Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 13 Maret 2012

Mempersatukan Muslim dengan Muslim Tionghoa

Munas IV PITI, Perkuat Komitmen Kikis Inkonsistensi

Christiandy Sanjaya menerima plakat PITI
Kiki Supardi
Christiandy Sanjaya menerima plakat PITI
 
Pontianak – Provinsi Kalbar kedatangan tamu-tamu dari seluruh wilayah Indonesia. Para muktamirin itu menghadiri Muktamar Nasional (Munas) IV Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang berlangsung 9 hingga 11 Maret 2012 di Kota Pontianak.
“Dengan penuh rasa hormat, kepada para pendahulu dan pengelola organisasi PITI, mari kita teruskan upaya-upaya mencapai tujuan bersama. Namun harus lebih bersungguh-sungguh dan tak boleh setengah hati,” tutur Tan Kok Liong, pengasuh Pondok Pesantren At-Taibi, Cibonang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Calon kuat Imam Besar PITI periode 2012-2017 itu menyatakan bahwa kewajiban bersama untuk melakukan perubahan-perubahan. Untuk semua itu, diperlukan konsistensi dalam melaksanakan program-program.
“Agar tercapai outcome atau kemanfaatan diperlukan komitmen, konsistensi, dan keberlanjutan. Kalau hanya soal output, apa pun akan menghasilkan tetapi bagaimana dengan kemanfaatannya. Itulah yang menjadi concern kita,” tegas Tan Kok Liong yang akrab disapa Anton Medan itu.
Pendiri Ponpes At-Taibin itu pun mengajak seluruh warga PITI untuk berbesar hati melakukan koreksi ke dalam. Agar selanjutnya dapat memberikan kemanfaatan bagi kepentingan yang lebih luas. Usia PITI sudah 50 tahun, jangan lagi hanya begini-begini saja terus.
PITI sejak 1961 hingga 2005 baru melaksanakan muktamar sebanyak tiga kali. Pertama tahun 2000 dengan periode kepengurusan lima tahun. Berarti muktamar kedua seharusnya akan diadakan tahun 2005. Namun karena keadaan tertentu dibuatlah muktamar secara khusus pada tahun 2002. Kemudian muktamar ketiga berlangsung bulan Desember 2005 sejalan dengan periode kepengurusan per lima tahun (2000-2005).
Muktamar ketiga tahun 2005 itu berhasil membentuk kepengurusan periode 2005-2010. Dengan demikian seharusnya muktamar yang keempat paling telat Desember 2010. Oleh karena itu, muktamar keempat yang terlambat yang diselenggarakan lebih satu tahun ini hendaklah dapat dijadikan momentum melakukan perubahan-perubahan secara mendasar.
“Tidak ada yang perlu disalahkan, sebab semua niscaya bermaksud dan telah berbuat baik demi organisasi. Semua menginginkan PITI tak hanya begini-begini saja, melainkan maju dan berjaya,” tutur Anton Medan.
Juru dakwah terkenal itu juga mengajak warga PITI untuk menghayati tujuan didirikannya PITI yaitu untuk mempersatukan muslim Indonesia dengan muslim keturunan Tionghoa. Muslim Tionghoa dengan etnis Tionghoa serta umat Islam dengan etnis Tionghoa.
“Amanah para pendiri tersebut memang terasa berat, namun tak ada yang tidak mungkin kalau kita bersungguh-sungguh-sungguh dalam mengelola organisasi,” tegasnya.
Saat pembukaan Munas IV Jumat malam (9/3), Dirjen Bimbingan Islam yang mewakili Menteri Agama Abdul Karim MPd dalam sambutannya mengatakan pembangunan nasional mencakup bidang agama, yang dijamin oleh konstitusi. Agama harus menjadi pembentukan dan penguatan moral dan sosial. Sebagai penguat interaksi bangsa.
“Agama menjadi solusi dalam pemecahan permasalahan bangsa. Seperti kemiskinan, kebodohan, dan lain sebagainya. Jika negara ini tetap berpegang pada agama maka identitas luhur itu tetap masih ada,” katanya.
Lanjutnya, pemerintah sebagai pemegang tugas tentunya sangat menyambut baik atas aktifnya semua elemen masyarakat dalam membangun negara ini. Artinya percepatan pembangunan juga cepat tercapai.
“Ormas Islam memiliki fleksibilitas dalam mengadopsi budaya yang ada dalam masyarakat. Lokal wisdom inilah yang bisa dimanfaatkan oleh ormas Islam dalam menyampaikan agama Islam. Seperti yang dilakukan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama,” jelasnya. (kie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar