Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Sabtu, 06 Agustus 2011

Heboh Terapi Rel Listrik Rawabuaya

Pengobatan alternatif tak jarang menawarkan cara penyembuhan yang membuat mata terbelalak.

Pengobatan alternatif tak jarang menawarkan metode penyembuhan yang membuat mata terbelalak. Mulai pengobatan dengan lintah, terapi bara api, pijat ular, hingga metode penyembutan yang mungkin hanya terjadi di Indonesia: terapi listrik di atas bantalan rel kereta.

Hampir setiap pagi dan sore, hingga Jumat 5 Agustus 2011, sejumlah warga berbaring di atas bantalan rel kereta listrik, tak jauh dari stasiun di kawasan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.

Dengan sensasi tubuh seperti tersengat listrik tegangan rendah, mereka percaya terapi semacam itu dapat meningkatkan vitalitas tubuh dan menyembuhkan berbagai penyakit seperti darah tinggi, stroke, diabetes, rematik, asam urat, obesitas dan kolesterol tinggi.

Sri Mulyati, pasien diabetes berusia 50 tahun, melirik terapi ini lantaran menyerah dengan pengobatan medis yang mahal. Ia yakin terapi ini manjur setelah mendengar seorang pria lumpuh yang sembuh setelah rutin berbaring di rel yang menyengatkan listrik bertegangan rendah itu. "Saya akan terus melakukannya sampai benar-benar sembuh," katanya.

Sri Mulyati dan sejumlah warga mengaku merasakan kondisinya lebih baik setelah rutin melakukan terapi itu. Tak harus mengeluarkan biaya mahal, mereka cukup membawa kain basah untuk meningkatkan tegangan listrik.

Sudah lebih setahun warga di kawasan itu asyik melakukan terapi tersebut. Tidak jelas siapa yang memulai. Jika Sri Mulyati mendengar kisah tentang pria lumpuh yang sembuh, sejumlah warga mendengar seorang pria stroke yang hendak bunuh diri sembuh dari penyakitnya berbaring di rel menunggu kereta yang tak kunjung lewat.

Sejumlah warga masih nekat menjalani terapi itu. Mereka tak menggubris ancaman bahaya tertabrak kereta. Mereka pun acuh dengan ancaman denda yang disampaikan aparat.

Kisah terapi di atas rel yang masih aktif itu sontak menjadi perbincangan dunia. Sejumlah media asing seperti Associated Press, BBC, Telegraph dan Al Jazeera melaporkan, sejumlah pasien di Jakarta melakukan terapi yang tak biasa dan potensial mematikan. Sebagian menulis, terapi itu menjadi alternatif di tengah biaya pengobatan yang tak terjangkau.

Berbahaya Dalam riset internasional yang dilakukan Joanne Glinsky dan Lisa Harvey tahun 2007 terpapar kesimpulan bahwa stimulasi listrik dapat meningkatkan kekuatan otot melemah pada pasien stroke. Ini menjadi salah satu metode untuk membantu pasien yang mengalami kelemahan otot, sekaligus meningkatkan sirkulasi darah untuk mengatasi nyeri.

Hasil riset itu diperkuat dengan penelitian Shauna Dudley-Javoroski tahun 2008, yang diterbitkan di Journal of Rehabilitation Research and Development. Penelitian menyimpulkan bahwa stimulasi listrik dengan dosis tegangan tertentu dapat membantu mengatasi kelumpuhan otot dan tulang. 

Di dunia medis, stimulasi listrik telah lama dikembangkan untuk stimulasi otot dan saraf. Stimulasi dilakukan dengan berbagai alat yang telah teruji seperti electrical muscle stimulation (EMS), atau transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). Kedua alat ini bekerja dengan memberi rangsangan arus listrik dengan amplitudo tertentu sesuai rekomendasi kesehatan.

Ada juga electro convulsive treatment (ECT), alat terapi kejut dengan aliran listrik yang biasa digunakan untuk membantu pasien dengan gangguan kejiwaan akut. Penggunaan alat ini diyakini dapat mengurangi hormon stres di darah yang memicu serangan jantung.

"Terapi listrik memang ada di dunia medis, tapi menggunakan alat-alat yang sudah teruji dan terukur sengatan arusnya. Bukan dengan sembarang media yang bisa menghantar arus listrik," kata Dr Suryo Dharmono Sp.KJ, spesialis kejiwaan dari Universitas Indonesia. "Menyengat tubuh dengan sembarang alat, seperti rel kereta, bisa membahayakan tubuh."

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih juga tak memungkiri bahwa terapi listrik memiliki dasar medis. Dalam sejumlah pengobatan, terapi listrik bekerja dengan memberikan rangsangan ke syaraf. "Memang bagus seperti fisioterapi, tapi jangan di rel," katanya.
Lihat videonya di sini.(eh)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar