Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Kamis, 01 November 2012

8 Jenis Obat Ini Bisa Membahayakan Bayi Anda



Hisap-jempol.jpg
Ilustrasi
Bayi Menghisap Jempol


Daya tahan tubuh yang masih lemah memang membuat bayi lebih rentan terhadap berbagai kuman penyebab penyakit. Meski begitu, sebaiknya para orangtua berhati-hati dalam memberikan obat-obatan kepada mereka, bahkan obat yang tergolong alami atau herbal sekalipun.

Konsultasikanlah kepada dokter sebelum memberikan obat kepada bayi dan balita. Berikut adalah 8 jenis pengobatan yang sebaiknya dihindari pemberiannya kepada bayi.

1. Aspirin

Hindari memberikan obat aspirin atau obat mengandung aspirin pada anak, kecuali atas petunjuk dokter. Aspirin bisa menyebabkan sindrom Reye yang bisa merusak organ ginjal dan otaknya.

Jangan berasumsi obat yang dijual bebas tidak memiliki kandungan aspirin, karena itu sebaiknya baca label obat dengan cerma. Aspirin terkadang ditulis dengan salisilat atau asam asetilsalisilat. Untuk demam, sebaiknya berikan obat penurun demam yang mengandung parasetamol atau ibuprofen untuk anak berusia di atas 6 bulan.

2. Obat batuk dan flu yang dijual bebas

Para dokter anak yang tergabung dalam American Academy of Pediatric tidak merekomendasikan pemberian obat flu dan batuk kepada bayi. Hasil penelitian menunjukkan obat-obatan tersebut sering tidak menyembuhkan bahkan kerap berbahaya karena diberikan melebihi dosis.

Efek samping lain yang perlu diwaspadai adalah mengantuk, sakit perut, ruam, hingga peningkatan detak jantung. Setiap tahunnya, ribuan bayi dilarikan ke rumah sakit akibat pemberian obat batuk dan flu di rumah.

3. Obat antimual

Jangan memberikan obat antimual pada bayi kecuali dokter secara spesifik meresepkannya. Gejala mual yang dialami bayi dan balita biasanya berlangsung sementara dan tubuh mereka mampu mengatasinya tanpa obat-obatan. Di lain pihak, obat antimual bisa menyebabkan komplikasi. Bila bayi mengalami muntah berikan cukup cairan untuk mencegah dehidrasi.

4. Obat dewasa

Sangat tidak dianjurkan untuk memberi balita obat orang dewasa dalam dosis kecil. Selain itu obat untuk bayi umumnya lebih pekat dibanding obat untuk anak lebih besar, sehingga Anda perlu berhati-hati dalam pemberian kepada bayi.

5. Obat yang diresepkan untuk anak lain
Obat yang diresepkan untuk anak lain, termasuk saudaranya, belum tentu efektif, bahkan bisa berbahaya untuk bayi Anda. Berikan bayi obat yang memang hanya diresepkan untuknya.

6. Obat kedaluarsa

Segera singkirkan obat-obatan dari kotak obat begitu masuk masa kedaluarsa. Buang juga obat yang sudah berubah warna. Setelah kedaluarsa obat sudah tidak efektif dan bisa berbahaya.

7. Ekstra asetaminofen
Beberapa jenis obat mengandung asetaminofen untuk mengurangi demam dan nyeri, sehingga berhati-hatilah sebelum memberikan obat pada bayi yang terpisah dari obat demamnya. Jika Anda tidak yakin, tanyakan pada dokter atau apoteker kandungan obat yang diberikan.

8. Obat kunyah

Obat kunyah atau tablet untuk anak-anak dapat menimbulkan risiko tersedak pada bayi. Bila bayi Anda sudah mendapatkan makanan padat dan Anda ingin memberikan tablet, tanyakan pada dokter atau apoteker apakah boleh digerus atau dicampur makanan lembut.

Intim Saat Haid, Ini Bahayanya


Hubungan-Seks.jpg
Ilustrasi


JAKARTA - Tidak hanya ajaran agama yang melarang bercinta dalam kondisi istri haid. Secara medis (kesehatan), 'making love' di saat pasangan sedang menstruasi tidak sehat alias berisiko.

Menurut dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpRM, MKes (MMR), Sex Consultant & Rehabilitation Specialist dari Klinik WIN, bisa jadi memang haid Anda belum selesai, tapi bisa juga sudah selesai. Hal ini tergantung darah yang keluar sedikit atau banyak.

Jangankan di saat haid, di penghujung masa haid pun harus dipastikan apakah benar-benar menstruasinya sudah selesai. Mungkin juga sisa kotoran yang ada di dalam 'Miss V' ada yang tidak keluar atau belum keluar, tapi baru bisa keluar saat melakukan hubungan intim karena jalannya terbuka.

Ketika pasangan merasa menstruasi sudah selesai tapi nyatanya darah terus keluar, sebaiknya jangan lakukan dulu hubungan suami istri, sampai yakin tak ada lagi darah yang keluar. Karena jika melakukan hubungan intim saat haid akan memudahkan masuknya kuman atau penyakit dari luar ke dalam rahim.

Bahkan yang paling berat bisa kemasukan gelembung udara (emboli) yang akhirnya bisa menyebabkan hal buruk terhadap tubuh kita.

Pada tiap wanita, setiap periode menstruasinya akan berbeda-beda, baik jumlah darah yang keluar atau jumlah harinya. Kalau memang haid Anda selama ini biasa empat hari, menurut Ferryal masih wajar. Kecuali kalau sampai terjadi perbedaan yang sangat mencolok dalam jumlah hari atau jumlah darah yang keluar.

Ferryal menyarankan, ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan ke dokter. Dari pembahasan di atas tentu bisa disimpulkan bahwa hampir tidak ada kemungkinan bisa terjadi kehamilan semasa wanitanya sedang haid. (*)

Wah! Mahasiswi Sogok Dosen dengan Intim

Mesum-1.jpg
Ilustrasi

MALANG - Untuk mendapatkan nilai yang bagus, berbagai upaya mahasiswi di Malang. Para mahasiswi yang nyambi menjadi "ayam kampus" mengaku kerap mengajak kencan para dosen yang mengajarnya di kampus.

Kencan atau berhubungan intim dengan dosen itu mendapatkan nilai bagus walau sering tidak masuk kuliah dan tidak maksimal mengerjakan tugas mata kuliahnya.

"Mengajak kencan dosen yang ngajar lebih efektif, tetapi tidak semua dosen diajak dan mau diajak," tutur SF, seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Malang, Senin (29/10/2012) malam.

Perempuan berusia 21 tahun ini mengaku, mengajak kencan adalah senjata terakhir untuk meluluhkan dosen yang killer dan pelit memberi nilai. "Tak jarang para dosen yang pelit akan nilai. Banyak juga dosen yang killer. Disogok pakai uang atau bingkisan jarang mau," kata SF.

"Ya, diajak ketemuan di rumah makan atau di kafe sederhana. Setelah lumayan akrab, mulai memancing ke arah hubungan intim," lanjutnya.

Namun, para dosen, lanjut SF, ternyata tidak mudah untuk diajak berhubungan intim. "Tidak langsung mau. Harus berkali-kali ngajak dan terus didekati. Kalau sudah gol, sudah pasti memberikan nilai bagus walau jarang masuk," akunya.

Ditanya apakah juga dibayar oleh sang dosen? SF mengaku, untuk kelas dosen, gratis. "Karena yang butuh kita. Bukan dosennya. Teman-teman yang berprofesi itu ("ayam kampus") memang sering bolos kuliah. Malas mau ngerjain tugas. Jadinya, berbagai upaya dilakukan agar dapat nilai bagus," katanya.

Setelah berhasil mengajak berhubungan seks dengan oknum dosennya, SF mengaku, para dosen tersebut akhirnya ketagihan. "Tak jarang minta berhubungan lagi. Ya, kita turuti, tetapi sifatnya tidak memaksa. Kalau ngajak via sms. Misalnya, 'ada waktu ketemu?'. Itu cara ngajaknya," beber SF.

Umumnya, kata SF, dosen yang bisa diajak kencan usianya masih muda. Kencannya dilakukan di hotel sederhana. "Kalau dosen ambil hotel sederhana. Tak terlalu mahal. Yang penting aman," kata perempuan yang mewanti-wanti namanya tidak dituliskan ini.

Seperti apa hotel yang dianggap aman itu? SF mengaku hotel yang bukan menjadi langganan "klien"-nya. "Karena kalau dosen, kan, bukan langganan," katanya lantas tersenyum.

Lebih lanjut SF mengaku, awalnya dia tak mau melakukan hubungan seks di luar nikah. Namun, karena dirinya sudah tidak perawan sejak SMA dan sudah terbiasa, akhirnya dia menikmati menjadi "ayam kampus".

"Saya sudah terbiasa dan diakibatkan karena tak perawan lagi. Saat SMA, pacar saya mengajak berhubungan, jika tak mau, akan diputus. Orangtua saya berantakan. Mama cerai dengan papa," keluhnya.

Padahal, SF mengaku berasal dari keluarga kaya. "Papa saya seorang pengusaha. Mama juga pengusaha. Tapi papa selingkuh, mama akhirnya juga selingkuh. Ketahuan cerai. Saya jadi korbannya. Soal uang saya tak kekurangan. Tapi kedua orangtua sudah kurang peduli. Cuma kirim uang saja, tak mau tahu kondisi saya," aku SF.

3.000 Ekor Sapi Diintegrasikan dengan Sawit

Manaf: Dana APBD Kalbar dan APBN

Sapi brahman
Sapi brahman
Pontianak – Berkembangnya sawit dan jagung di Kalbar membuat Kementerian Pertanian menginstruksikan provinsi yang masih rendah konsumsi daging ini untuk swasembada 3.000 ekor sapi tahun 2014.
“Sesuai instruksi Kementerian Pertanian, Kalimantan dan Sumatera diprogramkan mengembangkan sapi diintegrasikan dengan sawit dan jagung. Sehingga, pada 2014 sudah swasembada sapi dan kerbau,” ungkap Kepala Dinas Peternakan Kalbar drh Abdul Manaf seusai panen melon, Selasa (21/2).
“Tahun 2012 ini sebanyak 3.000 ekor sapi disiapkan Diswanak Kalbar yang dananya diambil dari APBD Kalbar dan APBN masing-masing kabupaten/kota sebesar Rp24 miliar. Jadi setiap kabupaten menyiapkan anggaran untuk swasembada daging. Ketapang paling banyak, menganggarkan yakni 1.500 ekor sapi, separuh jumlah Kalbar,” ujar Manaf.
Kalbar sendiri, Manaf mengakui, diharuskan meningkatkan produktivitas dan populasi sapi sesuai dengan target pemerintah pusat. Pasalnya, satu dekade terakhir provinsi ini belum berhasil swasembada daging.
Disebut Manaf, hasil sensus sapi populasinya di Kalbar 153.320 ribu ekor akan ditingkatkan menjadi 164 ribu ekor tahun. Kebutuhan daging yang selama ini hanya 7.074 ton per tahun oleh pusat harus dinaikkan menjadi 11.000 ton per tahun. “Kalau kebutuhan daging sapi di Kota Pontianak saja 4.000 ton per tahun. Itu bersumber dari sapi lokal 74 persen dan sisanya 26% dari Pulau Madura,” ungkap Manaf.
Abdul Manaf menjelaskan, program tersebut akan dijabarkan dengan dukungan masing-masing daerah sesuai dengan data dari 7.074 menjadi 11 ribu ton. Nah ini yang agak berat karena standar yang dibuat pusat agak tinggi untuk pengembangan ternak sapi.
“Mengapa tinggi karena per hari ada standar untuk sapi berapa berat badan yang harus naik yaitu minimal 0,6-0,8 ons. Sementara di Kalbar sendiri rata-rata sapi naik hanya 0,4-0,6 ons untuk sapi lokal. Dan untuk menaikkan berat badan ini harus ada perlakuan khusus,” paparnya.
Belum lagi, lebih lanjut A Manaf mengatakan, untuk sapi silang ditargetkan oleh pusat naik sebanyak 1,4 kilogram, sementara di Kalbar kemampuan untuk menaikkan berat badan sapi silang hanya 0,9 ons. Diakui Manaf, manajemen pemberian pakan dan pengolahan yang belum sesuai standar, salah satu penyebab susahnya menaikkan berat badan sapi lokal dan sapi silang di Kalbar.
“Ini salah satu kesulitan kita memenuhi target pemerintah pusat. Upaya kita sendiri meningkatkan penyuluhan dan pembinaan selain menggandeng balai teknologi dan tenaga penyuluh,” katanya.

Pemerintah + swasta

Untuk pengadaan bibit sapi yang dikembangkan di Kalbar, perlu kerja sama atau dukungan dari pihak swasta. Untuk 2009 hingga 2014 menuju swasembada, butuh 10.000 ekor sapi.
“Nah, pemerintah hanya mampu mengadakan 3.000 ekor itu tadi. Yang 7.000 ekor lagi harus didukung oleh swasta. Petani sendiri menginginkan 80 persen bibit sapi bali yang disilang dengan PO (peranakan ongol). Ini sapi warna putih yang ada di Jawa, merupakan silangan brangus, simental, dan brahman,” urai Manaf.
Dijelaskannya, sapi-sapi tersebut sudah dikembangkan di perkebunan kelapa sawit di Sanggau dan Sintang. Integrasi antara kebun sawit dan peternakan sapi sangat bagus. “Dilepaskan saja, mereka bisa kawin silang dengan baik dan berkembang di kawasan perkebunan,” ujar Manaf.
Gubernur Kalbar sendiri, kata Abdul Manaf, segera akan melakukan kontrak kinerja swasembada daging sapi dengan seluruh bupati/walikota se-Kalbar untuk swasembada 2014. Antara lain, pelaksanaan teknis yang harus dilakukan masing-masing kota/kabupaten adalah penjabaran operasional dengan beberapa langkah dengan melakukan perbaikan pakan dan pengendalian penyakit. “Selain juga mencegah melakukan penyembelihan sapi betina yang produktif,” katanya.
Untuk daerah Indonesia bagian Timur, sesuai dengan kebijakan pusat, dikatakan Manaf berbeda dengan Kalbar karena disesuaikan dengan keadaan lokasi daerah masing-masing. “Untuk Indonesia bagian timur, mereka melakukan program penggembalaan dan untuk daerah Jawa menggunakan intensif, jadi menggunakan pola yang berbeda-beda,” jelasnya. (dna)

Masih Ada 1 Juta Hektare Peluang untuk Sawit

Kalimantan Barat dengan kekayaan sumber daya alamnya memiliki potensi luar biasa di sektor agribisnis. Perkebunan kelapa sawit adalah di antaranya. Bahkan masih ada peluang 1 juta hektare untuk lahan sawit.
Hingga saat ini baru 500 ribu hektare lahan sawit yang sudah tergarap dari 1,5 juta hektare lahan yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Kalbar. Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Kalbar Drs Christiandy Sanjaya SE MM beberapa waktu lalu.
Untuk itu akan dievaluasi oleh pemprov terhadap izin perkebunan sawit yang tidak jalan atau tidak realisasi di lapangan. Jika diketahui izin yang sudah dikeluarkan untuk perkebunan sawit tidak dilaksanakan atau tidak operasional di lapangan, maka pemprov akan merekomendasikan untuk dicabut. Namun sebelum dicabut hendaknya dilakukan penyelidikan terlebih dahulu di lapangan.
Hal ini dilakukan untuk memberikan peluang kepada perusahaan perkebunan sawit yang benar-benar ingin membuka perkebunan sawit di Kalbar. Sebab jika izin itu tidak dijalankan maka investor yang berkeinginan masuk akan mengalami kesulitan untuk masuk ke Kalbar karena lahannya sudah habis.
Pihaknya juga akan mengecek izin areal perkebunan sawit yang sudah dikeluarkan oleh bupati. Jika luas secara keseluruhan sudah melebihi 1,5 juta hektare, maka pihaknya akan melakukan evaluasi untuk mencabut beberapa izin.
Ia menambahkan, pihaknya mengharapkan agar situasi dan kondisi yang kondusif seperti sekarang ini dapat terjaga dan dipelihara dengan baik. Sebab dengan kondisi yang aman dan kondusif seperti ini akan banyak investor yang masuk ke Kalbar. Selanjutnya diharapkan dengan masuknya investor ke Kalbar dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, khususnya dalam hal penerimaan tenaga kerja.
Namun sebaliknya jika investor masuk tetapi tidak ada nilai tambah bagi masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah di masyarakat. (ray)

Sawit Jadi Primadona di Kalbar

Tren pertumbuhan komoditas kelapa sawit terus berada pada level positif. Ini menjadikan kelapa sawit bakal tetap menjadi primadona ekspor di tahun 2012. Tak heran pula Kalbar dengan potensinya menjadi daerah primadona untuk agrobisnis ini.
Pengusaha muda Kalbar, Bobby Chrisnawan SH mengungkapkan, investasi di bidang perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Lebih dari satu juta hektare lahan sawit telah digarap dan menjadi lahan produktif.
“Kondisi positif tersebut tentunya akan memacu pendapatan ekonomi daerah dan masyarakat Kalbar,” ujar Bobby yang juga pengusaha sawit ini.
Namun kendala yang masih dihadapi saat ini oleh investor sawit adalah dalam hal angkutan produksi CPO atau minyak mentah ke tujuan ekspor. Pasalnya sarana pelabuhan yang ada saat ini belum memadai untuk beroperasinya armada kapal berkapasitas besar.
Saat ini pihak Pelindo II masih mengupayakan pengerukan alur Sungai Kapuas hingga memadai guna memperlancar angkutan kapal besar yang menghabiskan dana miliaran rupiah setiap tahunnya.
Karenanya diharapkan adanya sinergi antara berbagai pihak, baik itu pemerintah baik pusat maupun daerah, anggota legislatif, dunia usaha, dan masyarakat sehingga sarana dan prasarana yang menunjang berbagai aspek pembangunan dapat tercipta. Dengan begitu apa yang dicita-citakan dari program pembangunan pemerintah pusat dan daerah dapat tercapai dan manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat. (ray)

Pakan Ternak dari Sisa Pengolahan Sawit

Pontianak – Sistem integrasi (penggabungan) antara tanaman kelapa sawit dengan ternak sapi memberikan banyak manfaat. Salah satunya adalah beberapa jenis hasil samping yang potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak.
Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama, industri kelapa sawit juga menghasilkan beberapa jenis hasil samping yang potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, yakni serabut mesokarp (palm press fiber/PPF), lumpur sawit (palm sludge/PS), bungkil inti sawit (oil palm frond/OPF), dan pelepah sawit (oil palm trunk/OPT) yang diperoleh dari kebun kelapa sawit.
Paparan itu ditulis empat mahasiswa Prodi Agribisnis A Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura, yaitu Rina Astutik, Dwi Ernawati, Ridhawati, dan Wulan Sari yang dikirim ke Rakyat Kalbar. Selama ini, usaha tani ternak sapi menghadapi tantangan penyusutan lahan, sehingga produksi hijauan dan hasil samping pertanian yang dapat dijadikan pakan sapi juga ikut berkurang. Di sisi lain, usaha tani ternak sapi dituntut untuk terus memacu produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang terus berkembang.
Memacu produksi melalui pemberian konsentrat tidaklah ekonomis, karena harganya terlalu mahal dan terus naik, karena bahan bakunya sebagian diimpor dan bahan baku asal dalam negeri bersaing dengan kebutuhan lain. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pengembangan usaha ternak sapi ke depan dapat bertumpu pada pemanfaatan hasil samping perkebunan, yang tidak lagi dianggap sebagai limbah, namun sebagai sumber daya.
Jika dianalisis secara umum, dapat diketahui bahwa integrasi sapi dengan kelapa sawit yang dapat dilakukan petani umumnya mengisi relung sistem pertanian integrasi atau semi komersial. Hal ini karena usaha tani integrasi hanya dapat dilakukan oleh petani yang memiliki lahan kelapa sawit dan ternak sapi. Dari segi penguasaan modal produksi, petani pelaksana integrasi sapi dan kelapa sawit relatif memiliki taraf kehidupan yang lebih baik daripada petani subsisten.
Dukungan perusahaan perkebunan swasta maupun pemerintah melalui sistem inti plasma dapat ikut mendukung usaha integrasi sapi dan tanaman perkebunan, jika hal ini menjadi salah satu perhatian perusahaan. Petani yang memiliki/merawat kebun dapat saja mengintegrasikan kebunnya sebagai sumber pendapatan utama dengan ternak sapi, yang dibantu melalui kredit lunak oleh perusahaan perkebunan (bagi petani plasma) maupun melalui program pemerintah (petani rakyat). Limbah tanaman perkebunan yang melimpah dapat dijadikan pakan ternak sapi. Sebaliknya ternak sapi dapat menjadi tenaga kerja dan sumber pupuk organik bagi tanaman.
Melalui pola di atas, efisiensi usaha perkebunan meningkat melalui pengurangan pupuk kimia, karena telah disubstitusi oleh pupuk organik yang dapat diolah dari kotoran sapi serta biaya angkut menjadi lebih murah, karena dapat menggunakan sapi sebagai tenaga kerja, khususnya dari lokasi-lokasi kebun yang sulit dijangkau.
Efisiensi usaha ternak dapat ditingkatkan melalui penyediaan pakan yang kontinu dari limbah perkebunan, mudah dan murah diperoleh. Dengan demikian, masalah limbah, baik dari ternak sapi maupun dari kebun/pabrik dapat teratasi.
Pengembangan peternakan sapi terkendala oleh penyediaan pakan yang berkualitas, karena semakin terbatasnya lahan untuk penggembalaan dan untuk penanaman hijauan makanan ternak. Oleh karena itu, pemerintah melalui Program P2SDS mendorong agar usaha peternakan rakyat dapat diintegrasikan dengan usaha perkebunan atau pertanian pangan/hortikultura. Strategi ini penting, karena usaha pertanian nonpeternakan menghasilkan limbah atau biomassa yang berpotensi sebagai sumber pakan bagi ternak, salah satunya berasal dari perkebunan kelapa sawit.
Selanjutnya, menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit yang diintroduksi sejak tahun 1848 ke Indonesia, merupakan komoditas penting bagi Indonesia sejak awal tahun 1980-an. Bila daging sapi merupakan sumber protein hewani, kelapa sawit merupakan sumber utama minyak dan lemak nabati untuk pangan bagi penduduk Indonesia.
Kontradiksinya, yaitu bila ternak sapi masih diimpor, minyak sawit merupakan barang ekspor yang pada tahun 2008 volume ekspornya mencapai 13 juta ton (72,2 persen) dari volume produksi 18 juta ton dengan nilai ekspor 12 miliar dollar Amerika Serikat.
Ketergantungan terhadap ekspor ini mempunyai potensi pelemahan terhadap viabilitas industri kelapa sawit. Terbukti bahwa penurunan harga yang terjadi dua tahun terakhir ini terkait dengan krisis finansial global telah memukul pelaku bisnis kelapa sawit, dan yang paling terpengaruh adalah petani skala kecil (smallholder).
Selain itu biaya produksi juga meningkat karena harga pupuk yang melonjak tinggi akhir-akhir ini, biaya tenaga kerja yang juga meningkat dan semakin besarnya penyediaan Tandan Buah Segar (TBS) ke pabrik yang berdampak pada harga jual yang cukup rendah. Diversifikasi usaha perkebunan sawit yang terintegrasi dengan usaha lain perlu dilakukan untuk mengurangi gejolak perubahan harga. Salah satunya adalah integrasi perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi.
Keuntungan integrasi sapi dengan kelapa sawit adalah diperolehnya output tambahan yaitu lebih banyak produksi TBS dan CPO akibat pupuk organik, penghematan biaya pembuatan kolam limbah pabrik kelapa sawit, penghematan biaya transportasi TBS, penghematan biaya pupuk karena menggunakan pupuk organik sendiri, penghematan pembuatan dan pemeliharaan jalan, pertambahan bobot hidup sapi dengan biaya murah karena pakan limbah yang murah, dan kebersihan lingkungan.
Peternakan sapi di sekitar perkebunan kelapa sawit dimulai dalam bentuk penggembalaan bebas untuk memanfaatkan ketersediaan hijauan berbentuk gulma di bagian bawah tanaman kelapa sawit. Di Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit secara konservatif tidak menganjurkan penggembalaan, namun perkandangan pada integrasi sapi dengan kelapa sawit. Hal ini karena mengganggu pertanaman kelapa sawit seperti pengerasan tanah, kemungkinan sapi memakan pelepah muda tanaman sawit yang belum menghasilkan, di samping itu produktivitas sapi relatif rendah karena kurang terkendalinya kualitas dan kuantitas pakan. (hak)

Malaysia Anggarkan 700 Juta USD Investasi Sawit

Pontianak – Malaysia terus melirik potensi investasi bidang perkebunan kelapa sawit di Kalbar. Bahkan tahun ini pemerintah Malaysia menganggarkan 700 juta USD.
“Fokusnya kita tahun ini berdasarkan masterplan percepatan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah Indonesia di Kalimantan, khususnya di bidang minyak dan kelapa sawit. Mayoritas komoditas Indonesia adalah kelapa sawit. Karena itu kita ingin teruskan, karena memberikan peluang yang cukup baik bagi investor Malaysia,” ungkap Khairul Nazran Abd Rahman, Konsul Malaysia kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Khairul mengemukakan, pertemuan Konsulat Malaysia dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia membicarakan peranan dan tanggung jawab Konsulat Malaysia di Pontianak. Terutama berkaitan dengan urusan perbatasan dan pengembangan ekonomi. Bagaimana membawa investor-investor Malaysia untuk menjalankan perniagaan di Kalbar.
“Kita tidak ada target berapa besar nilai investasi tahun depan. Tetapi berharap dari waktu ke waktu semakin banyak masyarakat Malaysia yang berinvestasi di sini. Hanya saja masyarakat Malaysia masih menelusuri investasi apa yang baik di sini (Kalbar, red) selain perkebunan kelapa sawit,” papar Khairul.
Melalui Sosek Malindo diharapkan menjadi medium, investasi apa saja yang diberikan Kalbar untuk Malaysia. “Saya rasa bukan hanya Indonesia yang kurang promosi di bidang investasi, tetapi Malaysia juga. Sehingga ke depan perlu kita meningkatkan kerja sama,” tuturnya.
Sampai saat ini, khusus perbatasan sudah ada lima Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB). Baru-baru ini di Badau juga sudah diresmikan. Pada masa akan datang akan dilihat di mana lokasi yang bisa dijadikan PPLB resmi.
“Di Badau soft launching sudah. Grand launching masih didiskusikan di tingkat pusat oleh kedua negara. Karena melibatkan perdana menteri dan presiden, memerlukan rancangan yang teliti. Namun pihak kita sudah siap termasuk fisik dan operasional,” jelas Khairul.
Khairul menyebutkan, sampai saat ini ada lima perusahaan sawit yang besar di Kalbar. Karena itu ke depan pihaknya melirik potensi investasi di bidang perkebunan kelapa sawit di Kalbar.
“Sebenarnya tidak ada kendala berinvestasi di Kalbar. Tetapi isu di tingkat nasional juga berpengaruh. Menjadi kendala seperti isu TKI yang sampai menimbulkan ancaman dari masyarakat, bahkan mengadakan sweeping investor Malaysia,” paparnya.
Meskipun pihak Konsulat Malaysia sudah berdiskusi dengan Pemprov Kalbar, namun ancaman sweeping ini ada pengaruhnya. “Tetapi saya percaya masyarakat di Kalbar ini bagus-bagus dan tidak akan mengadakan sweeping. Mungkin maklumat tidak sampai secara total kepada masyarakat. Jadi apabila sudah dapat maklumat yang betul, tidak akan ada sweeping,” harap Khairul.
Permasalahan TKI melibatkan antarnegara, sedangkan Sosek Malindo hanya menangani wilayah Sarawak dan Kalbar.
“TKI yang punya kendala di Semenanjung Malaysia dibicarakan di tingkat pusat. Misalnya dua orang yang divonis mati. Kita sudah berdiskusi dengan pihak Pemprov Kalbar,” ungkap Khairul. (kie)

Duda Muda Larikan Gadis

Sanggau – Duda anak satu, ASW, 19, diringkus polisi karena membawa kabur YL, 18, siswi SMA Kota Sanggau, Senin (29/10). Pelaku dilaporkan orang tua YL ke Mapolres Sanggau.
“Pengakuan orang tua korban, sudah tiga hari anaknya meninggalkan rumah sejak Jumat (26/10) lalu,” ungkap AKP M Husni Ramli SIK, Kasat Reskrim Polres Sanggau.
Meskipun duda, ASW piawai menggaet wanita. Setelah merayu YL, pelaku membawanya jalan-jalan ke Pontianak dan Singkawang. Namun tanpa pamitan pada orang tua YL. “Khawatir dengan anaknya, maka orang tua korban membuat laporan kehilangan anaknya selama tiga hari,” jelas Husni.
Kepada petugas YL mengaku diajak pergi ke Singkawang oleh ASW dan rekan-rekannya yang lain. Alasannya mengajak liburan. Gadis tersebut mengaku berangkat dari Sanggau pada malam hari menggunakan mobil sewaan bersama tujuh rekannya.
“Tersangka mengaku belum pernah bertemu dengan orang tua pacarnya itu. Kenal dengan YL pun di kawasan Beringin dari rekan perempuannya. Mereka ke Singkawang mau jalan-jalan. Sabtu siangnya ke Pontianak. Di Pontianak tersangka dan YL menginap di sebuah penginapan. Kata mereka, ada rencana mau menikah, tapi masih kenalan dulu. Waktu pergi bertujuh menggunakan mobil rental,” papar Husni.
ASW diancam pasal 332 Ayat 1 (e) dan 293 KUHP tentang melarikan anak bawah umur dan pencabulan. “Ancamannya pidana maksimal tujuh tahun dan pasal 293 KUHP ancamannya maksimal lima tahun penjara,” tegasnya. (SrY)