Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 04 Juli 2012

Banyak Remaja Bersetubuh di Luar Nikah

Pontianak - Hasil survei United Nations Population Fund (UNPF) periode 2005-2010 menyebutkan 14 persen remaja laki-laki dan 6 persen remaja perempuan berhubungan badan sebelum menikah.
“50 persen di antaranya melakukan hubungan badan dengan pacarnya,” ungkap Eka Sulistia Ediningsih, Kepala Bidang (Kabid) Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kalbar, ditemui di tempat kerjanya, Selasa (8/6).
Dia menjelaskan, survei UNPF itu dilakukan di enam provinsi di Indonesia, yakni Kalbar, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barang (NTB), Jawa Barat (Jabar), dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Remaja laki-laki yang berhubungan badan sebelum menikah itu, selain dengan pacar, juga terdapapat dengan tunangan, Penjaja Seks Komersil (PSK), dengan teman dan lainnya.
Alasan berhubungan badan sebelum menikah tersebut, karena suka sama suka, ingin tahu, dorongan kawin, pengaruh obat-obatan dan minuman keras serta faktor lainnya.
Survei tersebut juga menyebutkan, remaja laki-laki kali pertama berhubungan badan itu berusia 11 tahun. Sedangkan perempuan 12 tahun, karena ada anak Sekolah Dasar (SD) siap “dipakai”. Akibatnya, banyak kasus remaja yang aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan.
Eka menjelaskan, perempuan berumahtangga dan bereproduksi idealnya ketika memasuki usia 20 tahun. “Ketika organ reproduksinya sudah siap,” terangnya.
Sementara tenggat waktu yang baik untuk bereproduksi selama 15 tahun dengan jarak ideal antaranak 5 tahun atau anak kedua lahir setelah anak yang pertama berusia 5 tahun. “Jangan sampai ada lebih dari satu Balita (bayi di bawah lima tahun, red) di rumah,” ingat Eka.
Hasil survei UNPF itu, terang Eka, tentunya sangat mengkhawatirkan, karena dapat mengancam kualitas sumberdaya manusia remaja di Kalbar. Oleh karenanya, persoalan tersebut harus menjadi perhatian semua pihak.
Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya generasi muda di Kalbar, kata Eka, perlu digencarkan pendidikan mengenai pentingnya kesehatan reproduksi dan pemahaman mengenai program kependudukan.
“Selain itu perlu penataan keluarga dengan memerhatikan kesehatan reproduksi, agar pasangan yang baru menikah mendapat kesempatan untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik,” terang Eka.
Menyiapkan kehidupan yang lebih baik, maksud Eka, di antaranya menyiapkan pendidikan, kesehatan, masa depan keluarga yang lebih baik dan tertata. (dik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar