Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 03 September 2012

Gerakan Politik Tionghoa High Profile

Pontianak – Sudah pastikah suara Tionghoa yang lumayan signifikan tumpah seluruhnya ke Christiandy sebagai pasangan Cornelis? Tak seperti suara Melayu dipecah belah dan Dayak diperebutkan tiga, sepertinya pemilih Tionghoa low profile.
“Saya tidak mau pakai klaim-klaim, pokoknya kita paparkan program kerja kita. Kalau kita diuntungkan lima tahun ini, masyarakat bisa menilai apa yang sudah kita lakukan untuk seluruh masyarakat Kalbar. Termasuk masyarakat Tionghoa, silakan menilai,” kata Christiandy ditemui Rakyat Kalbar usai paripurna di DPRD Kalbar, Jumat (31/8).
Suara Tionghoa mungkin saja “masih seperti yang dulu” kalau pergerakan politik tidak berubah jadi lebih dinamis. Dukungan Tionghoa bisa jadi juga terbagi lantaran partai politik semua bisa menyebar.
Sementara itu organisasi sosial yang kuat seperti Yayasan Bhakti Suci (YBS) yang mengayomi 56 yayasan marga sudah menyatakan tidak berpolitik praktis. Artinya, terserah mau ke mana saja asal jelas kepentingan mereka terjaga. YBS bahkan tak hanya didengar di Kota Pontianak, tetapi juga di Kalbar.
Dari empat pasangan kandidat hanya satu yang berasal dari etnis Tionghoa, yakni Christiandy Sanjaya. Kalau saja politik identitas tetap mengental, bisa jadi suaranya bulat tidak terpecah seperti Melayu dan Dayak. Namun Christiandy tidak mau memasang target dari suara Tionghoa. “Demokrasi kita jujur, adil, bebas, dan rahasia. Silakan diterapkan, saya tidak pakai target-target,” kata Christiandy.
Bagaimanapun, berdasarkan hasil Pemilukada Kalbar 2007, faktor etnis menjadi variabel penting yang menjelaskan pilihan seseorang pada kandidat tertentu. Karena itu sepertinya Christiandy lebih ingin dinilai baik yang kasatmata maupun berdasarkan data-data statistik. Dan itu sudah disampaikan saat paripurna LKPj Akhir Masa jabatan di DPRD beberapa waktu lalu.
“Kalau mungkin ada yang melihat tidak berhasil, itu hak sendiri. Tapi kita memaparkan data, penghargaan-penghargaan baik dari pemerintah pusat, perguruan tinggi melihat berbagai upaya yang kita lakukan memang ada hasil,” jelas Christiandy.
Namun terpulang kepada masyarakat. Yang jelas pihaknya melihat keberhasilan ini tentu akan ada peningkatan lagi, apa yang masih kurang selama ini. Contohnya di infrastruktur, kalau IPM sendiri peningkatannya ada.
Namun, sambung Christiandy, kalau peningkatan ini dinilai masih rendah. “Nah, kita upayakan lagi, misalnya dengan kesehatan, pendidikan, infrastruktur. Mudah-mudahan berkesinambungan. Lima tahun ini masyarakat juga sangat menjaga kondusivitas sehingga kita bisa aman membangun, dan tentu hasilnya bisa dinikmati bersama,” katanya.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Tanjungpura Jumadi SSos MSi menilai jawaban Christiandy mengenai ke mana suara Tionghoa dan target pasangannya itu sangat diplomatis.
“Tidak mungkin kalau tidak ada target. Saya juga melihat kecenderungan mayoritas komunitas Tionghoa dukungan suaranya ke pasangan incumbent,” katanya.
Menurut dia, konsolidasi politik etnik Tionghoa tidak sevulgar kelompok masyarakat lainnya, tapi mereka bersifat tertutup dan low profile. “Tetapi gerakan-gerakan politiknya high profile. Namun komunikasi politik yang mereka bangun sangat efektif untuk memobilisasi komunitasnya dalam memberikan dukungan suara,” ujar Jumadi.
Basis etnik Tionghoa, lanjut Jumadi, cukup signifikan berada dua wilayah, yaitu Kota Pontianak dan Kota Singkawang. “Sebagai kelompok etnik ketiga terbesar di Kalbar, menurut saya dukungan etnik Tionghoa akan berpengaruh cukup signifikan memberikan kontribusi perolehan suara. Atas dasar inilah jadi dasar pertimbangan mengapa Cornelis masih memilih Christiandy sebagai wakilnya,” tuntas dia. (jul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar