Senin, 06 Februari 2012
JAKARTA —
Sekitar 80 orang pedagang pulsa mendatangi kantor Telkomsel di depan
Wisma Mulia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2012)
pagi. Mereka berunjuk rasa karena protes akan penerapan sistem hard cluster yang dinilai telah merugikan, bahkan mematikan bisnis pedagang pulsa eceran.
Wakil
Ketua Paguyuban Pedagang Pulsa Indonesia, Poltak Silaen, mengatakan,
keuntungan pedagang pulsa eceran menurun drastis pasca sistem hard cluster diterapkan Telkomsel pada tahun 2011. Sistemcluster yakni
pembatasan penjualan pulsa elektrik yang hanya mencakup dalam satu
wilayah sehingga pedagang pulsa tidak bisa menjual pulsa elektrik ke
wilayah lain.
"Sistem cluster ini membatasi bisnis kami. Yang awalnya bisa mentransfer pulsa ke luar Jakarta, semenjak Telkomsel menerapkan sistem cluster,
hal ini tidak bisa dilakukan lagi. Kami pedagang kecil sangat dirugikan
sistem ini," ungkap Poltak, Kamis (2/2/2012), saat dijumpai di lokasi
unjuk rasa.
Poltak menuturkan, sebenarnya tidak hanya Telkomsel yang menerapkan sistem cluster,
tetapi juga XL. Hanya saja, Telkomsel memiliki jumlah pelanggan lebih
besar dari operator seluler lainnya sehingga berdampak cukup signifikan
bagi para pedagang kecil ini.
Para pedagang pulsa eceran ini bahkan semakin dirugikan setelah Telkomsel mengatakan akan menerapkan sistem hard cluster dengan ruang lingkup penjualan pulsa yang lebih sempit lagi. "Hard cluster ini hanya bisa menjual pulsa dengan lokasi ponselnya di satu kecamatan saja. Di luar itu sudah tidak bisa lagi," kata Silaen.
Sistem hard cluster ini mulai diterapkan Telkomsel pada awal tahun 2012 ini. Silaen mencatat, sejak penerapan sistem cluster dilakukan
pada tahun 2011, keuntungan para pedagang kecil ini per bulan hanya
mencapai 30 persen. Padahal, sebelum adanya pembatasan penjualan, para
pedagang pulsa bisa mencapai keuntungan lebih dari 100 persen. Jika dulu
transaksi bisa mencapai 500 transaksi per hari, kini jumlah transaksi
berkurang hingga 50-80 transaksi per hari.
"Jumlah
karyawan saya yang awalnya ada lima orang sekarang sudah tidak mampu
lagi memenuhi biaya operasional sehari-hari sehingga tinggal tiga
orang," kata Silaen.
Selain
itu, banyak pula pedagang pulsa yang akhirnya gulung tikar karena tak
lagi mampu menutupi biaya operasional bisnisnya. Belum lagi ditambah
persaingan dengan modern channel, seperti minimarket, bank, dan supermarket yang bisa menjual tanpa batas wilayah.
Silaen
berharap agar para operator seluler memperhatikan bisnis pulsa di
tingkat bawah. Pasalnya, yang paling dekat dan menjadi ujung tombak
bisnis operator seluler itu sendiri adalah para penjual pulsa eceran.
"Kami
ini pedagang kecil. Hidup kami bertumpu pada berjualan pulsa. Kami
berharap Telkomsel dan operator lain memperhatikan bahwa kami ini yang
paling depan menjual barang mereka," kata Silaen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar