Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Senin, 30 April 2012

PLN Beli Listrik Sarawak

Untuk 3 Kawasan Perbatasan

Pontianak – PT PLN Wilayah Kalbar sudah mengajukan pembelian listrik untuk dari Sarawak Energy Berhad untuk tiga kawasan perbatasan: Badau (Kapuas Hulu), Sajingan (Sambas), dan Entikong (Sanggau).
“Permintaan itu sudah diajukan melalui surat tertanggal 14 Maret lalu ke pihak Sarawak Energy Berhad di Kuching. Namun hingga kini belum direspons,” kata Andreas Heru Sumaryanto, Manajer Teknik PT PLN Wilayah Kalbar kepada wartawan, Kamis (26/4) kemarin.
Setidaknya lima kabupaten di Kalbar yang berbatasan dengan Sarawak, yang butuh energi listrik meliputi Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Dari tiga lokasi yang diajukan penambahan itu, satu di antaranya merupakan sambungan baru.
Saat ini, kata Andreas, ada dua lokasi di Kalbar yang listriknya dipasok dari Malaysia, yakni Sajingan dan Badau. Sajingan berbatasan langsung dengan Biawak di Sarawak sedangkan Badau dengan Lubok Antu, Sarawak. PLN membeli daya listrik dari Sarawak untuk Sajingan dengan kapasitas 200 kilovolt-ampere (kVA), dan Badau 400 kVA.
“Berdasarkan surat nomor: 0190/043/WKB/2012 perihal Kalimantan Border International yang dikeluarkan PLN Wilayah Kalbar itu, permintaan penambahan untuk Sajingan menjadi 800 kVA. Sementara Badau dari 400 kVA menjadi 800 kVA,” jelas Andreas.
Sedangkan satu koneksi baru antara Entikong dengan Tebedu, lanjutnya, besarannya mencapai 800 kVA. Masih satu lokasi lagi yang rencananya akan mendapat pasok listrik dari Malaysia, yakni Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang yang berbatasan dengan Serikin, Sarawak.
Namun pihak Sarawak menolak karena Jagoi Babang terlalu jauh jangkauan jaringan listriknya. Terkait penambahan itu, Entikong yang paling siap kalau pembelian tersebut terwujud. “Infrastrukturnya sudah siap. Tinggal dibayar saja,” kata Andreas.
Langkah alternatif pembelian listrik dari Malaysia untuk jangka pendek dengan pertimbangan lebih murah dibandingkan produksi PLN. Dalam satu liter solar untuk mesin pembangkit yang dimiliki PLN hanya menghasilkan sekitar tiga kilowatt hour (kWh).
Satu liter solar untuk mesin pembangkit milik PLN, kata Andreas, harganya sekitar Rp8.000. Sedangkan membeli listrik dari Malaysia, 30 sen ringgit Malaysia per kWh atau sekitar seribu rupiah ditambah pajak. Ini artinya, ada selisih yang cukup tinggi dan dari segi bisnis ini memungkinkan dan paling layak untuk sementara.
“Meski membeli listrik dari Malaysia, namun PLN tetap menyiapkan program jangka panjang kemandirian energi di wilayah perbatasan melalui pembangunan sejumlah pembangkit listrik,” pungkas Andreas.

Proyek PLTU

Setakat ini, Kalbar membangun tengah membangun enam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan progress antara 11-58 persen. Proyek tersebut ditargetkan sudah beroperasi pada 2013 mendatang.
Project Manager PLTU Kalbar I Wayan Semudiarsa mengatakan PLTU Tanjung Gundul dan PLTU Parit Baru dengan dana masing-masing Rp 500 miliar dan Rp 1,2 triliun.
“Proyek PLTU ini sangat penting mengingat kondisi krisis kelistrikan di Kalbar. Rasio elektrifikasi Kalbar rendah yakni 57,54 persen, dan biaya pokok penyediaan tenaga listrik (BBP) yang tinggi atau hampir 100 persen BBM,” kata Wayan beberapa waktu lalu.
Menurutnya, proyek PLTU itu berdasarkan Perpres Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 5 Juli 2006 (Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW) dan Perpres Nomor 4 Tahun 2010 (Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW tahap II).
Untuk PLTU 2 Kalbar ini, kata dia, dikerjakan oleh konsorsium PT Indo Fuji Energi, PT Persada Inti Energi, PT Advance Technology Indonesia, Guangdhong Machinery Imp dan Eks Co.Ltd. pendanaan APLN (Asbanda), dengan konsultan Design Review dan Approval Drawing dari PLN E, dan konsultan supervisi kontruksi dari PLN JMK. (jul)

Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar