Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 20 Juli 2012

Gawai Dayak Sekadau Dibuka

Simon Petrus: Anak Muda Harus Berani Tampil

Bupati Sekadau Simon Petrus, Gawai Dayak
Abdu Syukri
Bupati Sekadau Simon Petrus SSos MSi memukul gong menandai pembukaan Gawai Dayak Kabupaten Sekadau di Lapangan EJ Lantu
Sekadau – Gawai Dayak ke-4 Kabupaten Sekadau dibuka secara resmi di Lapangan EJ Lantu Sekadau Hilir, Senin (16/7) kemarin. Pembukaan ditandai dengan tujuh pukulan gong oleh Bupati Sekadau Simon Petrus SSos MSi.
Upacara pembukaan rencananya akan dihadiri Gubernur Kalbar Drs Cornelis MH. Namun karena ada kesibukan lain, Cornelis tidak bisa hadir. Ia mewakilkan kepada Moses Hermanus Munsin.
Bupati Sekadau Simon Petrus mengaku senang atas diselenggarakannya Gawai Dayak tersebut. “Saya senang kegiatan gawai ini bisa dilaksanakan panitia sampai tanggal 18 Juli mendatang,” ucap Simon kepada wartawan usai membuka gawai tersebut.
Sebagai orang nomor satu di Sekadau, wajar jika Simon merasa kerasan dengan pelaksanaan gawai. Pasalnya gawai bisa dijadikan sebagai salah satu momentum untuk melestarikan budaya masyarakat Sekadau, khususnya masyarakat Dayak.
Gawai juga bisa dijadikan ajang untuk menggali adat istiadat dan budaya yang mungkin hanya dikenal di kalangan masyarakat adat. Melalui gawai, adat istiadat dan budaya tersebut bisa dipublikasikan lebih luas.
“Gawai juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk menyatukan instrumen-instrumen budaya. Mudah-mudahan juga bisa memberikan hiburan kepada masyarakat,” ulasnya.
Terkait soal upaya pelestarian budaya Dayak di Sekadau, Simon berharap para anak muda atau remaja tidak tinggal diam. Mereka harus menjadi agen untuk melestarikan budaya dan adat istiadat yang sudah sejak turun temurun dilakukan.
“Anak muda itu adalah pemegang estafet budaya. Kita harapkan anak muda sekarang bisa tampil,” pinta Simon.
Anak muda atau remaja sekarang diharapkan tidak bosan menggali dan mempelajari adat istiadat dan kebudayaan masyarakat. Tujuannya agar budaya yang ada sekarang dapat dipertahankan.
Jika generasi tua yang mengerti budaya sudah tidak ada, maka para anak mudalah yang harus menjadi penerusnya. Karena itu, para anak muda tersebut harus mempersiapkan diri sejak dini dengan belajar adat istiadat yang ada secara serius. (bdu/*)

Cornelis Kecewa DAD Sintang Tak Harmonis

Milton dan Askiman Jadi Bulan-bulanan

Gubernur Kalbar Cornelis
ZMS
Sintang – Setelah sebelumnya diwarnai isu perpecahan, akhirnya Gubernur Kalbar yang juga Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar Drs Cornelis MH membuka pekan Gawai Dayak di Gedung Serba Guna Jalan YC Oevang Oeray, Sintang, Rabu (18/7).
Cornelis yang terbang langsung dari Pontianak dengan helikopter itu tiba di Sintang bersama Ny Frederika Cornelis yang disambut hangat panitia gawai dan sejumlah pejabat Pemkab Sintang. Namun tak tampak Bupati Milton Crosby hingga gawai dibuka.
Dalam sambutannya, Gubernur Kalbar mengaku sangat prihatin dan kecewa dengan perpecahan di tubuh organisasi DAD Sintang. Persoalan tersebut tak bisa dimungkiri dipicu oleh gonjang-ganjing pemekaran Provinsi Kapuas Raya (PKR).
“Malas saya. Rasa tidak mau baca koran. Saya heran mengapa di Sintang masih ada penindasan. Di bumi NKRI ini semua anak bangsa mempunyai hak yang sama untuk memajukan dirinya,” ujar Cornelis dalam sambutannya yang mengupas persoalan DAD.
“Di bumi Borneo ini, orang Dayak masih jauh tertinggal, maka jangan ada lagi penindasan,” tegasnya tanpa memerinci siapa yang menindas. Pidato tanpa teks, Cornelis juga menumpahkan kekesalannya soal PKR.
“Saya ke Sintang ini saja dijegal. Semua tiket pesawat sudah habis di-booking. Untung saya banyak punya kawan, kawan dengan kapolda, pangdam. Akhirnya saya ditawari helikopter,” ujar Cornelis panjang lebar.
Namun begitu, Cornelis merasa tak heran bahwa untuk menyelenggarakan sebuah kegiatan dipastikan ada tantangan dan hambatan. Karena itu kepada panitia Gawai Dayak disampaikannya ucapan selamat karena telah berhasil melaksanakan acara tersebut.
Begitu pun menanggapi soal isu perpecahan di tubuh DAD Sintang, Cornelis berharap jangan ada unsur yang memecah belah karena organisasi kemasyarakatan ini merupakan milik masyarakat.
Dikatakannya, DAD merupakan organisasi kemasyarakatan yang membantu pemerintah dalam membangun daerah dan tidak bertentangan dengan undang-undang. “Dewan adat itu bisa menangani masalah apa saja yang terkait dengan masyarakat. Karena adat itu adalah aturan atau norma,” terangnya.
Alhasil, acara pembukaan Gawai Dayak di Sintang itu pun menjadi semacam ajang tumpahan kekesalan sejumlah pihak terhadap Bupati Sintang Milton Crosby dan Sekretaris DAD Sintang Askiman. Kedua tokoh Dayak itu jadi bulan-bulanan kekecewaan pengurus DAD Sintang sendiri.
Kekesalan pertama kali dilontarkan Yosef Nikolas, ketua panitia gawai. Di hadapan Gubernur Cornelis, Yosef mengumbar cerita betapa banyaknya hambatan dan rintangan yang dihadapi panitia untuk bisa melaksanakan Gawai Dayak. Tantangan tersebut diakui Yosef tidak datang dari luar, melainkan internal organisasi.
“Panitia mendapat tekanan yang bertubi-tubi, baik dari pejabat daerah maupun dari dalam lingkungan DAD sendiri. Namun begitu, DAD Sintang tetap eksis. Buktinya kita masih bisa melaksanakan Gawai Dayak ini,” ujar Yosef bersemangat.
Ia melaporkan bahwa Gawai Dayak diikuti oleh sekitar 400 personel sebagai utusan dari 13 kecamatan. Hanya Kecamatan Kayan Hulu yang absen. “Karena kecamatan itu merupakan kampungnya Sekretaris DAD Sintang Askiman,” tuding Yosef.
Perseteruan internal DAD Sintang memang sudah berjalan cukup lama. Antara ketua dan sekretaris tampaknya tidak sejalan. Terhadap tudingan Gawai Dayak Sintang ilegal, Yosef meminta agar masyarakat tidak terpengaruh.
“Gawai Dayak tahun ini ilegal. Surat Keputusan (SK) yang sah bagi para temenggung tetap harus dikeluarkan oleh Ketua DAD yang sah, yaitu Mikael Abeng,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua DAD Sintang Mikael Abeng mengaku selama ini selalu menahan diri agar tidak meluapkan emosi atas persoalan yang terjadi. “Saya dipesan oleh Wakil Bupati Pak Ignasius Juan agar menahan diri untuk tidak meluapkan emosi dengan cara mendatangi kantor bupati. Kesabaran itu pun telah memberikan hikmah,” ucap Abeng.
Sampai hari-H, kata Abeng, bupati masih menganggap dana bantuan yang telah masuk ke rekening panitia DAD belum cair. Padahal dana itu sudah cair. “Sudah saya serahkan kepada bendahara dan sudah ada di dalam tas bendahara panitia,” terangnya.
Dalam kesempatan itu Abeng juga menyinggung tentang pemekaran wilayah timur Kalbar alias Provinsi Kapuas Raya. “Selama ini gubernur tidak pernah diajak komunikasi terkait rencana pemekaran wilayah timur Kalbar. Jauh sebelum Kapuas Raya dilemparkan ke publik, Gubernur Cornelis sudah punya konsep bahwa Kalbar layak dimekarkan menjadi tiga provinsi,” ujarnya.

Unjuk kekebalan

Kedatangan Cornelis sebagai gubernur dan Ketua DAD Kalbar disambut meriah masyarakat Dayak yang memenuhi halaman dan Gedung Serba Guna. Setelah melalui prosesi penyambutan dengan ritual pemotongan hompong dan penusukan babi, Cornelis diarak menuju aula gedung.
Usai memberikan sambutan, Cornelis memukul gong sebagai tanda Gawai Dayak Sintang resmi dibuka. Gubernur yang didampingi Ketua TP PKK Frederika Cornelis dan sejumlah pimpinan SKPD Kalbar juga disuguhi pertunjukan “ilmu kekebalan” tubuh yang dilakukan oleh para bala Dayak.
Dalam pertunjukan tersebut, sejumlah bala Dayak menunjukkan kebolehan tidak terluka meski digores dengan silet dan mandau. Bala Dayak yang dipimpin oleh Cornelius Kimha itu juga menunjukkan kebolehannya dengan menaiki tangga yang terbuat dari mandau. (din)

Milton Larang Camat Hadiri Gawai Dayak

Sintang – Bupati Sintang Drs Milton Crosby MSi, melarang para camat sekabupaten yang dipimpinnya untuk hadir maupun mengirim utusan pada Gawai Dayak Sintang yang akan dihelat Rabu (18/7) mendatang.
“Silakan saja Gawai Dayak dilaksanakan. Tapi dalam konteks jabatan, saya melarang camat untuk pergi. Karena yang berhak memerintah camat itu hanya bupati. Coba dipahami struktur organisasinya,” tegasnya di sela launching e-KTP di Kantor Camat Sintang, Senin (16/7).
Namun begitu, Milton tidak melarang para camat itu menghadiri gawai dalam kapasitas pribadi. Kalau pergi mengenakan kemeja batik, tidak seragam dinas jabatan, ya oke-oke saja.
“Camat bisa saja pergi ke kegiatan tersebut, namun tidak dengan kapasitas jabatannya. Tidak boleh orang bukan bupati perintah camat,” tegas Milton.
Menurut Milton, pelaksanaan Gawai Dayak pada 18 Juli mendatang dipersilakan untuk dilanjutkan. Hanya saja diakuinya bahwa bantuan dari pemerintah daerah sebesar Rp 150 juta terpaksa belum bisa dicairkan.
“Saya memang yang melarangnya (cairkan, red). Karena masih ada masalah di DAD yang belum terselesaikan. Ada terbentuk kelompok-kelompok di dalam DAD itu. Terjadi juga persoalan teknis dan salah paham yang harus diselesaikan,” bebernya.
Selain alasan karena yang berhak memerintah camat adalah bupati sesuai hierarki pemerintahan, Milton juga sudah berpesan agar kegiatan Gawai Dayak jangan disusupi dengan pesan-pesan politis.
“Saya sudah pesankan, kalau kegiatan itu jangan ada pesan politis. Karena saya ingin membangun demokrasi yang cerdas di Sintang ini,” pungkasnya. (din)

DAD Kalbar Sesalkan Milton

Yakobus Bantah DAD Sintang Pecah

Pontianak – Pernyataan Bupati Milton Crosby yang melarang camat secara jabatannya menghadiri acara Gawai Dayak disesalkan salah seorang Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar Drs Yakobus Kumis dan Sekum DAD Kalbar Ibrahim Banson.
“Kita sangat sesalkan sekali Milton melarang camat menghadiri Gawai Dayak. Padahal dia orang Dayak. Mengapa dia bisa melarang orang pergi Gawai Dayak. Itu tidak benar namanya,” ujar Yakobus kepada Rakyat Kalbar, Senin (17/7).
Ketua DAD Kalbar Bidang Adat Istiadat, Hukum Adat, Penelitian dan Perkembangan itu mengatakan seharusnya bupati mendukung dan menyukseskan Gawai Dayak itu sendiri. “Bukan melarang orang untuk menyukseskannya,” tambah Yakobus.
Yakobus menjelaskan, Gawai Dayak adalah kegiatan masyarakat Dayak yang dilakukan setahun sekali. Sebagai adat istiadat orang Dayak, gawai harus digelar dan disukseskan.
“Kita tetap mendukung masyarakat Dayak di Sintang untuk menyukseskan gawai. Kalau memang pribadi Milton tidak suka dengan Gawai Dayak, tidak usah datang. Jangan mengajak orang lain tidak boleh hadir, cukup sendiri saja. Cobalah kalau camat itu orang Dayak, dia ingin pergi ke acara gawai, berarti Milton sudah melarang orang Dayak pergi untuk menyukseskan Gawai Dayak,” ujarnya.
Yakobus Kumis mengimbau masyarakat Dayak di Sintang tetap menyukseskan Gawai Dayak. Jangan dengarkan perkataan hanya satu orang. “Kita tetap mendukung gawai di Sintang. Datang saja, dengarkan suara orang banyak. Sekali lagi, orang Dayak harus menyukseskan Gawai Dayak,” pungkasnya.
Senada, Sekum DAD Kalbar Ibrahim Banson juga menyesalkan pernyataan Milton. “Milton itu orang Dayak, seharusnya dia bukan melarang orang datang ke gawai Dayak. Kalau ada masalah pribadi, jangan dibawa dalam acara adat istiadat Dayak. Selesaikan secara pribadi, kita harus bijaksana menyikapi semua masalah. Jangan campur adukkan, itu tidak boleh,” ujarnya.
Dia berharap keluarga besar masyarakat Dayak di Sintang tetap menyukseskan gawai dan tidak mudah terpengaruh isu-isu yang tidak benar. “Buatlah Gawai Dayak yang baik. Jagalah keamanan saat acaranya, karena dilaksanakannya gawai adalah untuk mempererat tali silaturahmi masyarakat Dayak sendiri,” ucapnya.

Tidak pecah

Di sisi lain, Yakobus menepis anggapan DAD Sintang pecah. Katanya, cuma ada beberapa oknum pengurusnya yang memecahkan diri dari DAD. Sehingga memperkeruh kepengurusan DAD di Sintang.
“Tolonglah, kalau memang oknum itu tidak suka lagi dengan DAD, silakan keluar dari kepengurusan DAD. Jangan memperkeruh organisasi Dayak ini,” ujarnya.
Dia berharap kepengurusan DAD Sintang tetap solid dan tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang tidak benar. “Kalau mau main politik silakan, tapi jangan membuat pengurus DAD keruh. Kita harus bijaksana dalam membedakan politik dengan organisasi. Jangan sampai gara-gara politik, DAD pecah,” ucapnya.
Ibrahim Banson juga menepis isu DAD Sintang pecah. Menurut dia, yang pecah beberapa oknum yang sudah tidak suka lagi dengan organisasi DAD. “Jadi oknum itu janganlah memperkeruh kepengurusan DAD sendiri. DAD tetap bersatu. Kalau sudah bosan menjabat sebagai kepengurusan DAD,” pintanya.
Ibrahim yakin masalah DAD Sintang bisa diselesaikan dengan baik. Jangan sampai ada pengotakan antarpengurus DAD yang justru menimbulkan masalah besar di badan DAD sendiri. “Kita yakin Ketua DAD Sintang bisa menyelesaikan masalah di dengan baik dan bijak. Ingat, Dayak harus bersatu,” katanya. (hak)