Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 18 Juni 2012

Isu Jual Perahu, PPP Ditantang Bersumpah

Jumadi: Kesalahan Elite-elite Melayu

Pontianak – Kendati dibantah keras oleh Ketua DPW PPP Kalbar H Ahmadi Usman, isu perahu PPP dihargai Rp 6 miliar demi incumbent kian merebak, terutama di jejaring sosial Facebook grup Pemilih Pilgub Kalbar 2012.
Dalam grup beranggota 4.723 akun itu, Ahmadi Usman ditantang untuk bersumpah tidak menerima uang atas perahunya. Begitu pun dengan jajaran lainnya setelah hasil Rapimwil PPP yang dihadiri seluruh DPC, mengusung Mayjen TNI Armyn Alianyang berpasangan dengan Fathan A Rasyid yang pagi itu juga diteken izinnya sebagai PNS.
Setelah sebelumnya kabar yang belum bisa dipastikan kebenarannya itu diposting oleh account name Adji Beth Eranda, yang kemudian di-blowup oleh account Veronica Vieta Dewi Rhacquelz, kini account Restu Ananta juga memposting pernyataan Ketua DPW PPP Kalbar.
Bunyinya, “Apakah tuduhan itu akan dilaporkan ke polisi? Politisi partai berlogo Kabah ini tidak mau gegabah.” “Kita lihat saja nanti. Orang yang memposting itu sepertinya kecewa karena tidak bisa pakai PPP ataupun karena PPP menjadi ancamannya untuk menang,” tuding Ahmadi.
Masih dalam postingan itu, account name Restu Ananta menulis “Mana berani Ahmadi bersumpah demi Allah dan Rasulullah kalau PPP tidak terima uang atas penjualan perahunya ke Armyn, untuk melapor ke polisi pun takut karena kalau dia melakukan itu sama dengan bunuh diri.”
Hingga berita ini diturunkan Ketua DPW PPP Kalbar H Ahmadi Usman SAg maupun sekretarisnya H Retno Pramudya SH MH belum bisa dikonfirmasi. Namun sebelumnya dengan tegas Ahmadi membantah isu yang ia anggap menyakitkan dan menyesatkan tersebut.
Terpisah, pengamat politik dari Universitas Tanjungpura Jumadi SSos MSi tidak sependapat jika ada pihak yang menuding keputusan PPP mengusung Armyn sebagai pemecah umat. “Saya melihatnya tidak seperti itu, ini kesalahan elite-elite Melayu sendiri tidak kompak,” katanya.
Menurut Jumadi, semua merasa hebat dan kuat. Semestinya para elite harus mengukur diri dan tidak egois. Intinya mereka tidak mengukur diri. Patokan utamanya secara akal sehat adalah tingkat elektabiltas, setelah itu baru dukungan finansial.
“Ini semua merasa hebat. Ada yang merasa yakin pasti menang, ada yang merasa punya uang dan menguasai parpol besar, dan ada yang yakin dengan hasil survei. Inilah sesungguhnya yang terjadi di elite-elite Melayu,” ungkap Jumadi.
Mengapa PPP sampai-sampai dituding sebagai parpol pemecah umat, menurut Jumadi, bisa jadi ada yang beranggapan PPP memunculkan calon baru. Tapi sesungguhnya semua itu terjadi karena adanya egoisme dan berahi politik yang sudah berlebihan di kalangan elite Melayu sendiri.
“Parpol-parpol Islam pun sudah terjebak dengan egoisme dan pragmatisme politik tersebut,” pungkasnya. (jul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar