Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 13 Juli 2012

Dari yang Kecewa hingga Apatis

Pontianak – Dekan Magister Fakultas Ilmu Sosial Untan Dr Bakran Suni MSi memahami mengapa rakyat cilik belum mengenal siap calon pemimpinnya. Wajar jika masyarakat pedalaman tidak kenal lantaran akses informasi terbatas.
“Di Ketapang, masyarakat mesti lebih kenal Morkes Effendi. Kemudian di Putussibau dan kawasan timur yang lebih dikenal adalah Tambul Husin. Kemungkinan yang dianggap pendatang baru adalah Armyn,” kata Bakran.
Yang jelas, lanjut Bakran, incumbent tetap masih menjadi pasangan yang paling dikenal. Peluangnya juga lebih besar dibanding pasangan pendatang baru.
“Masyarakat dapat dibagi menjadi tiga. Ada masyarakat yang benar-benar tidak tahu, pura-pura tidak tahu, dan ada masyarakat yang memang benar-benar tahu. Jadi, itu tugasnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan masing-masing tim sukses untuk membuat masyarakat menjadi tahu,” paparnya.
Bakran memprediksi golput di pilkada kali ini masih tetap ada. Karena dari sekian banyak masyarakat Kalbar pasti ada yang merasa kecewa dengan kondisi selama lima tahun berjalan.
“Tetapi kita berharap jangan sampai itu terjadi. Hak pilih itu harus disalurkan. Oleh karena itu, kandidat yang mencalonkan diri jangan hanya bisa mengumbar janji. Tetapi berbuatlah yang bisa dilakukan untuk rakyat,” imbaunya.

Ekonomi rakyat

Dosen Komunikasi Dakwah STAIN Pontianak Ibrahim MS MSi menganggap wajar kalau ada warga masyarakat kurang memedulikan pilgub. Kemungkinan karena sosialisasi atau komunikasi dari penyelenggara pilgub kurang memasyarakat. Atau bisa jadi masyarakat sudah tahu pemenangnya karena melihat sejarah pemilihan tahun 2007 lalu yaitu 1 vs 3.
“Mungkin masyarakat sendiri lebih banyak kerja ketimbang memikirkan politik. Sementara kebutuhan hidup dan ekonomi mereka kurang baik. Jadi wajar kalau mereka tidak memikirkan hal itu,” ujarnya.
Menurutnya, kalau berbicara politik uang, pada saat pilkada tidak asing lagi di telinga masyarakat. Karena sudah biasa dilakukan oleh para calon untuk meraih suara yang lebih banyak. “Sekarang ini kalau tidak ada uang, tidak bisa jadi. Karena masyarakat kita betul-betul membutuhkan itu. Makanya tidak heran politik uang,” katanya.
Kalau masyarakat bawah kurang memedulikan masalah pilgub, itu tugas besar dari penyelenggara pilgub sendiri untuk mensosialisasikan dan berkomunikasi yang baik kepada masyarakat. Supaya dalam pemilihan nanti betul-betul terselenggara dengan baik.
“Mari kita sukseskan pilgub 2012 ini. Jaga kamtibmas dan keharmonisan sesama masyarakat Kalbar. Jangan terpengaruh dengan isu dan provokasi yang tidak benar. Karena hal itu akan memecahkan persaudaraan yang sudah kita bina selama ini,” harapnya.

Rakyat apatis

Tingkat pengenalan masyarakat terhadap empat bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar bervariasi. Salah satunya sama sekali tidak mengenal siapa saja figur yang maju di pesta demokrasi rakyat itu.
“Dibutuhkan riset atau jajak pendapat untuk mengetahui data yang valid apakah masih banyak masyarakat pemilih yang tidak mengenal satu pun bakal calon yang akan maju,” kata Jumadi SSos MSi, pengamat politik dari Universitas Tanjungpura, dihubungi RK, Selasa (10/7).
Menurut dia, jika kenyataannya masih ada masyarakat di provinsi ini yang tidak mengenal kandidat yang maju, apalagi di daerah perkotaan, perlu menjadi catatan para bakal calon tersebut. Ini bisa saja menunjukkan secara politik bakal calon tersebut tidak mengakar atau karena apatisme terhadap pilgub kali ini.
Apatisme terhadap pemilukada itu merupakan tamparan serius kepada parpol dan pemerintah untuk menunjukkan keseriusan dalam memperjuangkan nasib rakyat. Jumadi menilai, apatisme rakyat membuktikan pandangan masyarakat bahwa partai politik dan pemerintah tidak serius dalam memihak kepada rakyat. Berganti pemimpin pun nasib mereka tidak berubah, tidak ada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Solusi untuk meningkatkan kepercayaan rakyat, parpol dan pemerintah harus lebih serius memikirkan nasib rakyat. ”Masyarakat juga ikut menilai para pemimpin. Kalau pemerintah masih suka mengobral janji dalam kampanye pemilukada, maka akan muncul apatisme itu. Untuk itu, pemilukada jangan dijadikan obral janji, tapi realisasinya sulit dan nihil,” tambah Jumadi.
Dia menambahkan, hampir 60 persen masyarakat di Kalbar berpendidikan SD, kemudian kondisi sosial yang tidak bisa mengakses informasi. Ini juga salah satu faktor penyebab masyarakat apatis dan masih ada yang tidak mengenal bakal calon pemimpin di daerahnya.
Seperti diketahui, ada empat bakal pasangan calon yang sudah mendaftar ke KPU Provinsi Kalbar. Di urutan pertama sesuai pendaftaran, pasangan Abang Tambul Husin-Barnabas Simin, pasangan Morkes Effendi-Burhanuddin A Rasyid, pasangan Cornelis-Christiandy Sanjaya, dan pasangan Armyn Angkasa Alianyang-Fathan A Rasyid. (jul/hak/kie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar