Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 15 Februari 2012

Bangkai Tikus dan Makan Cempedak

Warga Sebadok Minta Perlindungan Jubata

Warga Dusun Sebadok dan Dusun Berinang mengungsi di Gedung Swadaya Ngabang
Antonius Sutarjo
Warga Dusun Sebadok dan Dusun Berinang mengungsi di Gedung Swadaya Ngabang
Kuala Behe – Sampai tadi malam, belum jelas penyakit atau virus maupun dugaan keracunan yang menewaskan enam warga Dusun Sebadok, Desa Temahar, Kecamatan Jelimpo, Landak, Sabtu (11/2) secara bersamaan.
Yang jelas, Ego, 3 tahun, meninggal setelah memegang bangkai tikus di tumpukan material rumah dengan gejala kejang-kejang dan mulut berbusa. Beberapa jam kemudian ibunda Ego, Marina, 23, meninggal pula sekitar pukul 19.00.
Nah, akan halnya David Dubai, 63, Ebok, 20, Daman, 35, dan Atis, 32, datanglah melayat untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya sebagaimana warga yang ditimpa musibah. Malam itu juga, keempatnya memotong anjing dan ayam dan membakarnya di halaman rumah.
Menurut cerita Atek, 28, ayah Ego, satu jam setelah keempatnya makan ayam dan anjing panggang, kontan mulutnya berbusa. Persis seperti gejala keracunan yang dialami Ego dan Marina. Dusun pun kontan gempar. Mereka tak berpikir panjang langsung meninggalkan lokasi untuk mengungsi ke Ngabang.
Masih misteriusnya penyebab kematian meragukan warga dusun yang malang itu. Dugaan karena bangkai tikus pun, menurut Kadis Kesehatan Landak dr Magdalena Nuraini Sitinjak, maupun dr Pius, belum bisa dipastikan. “Tapi saya yakin penyakit yang menyerang warga Sebadok tidak menular,” jelas Magdalena kepada Equator, kemarin.
Di lokasi, dia menjenguk Sario, salah satu penderita yang dalam perawatan. “Saya baru pulang dari Sebadok melihat kondisi Sario. Tensinya juga normal makan pun sudah mau, bahkan dia sudah mampu berjalan. Tetapi saya masih menunggu hasil forensik mayat dari kepolisian dulu,” katanya.
Kapolres Landak AKBP Hotma Victor Sihombing mengatakan polisi masih menangani kasus tewasnya enam enam warga Dusun Sebadok, Desa Temahar. Dia juga memastikan tidak ada sebaran virus di dusun itu. “Warga tidak usah panik atau cemas. Diharapkan kembali ke rumahnya masing-masing karena tidak ada wabah atau virus, maupun penyakit yang menular,” ujar Hotma, Senin (13/2).
Senin (kemarin, red) rencananya akan memeriksa Atek untuk diambil keterangan dan observasi. Sementara korban lainnya masih dalam perawatan medis di Rumah Sakit Umum Ngabang. “Tim dokter dari Polda Kalbar yang akan melakukan autopsi pada satu di antara enam warga Sebadok untuk mengetahui penyebabnya,” kata Victor Sihombing.
Tragedi bermula dari rumah mertua Atek yang sedang dibangun hari Sabtu nahas itu. Ego seperti biasa main dan naik ke atas parak rumah kakeknya. Tahu-tahu bocah itu turun dengan seekor bangkai tikus yang mulai membusuk di tangannya.
“Saya sempat membentaknya, jangan main barang kotor itu. Lalu dilepaskannya dan berlari ke rumah menemui ibunya yang sedang mengasuh adiknya. Menurut istri saya, Ego habis main bangkai tikus tidak cuci tangan, saya lihat makan cempedak,” ungkap Atek sedih.
Sepulang dari sungai, Ego tiba-tiba muntah dan kejang-kejang, dari mulutnya keluar busa. “Saya berlari menghampiri Ego kejang-kejang. Kami pun langsung membawa Ego ke mantri yang bertugas di kampung. Belum sempat dipasang infus karena susah masuk, akhirnya Ego meninggal di puskesmas pembantu,” tutur Atek.
Setelah mayat Ego dibawa pulang dan disemayamkan sebagaimana layaknya, kepanikan menimpa keluarga malang itu. “Selang beberapa jam, sekitar jam 07.00 malam ketika warga sudah mulai ramai, giliran istri saya yang waktu sedang menidurkan si bungsu,” ujar ayah empat anak itu. Marina tiba-tiba tergeletak dengan mulut berbuih seluruh badan kejang-kejang.
Sementara itu Rico sepintas melihat seekor anjing yang semula sehat tiba mati mendadak di tempat Ego kejang-kejang. Ketika hendak mengubur bangkai anjing, “Saya melihat seekor ular yang melintas di tempat Ego mulai kejang-kejang. Saya sempat melihat di kaki Ego ada bekas gigitan, mungkin itu gigitan ular,” kata Rico.

Bau menyengat

Sementara itu Samuah, 46, tetangga Atek mengatakan pukul 01,00 pulang noreh getah (karet), dia ikut membawa Ego ke mantri kesehatan. Waktu dibawa mulut Ego masih berbuih. Ibunya yang memegang Ego kondisi lemah, mungkin juga tertular.
“Karena rumah saya dekat biasa kalau di kampung jika ada yang meninggal warga berkumpul di rumah duka. Pada waktu itu saya melihat yang ada di halaman rumah Atek adalah Ebok dan Doman sedangkan Dubai dalam rumah. Dubai datang ke rumah Atek langsung membuka penutup mayat Ego,” ujarnya.
Menurut Samuah, setelah Marina meninggal para pelayat banyak yang mencium aroma busuk bercampur pahit. “Saya sempat menutup hidung ketika itu. Anehnya, Doman dan Ebok yang sedang membakar anjing dan ayam di halaman tiba-tiba kejang-kejang secara bersamaan, lantas meninggal,” terangnya.
Setelah Doman dan Ebok disusul Dubai, hanya selang beberapa waktu saja. Waktu itulah warga sekampung panik ingin melarikan diri. Karena hal yang aneh terjadi secara bersamaan.
“Pertama kali warga berkumpul di gereja Sebadok untuk menyelamatkan diri karena kami pikir itu wabah. Kampung kami diselimuti bau busuk itu tadi namun hanya beberapa orang saja yang mencium. Mereka panik, bahkan sebagian warga melarikan diri ke Dusun Berinang, dusun tetangga kami,” lanjut Samuah.
Namum warga Berinang ikut panik dan berkumpul di gereja. Saking berdesak-desakan warga pun sebagian memilih keluar dari Sebadok dan Berinang menuju jalan Ngabang-Serimbu. Sekitar 2.000 orang berpencar ada ke Nyayum ada juga yang lari ke Ngabang ada juga yang menuju rumah keluarga.

Digigit ular menolak pulang

Sekretaris Desa Termahar Sanam mendapatkan informasi dari warganya bahwa Ego meninggal karena digigit ular di kaki kanannya, yang kemudian kejang-kejang dan mulut berbuih. Sanam juga mengungsi di SMPN 1 Kuala Behe kemarin.
Sekitar 300 pengungsi dari Dusun Sebadok dan Berinang di SMPN 2 Kuala Behe tidak mau pulang jika belum ada kepastian keselamatan mereka. Warga masih sangat trauma atas kejadian itu.
“Kami mau pulang apabila ada pihak yang menjamin. Sebelum pulang kami minta adat tolak bala atau adat minta ampun ke Jubata diberikan. Karena warga semua harus mandi kembang sebelum masuk ke rumah masing-masing,” kata Samuah.
Sekdes Temahar mengungkapkan, rencanaya semua warga Dusun Sebadok dan Dusun Berinang yang mengungsi di SMPN dan Gedung Swadaya Ngabang hari Selasa (hari ini) akan dipulangkan ke rumah masing-masing.
Dia sudah mengutus Mitan, Ketua RT 05 RW 03 melihat situasi dusun Sebadok tadi siang. Kabar baik pun tiba, 26 orang keluarga yang meninggal dan tidak ikut mengungsi, sehat-sehat saja. Termasuk Sario.
“Jadi, tidak ada alasan untuk tidak pulang. Mengenai adat yang diminta warga semuanya akan dilaksanakan bersamaan dengan warga ketika sudah berada di kampung,” tegasnya (tar).

Korban meninggal dunia

  1. Ego (3)
  2. Marina (23)
  3. David Budai (63)
  4. Ebok (20)
  5. Daman (35)
  6. Atis (32)

Kritis dirawat di rumah sakit

  1. Eprendi (8)
  2. Marjuki (52)

Mengaku Hamil kepada Wali Kelas

Warga berdatangan di TKP Komalia Konsin
Abdu Syukri
Warga berdatangan di TKP Komalia Konsin
Sekadau – Maria Mardiana SPd, wali kelas Komalia Konsin, 18, mengakui siswinya sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Apalagi Komalia sudah kelas III dan tidak lama lagi akan mengikuti ujian sekolah.
“Hari Selasa malam (7/2) sekitar pukul 19.00, Komalia datang ke rumah saya dengan teman akrabnya, Fitri,” ucap Maria.
Kedatangan Komalia ke rumah wali kelasnya tersebut atas anjuran Fitri, sahabatnya. Dalam pertemuan itu, Komalia mengakui kalau dirinya hamil dan bolos sekolah.
“Saya dapat info dari kawan-kawannya bahwa dia hamil. Saya tanyakan, dan dia mengakui sekarang sudah jalan tiga bulan,” kata Maria mengutip pengakuan Komalia kepadanya kala itu.
Tak habis di situ, kepada Maria, gadis cantik itu juga sempat mengutarakan niatnya untuk menggugurkan kandungannya. “Korban sempat mengatakan pernah ingin menggugurkan kandungannya ke tukang urut,” tukas Maria.
Jajaran pengajar SMU Karya, Sekadau Hilir merasa sangat kehilangan atas kematian Komalia salah satu siswinya.
“Korban sudah kita daftarkan sebagai peserta ujian,” ujar Drs Sumardi, Kepala SMU Karya Sekadau dijumpai Equator di kantornya, kemarin.
Diakui Sumardi, Komalia sejak beberapa pekan terakhir memang terlihat berubah tingkah lakunya. “Bahkan Komalia sudah sejak hari Senin lalu tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas,” ucapnya.
Rencananya, pihak sekolah akan berbicara dengan orang tua Komalia. Bahkan surat undangan untuk orang tuanya sudah dikirimkan. “Kita sudah kirim surat kepada orang tuanya untuk datang hari ini,” ucap Sumardi.
Pastor Kristianus CP, Pastor Paroki St Petrus dan Paulus Sekadau ikut prihatin dengan kejadian gantung diri itu. Pastor yang dikenal dekat dengan umatnya tersebut, bahkan ikut turun langsung ke lokasi kejadian.
“Ini sebuah pembelajaran bagi kita. Ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian ini,” ujar Pastor Kris.
Hikmah yang dimaksud adalah, agar para pelajar bisa mengontrol pergaulannya. Hal ini sangat penting, terlebih bagi para anak sekolah yang indekos di Sekadau. “Kebanyakan di Sekadau ini indekos tidak ada induk semangnya yang mengawasi. Makanya perlu pengendalian diri dari para warga yang indekos agar menjaga pergaulan,” pesan Pastor.
Pastor Kris menambahkan, warga dan para orang tua, serta guru juga harus lebih ketat lagi dalam mengawasi anak didiknya. “Pembinaan iman sangat penting. Ini membutuhkan kerja sama dari para tokoh agama, serta para guru,” jelas Pastor Kris. (bdu)

Hamil, Siswi SMA Gantung Diri

Posisi Komalia Konsin saat ditemukan di kamar indekosnya
Abdu Syukri
Posisi Komalia Konsin saat ditemukan di kamar indekosnya
Sekadau – Diduga tak kuat menahan malu, Komalia Konsin, 18, pelajar kelas III IPS III SMU Karya, Sekadau Hilir nekat gantung diri di rumah indekosnya, Gang Padi, Jalan Pangsuma, Sekadau Hilir, Sabtu (11/2).
Gadis cantik itu ditemukan tergantung di dalam kamarnya, dengan leher terikat tali pandu pramuka. Kematian korban pertama kali diketahui Fitri, rekan sebangkunya di sekolah, sekitar pukul 07.00. Fitri yang semula hendak menjenguk Komalia terkejut melihat sahabatnya sudah tergantung tak bernyawa. Dalam hitungan menit, ratusan warga berbondong-bondong mendatangi indekos Komalia.
Mendapat laporan adanya peristiwa gantung diri, puluhan personel polisi dari Polres Sekadau dan Polsek Sekadau Hilir langsung menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP). Komalia masih mengenakan pakaian tidur lengan pendek dan celana trening biru muda. Tangan kirinya masih menggenggam hp putih miliknya.
Komalia Konsin yang merupakan warga Dusun Emperanang, Desa Seberang Kapuas itu indekos di rumah Ala. Di rumah yang memiliki empat kamar tersebut, Komalia tinggal bersama Endang, Lilis, dan Eva. Namun korban yang sering disapa Aji itu indekos di kamar sendiri.
Polisi yang menyelidiki kematian Komalia membawa dokter untuk melakukan pemeriksaan fisik. “Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan,” ujar dr Libra, dokter yang memeriksa korban.
Untuk memastikan penyebab kematian Komalia lebih dalam, polisi mengevakuasi jasadnya ke RSUD Sekadau. Di rumah sakit milik daerah ini, dilakukan pemeriksaan tentang dugaan kehamilan Komalia.
Komalia diduga melakukan aksi nekatnya itu Sabtu tengah malam sekitar pukul 01.30 WIB. Sebelum meninggal, korban sempat mengirim SMS kepada sejumlah teman-teman sekolahnya. Di kamar korban juga ditemukan buku diary. Di buku itu, Komalia juga menulis tentang keinginannya mengakhiri hidupnya.
“Saya dapat SMS-nya sekitar pukul 01.30 tadi malam. Tapi baru terkirim pagi ini,” ujar Raja, teman satu kelas Komalia dijumpai Equator, kemarin.
Isi SMS yang ditulis gadis itu memperlihatkan bahwa dirinya ingin mengakhiri hidupnya. Komalia sempat pamitan dan minta maaf dengan teman-temannya, orang tua, serta saudaranya. Komalia juga sempat menyebut soal anak yang dikandungnya, serta perasaan cinta kepada Tt, kekasihnya.
Luwi, salah satu rekannya mengakui, sikap Komalia selama beberapa pekan terakhir berubah. “Dia sering di kamar. Makanya saya juga kaget dengar Komalia gantung diri,” ucap Luwi.
Wakapolres Sekadau Kompol Yohanes Suhardi membenarkan tentang peristiwa gantung diri itu. “Hasil pemeriksaan, tidak ada tanda-tanda kekerasan. Korban murni gantung diri,” ucap Yohanes, kemarin.
Polisi saat ini tengah memeriksa sejumlah rekan Komalia untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Kekasih Komalia, Tt juga diminta keterangannya.
“Untuk hasil visum (terhadap kehamilan korban, red), masih dilakukan. Hasil visumnya masih belum keluar. Tapi untuk sementara, penyebab kematian korban murni gantung diri,” jelas Yohanes. (bdu)

Tes Urine di SMKN 8

Terobosan Baru BNNP

Tes Urine SMKN 8
Kiki Supardi
BNN saat melakukan tes urine di SMKN 8
Pontianak – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kalbar menggelar tes urine bagi siswa dan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN 8) Pontianak Utara, Senin (13/2).
Tes urine diikuti sekitar 270 siswa dan 23 guru ini. Tujuannya menekan angka peredaran dan pemakaian narkoba di lingkungan sekolah.
“Selain menekan angka peredaran narkoba di kalangan siswa dan guru, ini dimaksudkan sebagai shock therapy untuk para siswa baru yang berkeinginan sekolah di sini,” kata Haryanto, Kepala SMKN 8.
Haryanto mengatakan pihaknya sejak awal siap melaksanakan dan menyukseskan segala bentuk kegiatan anti narkoba dari BNNP Kalbar. “Buktinya, hari ini seluruh siswa kami dari kelas 1 sampai 3 serta guru melaksanakan tes urine, agar dipastikan bahwa siswa maupun guru di sekolah ini tidak ada satu pun yang terkontaminasi narkoba,” tegasnya.
Haryanto menjelaskan, kegiatan tes urine ini dilakukan mendadak tanpa diberi tahu siswa maupun guru-guru yang ada di sekolah SMKN 8 ini. “Tes urine ini mendadak. Jadi satu orang siswa pun tidak ada yang tahu bahwa sekarang ada tes urine dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di tingkat pelajar,” ungkapnya.
Haryanto mengatakan, jika dari hasil tes urine kedapatan siswa positif menggunakan narkoba, apa pun jenisnya, maka pihak sekolah akan mengambil langkah tegas. Untuk sementara mengambil langkah pembinaan berkoordinasi dengan BNNP Kalbar.
“Siswa yang positif mengonsumsi narkoba dari hasil tes urine ini akan kita berikan pembinaan. Dan dengan sangat terpaksa siswa tersebut kita liburkan dalam proses pembinaan yang akan dilakukan BNNP Kalbar. Harapan saya mudah-mudahan siswa SMKN 8 ini setelah melakukan tes urine hasilnya negatif atau tidak ada yang mengonsumsi narkoba,” ujarnya.
Haryanto menuturkan, SMKN 8 ke depannya akan terus melakukan tes urine saat penerimaan siswa baru. Sehingga SMKN 8 siswa-siswinya bisa dinyatakan bebas dalam penyalahgunaan narkoba. “Untuk itu, kami berkomitmen bahwa sekolah ini harus bebas narkoba. Dan hari ini kita buktikan bersama, jika sekolah kami memang bebas dari pengaruh narkoba,” ungkapnya.
Kepala BNNP Kalbar Brigjen Pol Drs Sugeng Heryanto mengatakan tes urine merupakan terobosan baru Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalbar dalam mengidentifikasi pencegahan dini pemakai narkoba. Terutama di kalangan pelajar. Dengan cara ini BNNP percaya bisa mempersempit pergerakan pemakaian narkoba di lingkungan sekolah.
“Cukup banyak memang para siswa yang ikut dalam tes urine ini, yakni 270 siswa dan 23 guru SMKN 8 ini. Dan jika pihak sekolah lainnya juga mau siswa-siswinya di tes urine guna menekan peredaran narkoba di lingkungan pelajar, diminta sekolah menghubungi BNNP. Kami siap melakukan tes urine tanpa dipungut biaya,” ujar Sugeng.
Sugeng mengatakan jika terdapat siswa yang dinyatakan positif sebagai pengguna narkoba, maka BNNP Kalbar serta pihak sekolah akan melakukan pembinaan terhadap siswa tersebut. “Kita akan mengambil langkah pembinaan bagi siswa yang positif mengonsumsi narkoba jenis apa pun,” katanya.
Sugeng mengungkapkan, jika hasil tes urine ini negatif atau tidak ada siswa-siswi dan guru SMKN 8 menggunakan narkoba, maka SMKN 8 berhak memasang spanduk “Sekolah Bebas Narkoba”.
Demi menyelamatkan generasi muda dari ancaman narkoba khususnya di Kalbar, maka Kepala BNNP Kalbar mengajak semua elemen masyarakat bahu-membahu memberantas narkoba. Salah satunya dengan mengajak semua sekolah melakukan pembinaan, pengawasan, atau sekaligus melakukan tes urine terhadap semua guru dan anak didiknya.
“Saya jamin Kalbar akan bebas narkoba. Apalagi tidak ada untungnya menggunakan ekstasi sejenisnya atau sabu-sabu bagi pelajar dan pemuda,” paparnya. (sul/kie)

Komalia Gagal Tunangan

Polisi mengevakuasi jasad Komalia Konsin
Abdu Syukri
Polisi mengevakuasi jasad Komalia Konsin
Sekadau – Kematian Komalia Konsin alias Aji, 18, pelajar kelas III IPS III SMU Karya Sekadau Hilir dengan cara gantung diri di kamar indekosnya, Gang Padi, Jalan Pangsuma, Sekadau Hilir, Sabtu (11/2) lalu menggemparkan masyarakat Sekadau.
Wali Kelas Komalia, Maria Mardiana SPd mengakui bahwa siswinya itu pernah mengutarakan kepada teman-temannya tentang rencana untuk berumah tangga dengan Tt, pacarnya. “Korban bilang kepada teman-temannya bahwa mereka akan tunangan pada bulan April nanti,” ucap Maria. Namun rencana pertunangan itu sekarang tinggal kenangan.
Korban saat ini sudah tidak ada lagi di dunia. Banyak rekan-rekannya yang tidak menyangka Komalia berbuat senekat itu. “Saya tidak menyangka dia akan bunuh diri,” ujar Lilis, 26, anak pemilik rumah indekos yang didiami Komalia kepada Equator, kemarin.
Lilis yang tinggal satu rumah dengan Komalia mengatakan malam saat korban gantung diri, mereka tidur bertiga di rumah. Selain Komalia dan dirinya, di rumah tersebut juga ada Endang dan Veronika, adik kandung Lilis. “Tapi malam itu, yang tidur di rumah hanya ada saya, korban, dan adik saya. Sedangkan Endang tidur tempat kawannya,” ucapnya.
Seperti diberitakan Equator, kemarin, Komalia yang akrab disapa Aji ditemukan tergantung di dalam kamar menggunakan tali pandu pramuka, Sabtu pagi (11/2). Kematian gadis cantik itu pertama kali diketahui, Fitri, rekan sebangkunya di sekolah, sekitar pukul 07.00 pagi. Fitri yang semula hendak menjenguk Komalia terkejut melihatnya sudah tergantung tak bernyawa. Dalam hitungan menit, ratusan warga berbondong-bondong mendatangi rumah indekos Komalia.
Aksi nekat Komalia diduga dilatarbelakangi karena depresi. Kepada beberapa orang, Komalia mengaku sedang hamil sekitar tiga bulan.
Lilis menceritakan, awal malam sebelum Aji gantung diri, mereka seisi rumah sempat makan-makan bersama dalam rangka merayakan ulang tahun kekasih Endang. Komalia waktu itu bahkan sempat membantu memasak.
“Sikapnya malam itu memang agak berubah. Kalau sebelumnya ia cenderung sering mengurung diri dalam kamar, tapi malam itu dia mau bergaul dengan kami,” kata Lilis.
Setelah makan-makan, Komalia kemudian keluar rumah. Saat keluar itu, rupanya meminjam tali pandu pramuka kepada Wiwit, temannya yang indekos tak jauh dari kediaman Komalia.
Meski Komalia sudah memiliki seutas tali pandu, namun Wiwit mau memberikan tali pandu miliknya. Wiwit tidak menyangka tali pandu itu akan digunakan Komalia untuk gantung diri. Terlebih Komalia selama ini juga aktif dalam kegiatan pramuka dan tercatat sebagai anggota Saka Bhayangkara.
“Saya awalnya tidak tahu korban meminjam tali pandu milik Wiwit itu. Saya baru tahu setelah korban gantung diri. Kalau dari awal saya tahu, saya akan larang Wiwit meminjamkannya,” kesal Lilis. (bdu)