Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 13 Maret 2013

Seks Bebas Merajalela

Singkawang – Pergaulan bebas di Kota Singkawang semakin parah. Seks bebas (free sex) merajalela di kalangan remaja. Alhasil, dari jumlah angka pernikahan, sekitar 30 persen di antaranya hamil duluan.
“Ini berdasarkan laporan dari salah seorang Kepala Kantor Urusan Agama (KUA),” kata Drs HM Nadjib MSi, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP dan KB) Kota Singkawang, kepada wartawan, Minggu (10/3).
Dia menjelaskan, Kepala KUA yang dimaksud itu memang tidak menyebutkan jumlah pernikahan di kantornya secara mendetail. Tetapi dari jumlah keseluruhan, mencapai 30 persen menikah karena wanitanya sudah hamil.
Parahnya lagi, kata Nadjib, dari pasangan menikah yang wanitanya dalam keadaan hamil itu usianya masih belasan tahun atau di bawah usia pernikahan. Artinya masih pada usia sekolah.
Dikarenakan hamil duluan, jelas Nadjib, bagi yang masih sekolah tentunya akan di-drop out (DO) dari tempatnya menuntut ilmu, begitu pula pasangan yang menghamilinya. “Secara otomatis akan dikeluarkan dari sekolah. Sehingga pendidikannya akan terputus di tengah jalan, dengan pendidikan seperti itu maka akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan,” terang Nadjib.
Akibat tidak adanya pekerjaan itu, tambah Nadjib, tentunya akan membebani kedua orang tuanya. “Ditambah dengan usia mereka yang masih belia, tentu sangat rentan terhadap perceraian,” katanya.
Hal ini tentunya menjadi salah satu penyumbang tingginya angka perceraian di Kota Singkawang. Bayangkan saja, setiap harinya pengadilan agama menangani hingga 15 kasus perceraian.
Menurut Nadjib, agar permasalahan pergaulan bebas yang dapat menimbulkan persoalan lainnya, setiap orang tua dituntut untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam keluarganya.
“Sekolah juga jangan hanya mengajar. Para pelajar itu perlu diberikan budi pekerti agar mereka menjauhi pergaulan bebas. Kalau pergaulan bebas dibiarkan berkembang seperti sekarang, maka yang terjadi adalah rusaknya generasi,” ingat Nadjib.
Terkait persoalan ini, kata Nadjib, BPMP dan KB juga tidak berpangku tangan. Tindakan antisipasi terus dilakukan seperti membentuk kelompok remaja dan forum anak.
“Di dalam lembaga itu kita melatih mereka untuk menjadi pendidik sebaya yang akan memberikan konselor dengan baik. Misalnya kalau temannya ada masalah maka pendidik sebaya ini akan mendekati dengan memberikan bimbingan,” papar Nadjib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar