Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 08 Oktober 2012

Selamatkan Remaja dari Nafsu Pemangsa

Problem Prostitusi Anak Kota Pontianak

Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar Devi Tiomana
Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar Devi Tiomana
Pontianak – Lelaki paruh baya itu berbisik-bisik dengan seorang perempuan di keremangan sebuah coffee shop. Lantas keduanya tertawa dengan sebuah cubitan di paha. Si perempuan pun mengacungkan jempolnya.
“Deal, pokoknya sip. Masih gres, Om, pokoknya masih belasan tahun,” kata si perempuan yang berbusana ketat nyaris lebih separuh pahanya sambil tertawa kecil. Kemudian dia berlalu meninggalkan meja yang diisi beberapa orang yang gayanya mapan itu.
Dan benarlah, sebelum paruh malam berlanjut, dua gadis imut-imut naik lewat lift dibawa si perempuan tadi. Masih polos tampaknya kedua gadis itu dengan dandanan seadanya tanpa pemerah bibir. Mereka mengetuk kamar, si lelaki paruh baya tadi membukanya dan mereka ditelan kamar tertutup.
Mencuatnya prostitusi anak bawah umur sudah menjadi gunjingan lama. Pelakunya, sekaligus korban, tak kurang ABG yang masih di bangku sekolah. Ketika Aleng, 22, ditangkap Satuan Reserse dan Kriminal Umum Sub Unit Remaja Anak dan Wanita Polda Kalbar, Kamis (2/2), mulailah prostitusi anak bawah umur mencuat ke permukaan.
Pemuda itu dicokok polisi di salah satu hotel Jalan Imam Bonjol, tempat biasa dia mangkal dan juga mengantar pesanan anak bawah umur kepada si hidung belang yang suka daun muda. Seperti biasa, yang namanya muncikari, kelitnya banyak.
“Saya melakukan ini bukan karena memaksa para wanita. Tetapi mereka melakukannya atas kemauan sendiri. Kebanyakan gadis itu berumur 16 sampai 18 tahun dan mereka semua kenal dengan saya,” ungkap Aleng.
Harga yang ditawarkan Aleng atas pesanan langsung maupun lewat kakinya di hotel, minimal Rp 500 ribu short time alias sekali pakai. Kalau menginap lain lagi harganya, tergantung nego.
“Itu sudah harga mati dan tak bisa ditawar lagi. Tetapi saya hanya mendapatkan Rp 150.000 per orang. Yang yang saya jual tak terhitung, yang penting wanita dan pria hidung belang itu mengetahui nomor hp saya untuk saling minta dicarikan. Karena mereka saling membutuhkan,” ujar Aleng tanpa malu-malu.
Hanya saja, sulit dipercaya kalau dia praktik pelacuran anak dan remaja ini baru enam bulan. Sumber Equator di sebuah hotel menyebutkan, sudah beberapa tahun dia menyediakan “ayam” untuk pelanggannya.
Ada lagi, Wika, 17, muncikari sekalian pelaku prostitusi, keperawanannya terenggut dijual kepada seorang yang berkantong tebal dan cukup terkenal melalui Aleng pada 2011 saat masih duduk di kelas 2 SMA.
“Saya kepepet, butuh uang untuk bayar SPP. Karena orang tua tidak ada lagi, saya juga ngekos, tak bisa kerja lain. Kebutuhan semakin banyak yah, lakukan saja,” akunya saat diperiksa di Mapolda Kalbar, Senin (6/2) lalu.
Begitu pun Ovi, terpaksa melakoni prostitusi demi kebutuhan hidup. Dan lingkungannya pun memberikan peluang besar. “Keperawanan saya diambil cowok sendiri. Setelah itu, pas putus saya menjual diri melalui teman-teman ngumpul. Karena orang tua saya ngasi uang tak pernah cukup sampai mereka pulang dari daerah,” akunya.
Prostitusi gadis bawah umur dan remaja memang memiriskan. Korban konsumerisme, teknologi, marginalisasi ekonomi perkotaan, sudah berlangsung lama. Tak kurang pelajar yang masih sekolah melakukannya.
Devi Tiomana, Direktur Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN) Kalbar mengakui kondisi lapangan tersebut. “Data Januari 2012 menunjukkan 83 anak bawah umur yang terindikasi melakukan prostitusi. Yang positif mengidap penyakit infeksi menular (IMS) sebanyak delapan orang,” ungkap Devi yang ditemui di kantornya, Jumat (10/2).
Kata dia, kasus prostitusi anak di Kota Pontianak kebanyakan menjajakan diri melalui rekan-rekannya yang masih di bawah umur. Bahkan melakukannya sangat rapi dan terselubung untuk melayani hidung belang. “Kebanyakan mereka ngumpul di kafe-kafe yang terlihat enak dijadikan tempat ngumpul, menunggu calon pelanggan.
Memang ada perantara, yakni perempuan yang sudah cukup terkenal di kalangan dunia gemerlap atau kelompok tertentu. Mereka membawa gadis pesanan ke hotel-hotel. “Banyak faktor penyebab, masalah ekonomi keluarga, persaingan sesama teman, sampai yang terpaksa, mewarnai prostitusi ini,” tambah Devi.
Diungkapnya, dari pengaduan kepada yayasan, ditemukan berbagai problem hingga penyakit yang diderita para penjaja belia ini. “Kami sudah melayani 83 pengaduan. Kemudian dilakukan medical check up. Misalnya delapan yang positif kena infeksi tiga orang siswi SMP dan lima SMA,” ujarnya.
Pendataan meliputi alamat, kartu keluarga, kartu tanda sekolah, pendampingan di sekolah. “Kebanyakan mereka yang melakukan tidak diketahui orang tuanya. Dan tragisnya jika tahu, orang tua tidak terima dengan kenyataan ini,” terang Devi.
Dari kenyataan ini, Devi sangat kecewa dengan pemerintah yang menolak data 2011 yang disodorkannya. Bahkan, hingga saat ini masih belum ada respons untuk menangani kasus tersebut.
“Kami sudah membicarakan di tingkat dewan kota, tetapi pemerintah tidak percaya. Sedangkan ini bukan kajian, melainkan penanganan. Baik medical check up maupun latar belakang korban,” tambah Devi.

Harus serius

Dari sisi hukum dan penindakan, Kabid Humas Polda AKBP Mukson Munandar kasus prostitusi anak berhadapan dengan hukum. Kepolisian terus melakukan penyelidikan, baik korban maupun pelaku, supaya mereka stop berbuat mesum.
Tersangka diancam hukuman penjara di atas lima tahun, tentunya harus didampingi pengacara. “Yang mendampingi tersangka bisa bawa pengacara sendiri atau disiapkan pihak kepolisian,” kata Mukson.
Masyarakat memang merasa resah dan gerah dengan kenyataan yang sebenarnya sudah lama ini. “Pemerintah dan semua stakeholder harus berupaya dengan serius untuk mencari solusi memberantas masalah ini,” tutur Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak Mansyur SAg pada wartawan, Jumat (10/02).
Pemerintah juga tidak bisa berjalan sendiri dan harus ada dukungan semua stakeholder baik itu kepolisian, masyarakat, pendidik dan lembaganya, serta orang tua.
“Kita mengimbau pemerintah supaya serius menindak para pelaku dan konsumen prostitusi anak bawah umur ini. Kepolisian harus bekerja keras untuk menangkap para bandar-bandar prostitusi itu,” ujarnya.
Menurutnya, terkait masalah para pejabat dan pengusaha yang menjadi konsumen, supaya punya hati untuk menahan diri. “Perbuatan ini sangat merusak masa depan anak-anak bangsa. Apalagi kalau konsumennya para pejabat dan pengusaha itu sangat memalukan,” ungkapnya. (sul/hak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar