Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 06 Juni 2012

Cornelis: Banyak yang Sirik Dengki

Peletakan Batu Pertama Kampung Budaya

Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, rumah budaya
Istimewa
Gubernur Kalimantan Barat Cornelis MH pada acara peletakan batu pertama pembangunan Rumah Budaya, Senin (4/5)
 
Pontianak – Setelah dikritisi sejumlah fraksi di DPRD Kalbar dan sempat terhambat persetujuannya, akhirnya peletakan batu pertama Rumah Budaya terlaksana juga, Senin (4/5).
“Meskipun pembangunan Kampung Budaya sedikit terlambat karena banyak sekali yang sirik dengki, namun saya berharap April 2013 sudah bisa diresmikan,” ujar Gubernur Cornelis dalam sambutan peletakan batu pertama Rumah Budaya di Jalan Sutan Syahrir Pontianak, pukul 10.00 kemarin.
Proyek yang menggunakan dana APBD 2012 sebesar Rp54 miliar itu diakui Cornelis terhambat karena banyak orang yang iri dengki tidak memberikan kesempatan kepada dirinya selaku anak daerah yang ingin membangun Kalbar.
“Nantinya saya berharap kepada yang mengerjakan proyek ini untuk berhati-hati. Karena pasti akan banyak sekali cobaan atas terlaksananya pembangunan Rumah Budaya ini,” ujar Cornelis.
Gubernur Cornelis menginginkan Kampung Budaya tersebut akan menjadi kebanggaan dan ikon Kalbar di tingkat nasional bahkan internasional.
Terhambatnya pembangunan Rumah Budaya ini diakui Cornelis karena masuk dalam APBD 2012 dengan target April 2012 dan harusnya selesai di April 2013.
Sayangnya, berkali-kali menyebut iri dengki, namun gubernur tidak secara spesifik menuding person atau kelompok yang dimaksudkannya. Menurutnya, mereka yang tidak memberikan kesempatan kepadanya selaku kepala daerah untuk memperkenalkan Rumah Betang yang sudah menjadi trademark bagi Kalbar.
“Kalbar sudah identik dengan Dayak, dan pembangunan rumah budaya ini ke depan juga akan dibangun beberapa rumah etnis yang ada di Kalbar, seperti Tionghoa dan lainnya. Tidak mungkin dibangun semua, ke depan pasti akan dibangun,” ujarnya.
Dijelaskan, konsep fisik Kampung Budaya secara umum ada tiga bagian utama, yakni rumah adat Melayu, rumah adat Dayak, dan plaza budaya. “Dibangunnya Kampung Budaya ini untuk kepentingan Indonesia ke depannya, sehingga jangan disalahartikan,” kata Cornelis.
Dia mencontohkan di Sarawak, Malaysia telah dibangun perkampungan Melayu, Dayak, Jawa, dan lain sebagainya sebagai wujud hormat terhadap beberapa budaya yang ada di dunia.
“Kenapa giliran kita mau membangun Kampung Budaya diributkan? Memang Kampung Budaya baru bisa mengakomodasi dua rumah adat, yakni Melayu dan Dayak, karena memang anggarannya masih terbatas. Ke depan kalau anggaran memadai bisa saja dibangun rumah adat Tionghoa dan lain-lain,” katanya lagi.
Belum jelas konsep Kampung Budaya di bekas kantor gubernur di kawasan Kotabaru itu, apakah mengadopsi Kampung Budaya Sarawak (Cultural Village) di Sentubong, Kuching. Areal objek wisata di jiran itu seluas hampir 7 hektare.

Lanjutan

Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kalbar Jakius Sinyor menyatakan anggaran yang dibutuhkan untuk proyek Kampung Budaya sebesar Rp54 miliar.
Kompleks kampung itu terdiri dari pembangunan lanjutan rumah adat Melayu (sudah berdiri) sebesar Rp22 miliar, rumah adat Dayak Rp22 miliar, plaza budaya Rp10 miliar di atas lahan seluas 4,7 hektare yang dilengkapi dengan taman dan fasilitas air mancur.
Menurutnya, plaza budaya disiapkan sebagai lokasi kegiatan acara-acara kebudayaan misalnya festival budaya Melayu, Dayak, Tionghoa, maupun etnis-etnis lainnya yang ada di Kalbar.
Mengenai pengelolaan Kampung Budaya, menurut Jakius akan diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kalbar. “Dinas Pekerjaan Umum hanya menangani pembangunan fisiknya saja,” katanya.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga akan mendapat dana pendampingan dari pemerintah pusat terkait kegiatan Kampung Budaya. Hingga penancapan tiang pertama kemarin, masih ada sejumlah bangunan di atas lahan tersebut. Misalnya Kantor Kadin Kalbar, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, Kantor Badan Kesbanglinmas Kalbar. (dna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar