Mukson Munandar mengimbau masyarakat agar menghormati sesama umat beragama dan saling menjaga kedamaian di Kalbar.
“Kedamaian di Kalbar harus terjaga. Jika ada masalah dalam masyarakat, selesaikan dengan cara kekeluargaan, jangan sampai menimbulkan efek yang tidak diinginkan,” kata Mukson.
Dia menambahkan, dengan menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat Kalbar akan terus tenteram. “Terciptanya suasana kamtibmas di masyarakat menjadi modal dasar kita untuk membangun Kalbar,” katanya. (sul/hak)