Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 31 Juli 2012

Suara Dayak, Siapa Layak

Banson: Bukan Memilih Kepala Suku

Suara Dayak
ZMS
Pontianak – Pilgub Kalbar 2012 di ambang pintu. Setelah suara Melayu terpecah-pecah, kini kancah politik melihat suara Dayak terbagi-bagi. Ada Cornelis, ada Barnabas Simin, dan tokoh fenomenal Milton Crosby.
Meskipun banyak kalangan menilai drama pertarungan politik di Pilkada Kalbar ini hampir sama dengan pilgub 2007, namun tidak serta-merta kondisi itu persis berulang. Pasalnya itu tadi, suara Dayak yang 2007 termarginalkan bulat dukung Cornelis, kini bakal berubah.
“Orang Dayak sekarang euforianya berbeda. Dulu mereka berharap Cornelis bisa mewujudkan keinginan mereka. Tetapi kenyataannya harapan pada Cornelis yang dulu itu tidak terwujud,” ungkap Ketua Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) Kalbar Bernardus kepada Rakyat Kalbar, Minggu (29/7).
Menurutnya, pola politik Kristen itu sedikit berbeda. Polanya pro kepada kaum lemah. “Sekitar 30-40 persen orang Dayak tidak lagi dukung Cornelis. Apalagi sekarang ada alternatif lain ke Pak Barnabas. Kecuali yang ada di PDIP dukung Cornelis,” tutur Bernardus.
Setidaknya dia melihat pecahnya Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang yang sepertinya “memisahkan diri” dari DAD provinsi. Menurutnya, DAD itu harus bebas dari politik. DAD harusnya menjadi rumah besar bagi seluruh orang Dayak.
“Pecahnya DAD Sintang itu besar pengaruhnya. Apalagi Ketua DAD Sintang itu bukan orang biasa. Seorang bupati pasti punya massa minimal 40 persen dukung Milton,” ujar Bernardus.
Terpisah, Letkol (Purn) Riam Mapuas mengatakan tidaklah mengherankan kalau DAD berpecah. “Karena budaya adalah salah satu faktor dari politik. Sedangkan subjek dan objek dari politik adalah manusia dengan alam pikirannya,” ujarnya.
Ditanya soal pecahnya suara Dayak akhir-akhir ini, Riam yang merupakan salah seorang cendekiawan Dayak yang senior itu juga menilai ada perbedaan dengan pilgub 2007. “Suara Dayak tidak mungkin semuanya mendukung Cornelis. Artinya tidak bulat lagi seperti dulu,” tegas Riam yang dihubungi via ponselnya di Putussibau.
Sementara itu, pengamat politik dari Untan, Dr Zulkarnaen menilai saat ini masih belum bisa dipastikan bahwa suara Dayak akan lebih besar mendukung siapa ataupun pecah.
“Tetapi kalau dukungannya tidak bulat lagi seperti dulu, memang iya. Dulu saat pilkada 2007, posisi Dayak sedang dalam meraih kekuasaan. Karena merasa posisinya sedang terpinggirkan sehingga suaranya bersatu dan solid,” ujar dosen ilmu pemerintahan itu.
Menurut dia, penyebab pecahnya suara Dayak adalah akibat kekecewaan soal pembentukan Provinsi Kapuas Raya. Karena Dayak jumlahnya besar di pedalaman. Kekecewaan itulah yang membuat tidak utuh lagi mendukung Cornelis. “Kemudian, semakin banyaknya para pemilih rasional. Jadi mereka tidak lagi berpegang pada politik primordialisme,” ujar Zulkarnaen.

Bukan kepala suku

Ketua Harian DAD Kalbar Ibrahim Banson merasa tidak jelas dan tidak bisa pasti kalau suara Dayak terpecah. Yang pasti, sesuai UU, setiap warga berhak memilih dan dipilih. Dia melihat masyarakat tidak bisa dibodoh-bodohkan lagi, mau milih Barnabas atau Cornelis, itu hak masyarakat.
“Kalau kita lihat Barnabas kan orang nomor dua, sedangkan Cornelis orang nomor satu di Kalbar. So pasti orang akan memilih yang nomor satu,” ujar Pak Banson, begitu dia biasa disapa.
Kata Banson, kalau ditanya dirinya mau milih siapa, sudah jelas Cornelis. Karena merasa dari dulu memang orang Cornelis. “Kita di DAD Kalbar sekitar 5 bulan kemarin melakukan Rekornas DAD Kalbar. Kita sudah bersepakat DAD Kalbar tetap memilih Cornelis,” tegasnya.
Mencuatnya nama Milton terkait secara aklamasi terpilih sebagai Ketua DAD Sintang yang sempat kisruh, apakah suara Dayak di timur Kalbar akan terpecah, Ibrahim Banson tegas menjawab, apa hubungan Milton dengan pilgub?
“Kita yakin masyarakat bisa memilih dan menilai siapa yang berhak memimpin Kalbar ini. Pastinya kita tidak memaksa masyarakat harus milih Cornelis dan orang lain. Itu hak masyarakat sendiri mau milih siapa. Karena kita bukan memilih kepala suku. Kita memilih siapa yang bisa memimpin Kalbar,” ujar Banson.
Sebagai Ketua Harian DAD, Banson dengan santun mengatakan siapa pun yang terpilih nanti harus diterima. “Siapa pun yang menjadi Gubernur Kalbar, harus kita hormati,” katanya
Menjawab Rakyat Kalbar, Banson tidak mau menyebut berapa persen suara Dayak yang memilih Cornelis. “Kalau ditanya berapa persen suara Dayak mendukung Cornelis, kita tidak tahu. Itu hak masyarakat mau milih siapa. Kita meyakini masyarakat tidak bodoh dalam memilih siapa yang berhak menjadi pemimpin Kalbar ini,” ujarnya lagi.
Satu hal yang penting, kata Banson, seluruh masyarakat Kalbar supaya tidak terpicu dengan isu-isu negatif dalam pilgub ini. Kebersamaan masyarakat Kalbar selama ini telah terbina.
“Tolong kita sama-sama menjaga keharmonisan, kekeluargaan, dan kebersamaan. Kita tidak mau gara-gara tidak milih si A dan si B, masyarakat Kalbar pecah oleh isu yang tidak benar. Siapa pun yang terpilih harus kita dukung sama-sama guna menyukseskan program Kalbar ke depan,” pungkas Banson. (kie/hak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar