Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 19 Agustus 2014

4 Kasus miris bocah cabuli teman sebaya


4 Kasus miris bocah cabuli teman sebaya
Ilustrasi Pelecehan Seksual. ©2014 Merdeka.com

Kasus pencabulan semakin marak. Hampir setiap bulan bahkan dalam hitungan hari, ada saja kasus pelecehan seksual lain yang terungkap. Bahkan, belakangan pelakunya adalah anak-anak yang mencabuli teman sebayanya.

Terbaru adalah pencabulan yang dilakukan seorang bocah berusia 9 tahun di Semarang, Jawa Tengah, berinisial IP. Dia tega memerkosa ARM (7) yang merupakan temannya sendiri. IP melakukan perbuatan kejinya tersebut di lahan kosong belakang rumahnya.

Berikut ini 4 kasus miris bocah cabuli teman sebaya:

1.
Bocah 9 tahun perkosa teman sebayanya di Semarang

Kasus pencabulan yang dilakukan bocah ingusan semakin memprihatinkan. IP seorang bocah berusia 9 tahun memerkosa ARM, temannya sendiri yang baru berusia 7 tahun.
Ulah bejat IP dilakukan seusai dia bermain dengan pelaku di lahan kosong belakang rumahnya, pada Kamis (14/8) sekitar pukul 18.45 malam kemarin. Akibatnya, alat vital korban terasa sakit setiap kali buang air kecil.

Kejadian ini bermula saat ARM bermain bersama pelaku di lahan kosong belakang rumah korban.

Saat itu, ARM mengaku kaget saat IP memaksanya untuk berhubungan intim. Karena korban terus berontak, maka IP membuka paksa baju korban dan memerkosa korban berulang kali. Usai puas melampiaskan nafsu bejatnya, IP lalu menyuruh korban pulang ke rumah.

Setelah sampai di rumah, korban yang merasa trauma bercampur rasa takut kemudian mengadukan ulah mesum pelaku kepada orangtuanya, YN. Tak hanya itu, korban juga mengaku alat vitalnya terasa sakit.

Melihat anaknya kesakitan, YN orangtua korban lalu mendatangi rumah pelaku untuk melabrak pelaku. Meski masih berkelit, namun YN tetap menempuh langkah hukum untuk menyelesaikan kasus pelecehan seksual ini.

"Sebab, masa depan anak saya dan harga diri kami telah tercoreng akibat perbuatan pelaku," kata wanita berusia 28 tahun itu, di SPKT Mapolrestabes Semarang, Jumat (17/8).

YN mengaku, anaknya masih mengalami trauma fisik karena kemaluannya kesakitan usai diperkosa oleh pelaku. "Padahal dia masih kecil dan tetangga dekat dengan saya, tapi kenapa dia tega melecehkan anak saya," imbuh YN.

Tak hanya itu saja, kekesalan orangtua korban semakin memuncak tatkala melihat IP selama ini dikenal sebagai teman bermain korban setiap harinya. "Tapi sekarang dia sudah merusak masa depan anak saya. Jadi saya langsung laporkan ke sini saja," kata YN.

YN berharap, agar kasus ini segera diselesaikan oleh polisi dan pelakunya ditangkap meski pelaku masih berusia di bawah umur.

2.
RD tega cabuli 5 teman sebayanya di Koja

Kasus pencabulan semakin marak terjadi. Kali ini menimpa lima orang bocah di bawah umur yang masih berusia 10 tahun ke bawah yaitu F (10), I (7), N (7), E (8) dan D (7) yang dilakukan RD (10) di Jalan Baru Tumbuh, Rt 05 Rw 04, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Dari kelima korban tersebut, dua di antaranya berjenis kelamin perempuan yaitu F dan E. Salah seorang korban, F mengatakan, RD yang merupakan teman sekolah sekaligus teman sepermainannya pernah menyodominya.

"Waktu itu abis Isya lagi main bakar-bakaran sampah, berlima saya, I, N, D, dan RD. Tiba-tiba RD pelorotin celana saya terus digituin, kemaluan bagian depan juga diraba-raba sama dia (RD)," kata F di Jakarta Jumat (7/6) malam.

F menambahkan, saat itu teman-temannya yang sedang bermain bersamanya hanya bisa diam. Hal tersebut karena mereka diancam oleh RD menggunakan batu bila menolak permintaannya tersebut.

Sementara itu, hal yang sama dilontarkan korban lainnya N (7). Selain disodomi, dubur N juga sempat dimasukkan kayu oleh RD.

N mengaku bukan hanya sekali diperlakukan seperti itu. Namun, dia tidak ingat secara pasti berapa kali perbuatan yang menyakitkan itu diterimanya.

Sementara itu Haryanto (32), orang tua N awalnya tidak pernah curiga dengan sakit yang dialami anaknya. "Sempet anak saya (N) sakit diare sampai seminggu dan mengeluhkan sakit di bagian duburnya," ungkapnya.

Bahkan, lanjutnya, anaknya tersebut juga pernah demam panas dingin dan mengigau sambil mengucapkan kali "Sakit, sakit." Namun, anaknya tersebut tidak pernah cerita perihal apa yang dialaminya.

3.
Bocah kelas 6 SD cabuli belasan temannya

AK, bocah berusia 13 tahun yang saat ini masih duduk di bangku kelas enam SD dilaporkan ke polisi karena diduga telah mencabuli belasan bocah di bawah umur, teman mainnya. Dua dari 13 korban Ak adalah kakak beradik berinisial Ri (9) bocah kelas IV SD dan adiknya Fi (7) bocah kelas I SD.

Paman korban, Ed (44) mengatakan, dari pengakuan keponakannya tersebut, pelaku telah melakukan pencabulan sebanyak 5 kali. Peristiwa tersebut terungkap setelah keponakannya bercerita kepada orangtuanya ketika dilecehkan pelaku.

"Mulai ketahuannya (Kamis) kemarin. Ceritanya mereka mengaku digituin. Dan setelah diusut-usut warga sini, ada sekitar 13 anak lainnya yang jadi korban. Jadi para korban itu mayoritas anak laki-laki," kata Ed, saat ditemui di rumahnya, Jakarta Timur, Jumat (30/5).

Ed melanjutkan, beberapa korban juga ada yang mengaku mendapat perlakuan kekerasan seksual dengan cara memasukkan benda ke anus korban. "Mayoritas semuanya dipelorotin celana, dipegang kelaminnya. Ada juga yang anusnya dimasukan dengan tangan dan benda lainnya," ujar Ed.

Menurut Ed, perbuatan Ak ada yang dilakukan berulang pada tiap bocah tersebut. "Satu anak sudah beberapa kali. Ada yang lebih. Umurnya korban di bawah dia (pelaku) semua," ujar Ed.

Saat dikonfirmasi, kepala Unit PPA Polres Jakarta Timur, AKP Endang mengatakan, pihaknya telah menerima laporan kasus pencabulan yang dilakukan oleh Ak (13) kepada 13 bocah di bawah umur, di Kelurahan Tengah, Kramatjati, Jakarta Timur.

"Laporan sudah kami terima, saat ini sedang kami buat LP dan dilakukan visum," kata AKP Endang Sri Lestari, Kanit PPA Polres Jakarta Timur, saat dihubungi, Jumat (30/5/2014) malam.

Namun, lanjutnya, saat ini masih hanya satu orang yang melaporkan kasus tersebut. Sementara, untuk jumlah 13 korban, ia mengaku masih menyelidikinya. "Untuk jumlah korban yang sebanyak 13 orang, masih dalam penyidikan," tandasnya.

4.
Bocah kelas 3 SD di Karanganyar cabuli 8 teman sekolahnya

Bukan hanya di Jakarta, kasus pencabulan juga terjadi di dusun Jabalkanil, Desa Bandardawung, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Pelakunya yaitu seorang bocah berusia 10 tahun berinisial D, yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 3.

D (10) dengan tega diduga mencabuli delapan teman sebayanya. Kasus tersebut diungkapkan salah seorang guru SD bernama Sunarno, yang mengajar di sekolah pelaku dan korban.

Sunarno ketika itu melihat salah seorang siswanya yang menjadi korban pencabulan D memperagakan gerakan seperti orang sedang bersetubuh. Lantas saja, kemudian sang guru langsung memanggil seorang korban tersebut ke ruangannya. Hasilnya di luar dugaan, si bocah sebut saja M, rekan sekelas menceritakan habis diperlakukan tidak senonoh oleh D.

"Yang mengagetkan lagi, ternyata si M mengaku tidak hanya dirinya yang sudah menerima perlakuan dari D, melainkan sudah ada delapan anak lainnya yang mendapatkan perlakuan serupa," kata? Sunarno, Kadus di Bandardawung.

Lanjut Sunarno, kemudian dirinya langsung mendata siapa saja yang sudah diperlakukan tidak senonoh oleh bocah berbadan tinggi besar meski masih berusia sekitar 10 tahunan tersebut.

D yang sekitar dua tahun lalu dipindahkan orang tuanya dari Jakarta ke desa, dan dititipkan kepada nenek dan kakeknya di Bandardawung, ternyata mengerjai teman-teman sepermainannya. Dua perempuan dan enam teman laki-laki.

Enam anak adalah teman sepermainannya di dusun, karena bersekolah di SD yang lain, dan dua korban adalah rekan sekelasnya di sebuah sekolah di Tawangmangu. Namun semua dikerjai di kamar neneknya di Bandardawung.

"Ada yang sudah dikerjai sampai lima atau enam kali, ada yang baru dikerjai sekali. Setiap melakukan perbuatan itu, anak itu meminumkan sebotol minuman berenergi yang sudah diberi bubukan obat flu merk tertentu. Jadi anak itu benar-benar sudah sangat paham bagaimana membuat temannya pusing. Setelah pusing korban diajak masuk ke kamar dan dikerjai, katanya.

Dari pengakuan korban, ada yang sampai mengeluhkan alat vitalnya sakit dan ada pula yang mengatakan tidak sampai dimasuki. Namun anak-anak itu mengaku memang D yang melakukan. Setiap melakukan itu, dia mengancam akan memukuli jika sampai tidak mau atau bercerita kepada orang tua atau anak lainnya. Jika mau, dia akan memberikan hadiah kepada korbannya, meski kenyataannya tidak pernah diberi, dan mereka hanya manut karena takut.

Hanya saja, saat hal itu dimintakan konfirmasi kepada Kapolsek AKP Rianto, dia tidak mau memberikan keterangan apapun. Dia mempersilakan media menanyakan kasus itu kepada Kapolres AKBP Martireni Narmadiana atau Kasat Reskrim AKP Agus Sulistianto. Sayang, saat ditemui wartawan, kedua pejabat Polres itupun memilih bungkam, bahkan mengatakan belum ada laporan apapun soal kejadian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar