Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 28 September 2012

Tragis! Siswi SMPN Pontianak Gantung Diri



GANTUNG-DIRI.jpg
Tribun/Net
Ilustrasi

PONTIANAK - Siswi Kelas IX SMPN 22 Pontianak, Daecy Listianti (15), nekad mengakhiri hidupnya di ruang Unit Kegiatan Sekolah  (UKS), Jumat (14/9). Diduga, warga Jl Parit Demang, Pontianak, yang biasa disapa Eci ini, tak kuasa menahan beban setelah bertengkar dengan teman lelakinya, Kamis (13/9/2012) malam.

Eci ditemukan pertama kali oleh siswa lainnya, Geri Alifiah, dalam keadaan tergantung di pintu. Melihat hal itu, Geri dengan wajah pucat bergegas ke kelas, memberi tahu guru dan teman.

"Saat itu, sudah jam pulang. Karena saya mau ikut ulangan harian susulan dengan beberapa kawan, jadi masih di sekolah. Saat saya mau bercermin di UKS, tiba-tiba melihat dia sudah tergantung," kenang Geri kepada Tribun.

Saat ditemukan, leher Eci masih terikat kain. Tidak jauh dari ia tergantung terdapat kursi yang diduga digunakan sebagai penyanggah. "Saya lihat wajahnya sudah pucat semua dan lehernya merah karena ikatan kain itu. Guru langsung cepat membawanya ke rumah sakit untuk menyelematkan nawanya," kata Geri.

Sejak jam pelajaran pertama, ternyata Eci tidak masuk. Begitu tiba di sekolah, Eci ke ruang UKS. Tak lama kemudian, teman sekelas Eci, Dita Rahmawati (15), datang. Dita ke ruang UKS karena menderita sakit gigi saat pelajaran Bahasa Inggris. "Jam 08.30, saya masuk UKS. Di sana sudah ada Eci sedang berbaring. Saya lihat dia menangis," ujar Dita.

Melihat temannya menangis, Dita mencoba mencari tahu apa penyebabnya. Awalnya, Eci tidak bersedia bercerita. Ia malah sibuk memainkan handphonenya. Namun, akhirnya, Eci terbuka juga.

"Akhirnya Eci mengeluhkan sakit pada kepala dan tangannya. Saat itulah Eci kemudian menuturkan kalau ia, pada Kamis (13/9) malam, sempat dipukul menggunakan helm oleh temannya," papar Dita.

Kepada Dita, Eci akhirnya bercerita kalau dirinya baru saja berkelahi dan putus cinta dari pacarnya. "Kami sempat baring-baring di UKS. Dia sempat memeluk saya dan minta maaf kalau ada salah," ungkap Dita.

Sempat Bertengkar

Dita menyebut, Eci memang sudah lima bulan pacaran dengan seorang siswa SMAN 10 Pontianak. "Eci cerita kalau punya masalah dengan cowoknya sehingga berkelahi. Yang kita tahu, dia kelahi dengan cowoknya. Pacarnya itu pernah memukul Eci dengan helm ke kepala dan tangan. Tadi dia megang kepalanya terus, ngerase kesakitan. Saya lihat memang ada memar di kepalanya. Dia juga mengaku tangannya sakit," papar Dita.

Setelah berbagi kisah dengan Dita, Eci lantas membuat tali gantungan dari spray kasur. "Saya bilang, Eci jangan bunuh diri! Tapi Eci bilang dia cuma bergurau, tidak serius bunuh diri," kenang Dita.

Dita juga sempat mencoba meminjam handphone Eci untuk melihat isi SMS yang membuatnya menangis. Namun Eci menolaknya. Dita kemudian kembali ke kelas karena jam pelajaran Bahasa Inggris usai.

Ia meninggalkan Eci sendirian tanpa firasat apa-apa. Namun, ia terkejut karena setelah ditinggal sendirian itulah, ternyata Eci yang dikenal ramah dan mudah bergaul malah itu mengakhiri hidupnya. "Saya tidak menyangka kalau Eci benar-benar melakukannya," imbuh Dita.

Cerita yang hampir sama diutarakan ibunda Eci, Sri Herawati.  Sri menceritakan, dua hari teakhir, Eci terlihat murung. "Ia sempat bercerita kalau sedang bertengkar dengan pacarnya," kata Sri.

Jumat pagi, Sri melihat memar di kepala Eci. Namun Eci membantah kalau memar itu karena dipukul pacarnya. "Dia bilang, memarnya itu karena jatuh dari motor, bukan karena dipukul. Padahal saya dengar dia malam Jumat dipukul temannya. Kalau memang ada yang memukul anak saya, harus dihukum," tambah Sri.

Keluarga Ikhlas

Air mata tak henti membasahi pipi Sri selama proses pemakaman Eci di Pemakaman Muslim Parit Demang. Sri harus dipapah kerabatnya saat menuju ketempat pemakaman yang tak jauh dari kediaman mereka.

Kesedihan yang sama juga terlihat di raut wajah teman-teman sekolah dan sepermainan Eci. Proses pemakaman berakhir tepat sebelum Azan Maghrib berkumandang. Usai pemakaman, Sri menuturkan mendapat kabar kematian anak sulungnya itu dari teman Eci, Andre.
Jumat pagi, tidak biasanya, Eci menolak di antar ke sekolah. Ia malah memilih jalan kaki dari rumah.

"Saat mau berangkat sekolah dia mau saya antar, tapi dianya tidak mau dan lebih memilih jalan kaki. Ternyata, siangnya saya dapat kabar dia meninggal," kata Sri.

Kakek Eci, Mat Yasin menambahkan pada dasarnya pihak keluarga sudah mengiklaskan kepergian Eci. Pria yang saat kejadian tengah berada di Balai Karangan ini, memaksakan diri pulang ke Pontianak untuk melihat langsung jasad cucunya.

"Kami ikhlas dengan kepergiannya. Mau diapakan lagi, sudah terjadi. Tetapi kalau memang ada sesuatu hal yang janggal, kita persilakan kepada aparat hukum untuk memeriksa kejanggalan itu," tegas Mat Yasin.

Kepala SMP N 22 Pontianak, Sukirno, menuturkan pihak sekolah berbelasungkawa atas kematian Eci. Peristiwa ini menurutnya jauh di luar perkiraan manajemen sekolah.

"Kami keluarga besar SMP N 22 Pontianak berbelasungkawa dan menyampaikan kesedihan yang mendalam untuk almarhumah. Kejadian ini sangat jauh dari perkiraan kami selaku dewan guru," imbuhnya.

Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Puji Prayitno, mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan pemeriksaan terhadap beberapa orang saksi-saksi. Polisi juga masih menungu hasil visum dari tim dokter yang melakukan pemeriksaan.

"Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kita sudah mintai keterangan beberapa saksi. Saat ini, kita masih menunggu hasil visum dari tim dokter," ungkap Puji.

Terkait ada informasi mengenai ada tindak kekerasan terhadap kroban yang dilakukan oleh pacarnya pihkanya juga masih melakukan pemeriksaan apakah ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. "Pemeriksaan awal diduga korban meninggal diduga akibat putus cinta. namun masih kita dalami," kata Puji. (Edisi Cetak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar