Ilustrasi. ©2013 Merdeka.com/Shutterstock
Wide
Wirawaty (38), putri dari tokoh pendidikan Riau dan mantan anggota DPD
RI Soemardi Thaher, melaporkan Gubernur Riau Annas Maamun ke Badan
Reserse Kriminal Polri. Wide mengaku dicabuli gubernur berusia 74 tahun
ini di rumah pribadinya.
Soemardi menjelaskan, selama ini
putrinya yang kini berusia 38 tahun memiliki kegiatan di Pemprov Riau.
Antara lain sebagai tutor kepala pada pelatihan bahasa inggris untuk
eselon II dan III di bawah lembaga pendidikan 'Wide School' yang
dimiliki putrinya.
Setelah beberapa bulan Annas Maamun menjabat
gubernur, Wide menghadap ke Annas untuk membawa proposal kegiatan
pelatihan dan seminar.
Menurut dia, respons Annas sangat positif
untuk mendukung kegiatan itu, bahkan menjanjikan akan mengangkat Wide
sebagai staf khusus gubernur.
Kronologi dalam surat pernyataannya
yang turut dilampirkan dalam laporan ke polisi, Wide Wirawaty
mengungkapkan kejadian nahas itu terjadi pada hari Jumat tanggal 30 Mei
2014. Wide menghadap gubernur menjelang salat Jumat untuk mengurus
kepastian administrasi seminar yang disetujui oleh gubernur.
Namun
karena waktu yang mepet, urusan tersebut tidak selesai dan Annas
meminta korban datang ke rumah pribadinya di Jalan Belimbing, Pekanbaru.
Korban
mengaku tidak ada perasaan lain sedikit pun karena merasa Annas adalah
seorang gubernur yang memegang amanah. Saat tiba di rumah tersebut,
korban diterima oleh seorang laki-laki yang merupakan pembantu rumah
tangga Annas Maamun.
Annas dan Wide berbicara di ruang tamu untuk
memperlihatkan surat-surat yang belum sempat diteken gubernur pada
pertemuan sebelumnya.
Ketika korban mengambil pena untuk meneken
dokumen itu ke mobilnya, sekembalinya ke dalam rumah pembantu Annas
mengarahkannya untuk naik ke lantai atas.
Dalam pertemuan itu,
Annas mengeluarkan uang Rp 10 juta dari kaus kakinya yang katanya untuk
keperluan acara yang sedang digagas Wide.
Saat korban hendak pamit, Annas mendekatinya sembari mengatakan ada rumah kosong di belakang rumahnya.
Korban
yang penasaran dengan maksud sang gubernur kemudian diajak oleh Annas
ke sebuah kamar yang berada di atas tangga sebelah kiri ruangan. Korban
mengaku tidak ada perasaan apa pun karena mengira Annas akan menjelaskan
masalah kamar kosong itu.
Namun, setelah keduanya di dalam
kamar, Annas langsung membuka resleting celananya. Korban mengaku
terkejut namun tangan kanannya langsung ditarik oleh Annas dengan paksa
dan diarahkan untuk memegang bagian terlarang tubuh gubernur.
Karena
korban marasa tidak nyaman dan takut akan dipaksa untuk melakukan hal
yang tidak senonoh, Wide mengalihkan Annas dengan mengatakan ada orang
yang naik ke lantai atas.
Ketika Annas ke luar kamar untuk
memeriksanya, korban langsung mencuci tangganya di wastafel di wc kamar
tersebut dan langsung ke luar kamar dan masih sempat berpapasan dengan
Annas.
Annas kemudian meninggalkan Wide dengan muka masam dan
hanya menjawab dengan ketus ketika Wide mohon pamit. Wide dalam surat
pernyataan tersebut mengatakan perasaan ternoda terus menghantuinya
karena tidak menyangka seorang gubernur tega melakukan pelecehan
seksual.