NET
Ilustrasi aborsi
SINTANG - Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang Kalimantan Barat mengaku cukup
terkejut dengan survey yang dilakukan terhadap perilaku seks bebas di
wilayah ini. Dimana hasilnya 60 persen perilaku seks bebas berakhir
dengan menggugurkan kandungan (aborsi).
Survey tersebut dilaksanakan oleh Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan 2007, Kalbar merupakan satu diantara lokasi Survei tersebut.
"Angka- angka yang dihasilkan dari survey tersebut mengejutkan sekaligus memperihatinkan bagi kita semua pihak yang peduli terhadap generasi bangsa," ungkapnya, Kamis (11/10/2012).
"Dikatakan bahwa selama pacaran minimal sudah melakukan petting, 6 persen remaja putri yang pacaran sudah petting, 19 persen untuk remaja laki-laki. Selain itu remaja yang pacaran sudah melakukan hubungan seksual, satu persen dari remaja yang melakukan hubungan seksual hamil, dan 60 persen berakhir dengan aborsi," kata Marcus.
Menurutnya, masalah yag terjadi saat ini merupakan tanggung jawab semua pihak untuk mengatasi hal tersebut. Ia mengatakan kesehatan melihatnya dari segi bahaya apabila remaja sudah aktif melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah.
Dari yang sederhana tentunya adalah penyakit menular seksual, dan kehamilan dikalangan remaja putri secara fisik belum siap untuk hamil. Selain itu hamil di usia muda sangat beresiko.
"Berdasarkan hasil penelitian apabila wanita hamil di bawah usia 20 tahun itu resiko kematiannya 2-4 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang hamil diatas 20 tahun. Tentu ini tantangan buat kita guna menekan angka kematian ibu dan bayi, bagaimana cara kita memberikan pemahaman kepada remaja bahwa seks diluar nikah banyak bahayanya," jelas Marcus.
Survey tersebut dilaksanakan oleh Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan 2007, Kalbar merupakan satu diantara lokasi Survei tersebut.
"Angka- angka yang dihasilkan dari survey tersebut mengejutkan sekaligus memperihatinkan bagi kita semua pihak yang peduli terhadap generasi bangsa," ungkapnya, Kamis (11/10/2012).
"Dikatakan bahwa selama pacaran minimal sudah melakukan petting, 6 persen remaja putri yang pacaran sudah petting, 19 persen untuk remaja laki-laki. Selain itu remaja yang pacaran sudah melakukan hubungan seksual, satu persen dari remaja yang melakukan hubungan seksual hamil, dan 60 persen berakhir dengan aborsi," kata Marcus.
Menurutnya, masalah yag terjadi saat ini merupakan tanggung jawab semua pihak untuk mengatasi hal tersebut. Ia mengatakan kesehatan melihatnya dari segi bahaya apabila remaja sudah aktif melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah.
Dari yang sederhana tentunya adalah penyakit menular seksual, dan kehamilan dikalangan remaja putri secara fisik belum siap untuk hamil. Selain itu hamil di usia muda sangat beresiko.
"Berdasarkan hasil penelitian apabila wanita hamil di bawah usia 20 tahun itu resiko kematiannya 2-4 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang hamil diatas 20 tahun. Tentu ini tantangan buat kita guna menekan angka kematian ibu dan bayi, bagaimana cara kita memberikan pemahaman kepada remaja bahwa seks diluar nikah banyak bahayanya," jelas Marcus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar