Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 20 Maret 2012

Peran Media Minimalisasi Konflik

Pontianak – Menciptakan proses perdamaian memang tidak mudah, sebuah konflik bisa terjadi dari munculnya sebuah opini negatif di masyarakat terhadap salah satu permasalahan. Sehingga media massa berperan dalam meminimalisasi terjadinya sebuah konflik di masyarakat.
Pentingnya peran media ini, disampaikan Kepala Badan (Kaban) Kesbangpol Kalbar Tonny Ferdy, sewaktu memberikan sambutan dalam Workshop Publikasi Media dalam Penanganan Konflik di Hotel Kapuas Palace, Kamis (23/12).
“Melalui workshop diharapkan muncul kesepahaman tentang pentingnya peranan publikasi media dalam mencegah atau mengantisipasi terjadinya konflik,” terang Tonny.
Dikatakan Tonny pula, peranan media dalam meminimalisasi pengaruh konflik terhadap keamanan dan kenyamanan suatu daerah, sangat ditentukan bagaimana media mengolah berita konflik. Sehingga sesuatu yang awalnya memungkinkan terjadinya konflik dapat terkendali.
“Pengaruh publikasi terhadap sebuah konflik sangat besar. Bisa menjadi alat dalam meminimalisasi, namun bisa juga menjadi sebaliknya. Sebuah persoalan yang biasa saja, meledak menjadi konflik besar,” yakinnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CAIREU Eka Hendry, konflik biasanya bermula dari pertikaian antara dua orang atau lebih, selanjutnya berkembang menjadi tindak kekerasan.
“Konflik antarkelompok menjadi topik berita. Karena berdampak terhadap masyarakat lebih luas. Penting menjadi catatan seorang jurnalis, sebuah aturan yang sama ketika berlaku ketika mereka meliputi jenis konflik apa pun,” ujar Eka saat menyampaikan materi pada peserta workshop.
Lanjut Eka, wartawan baik selalu mengonfirmasikan sebuah persoalan pada pihak yang terlibat konflik. Sehingga mereka dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi meskipun hal itu tidak menyenangkan.
Di tempat sama, Faisal Riza ST, Ketua Komisioner KPID Kalimantan Barat, mengatakan konflik dalam media bisa terjadi, bila media lebih mem-blowup kekerasan dibanding dampak. Karena kebanyakan media menggambarkan stigmatisasi pada etnisitas tertentu. Selain itu, konflik terjadi bila media tidak memberikan porsi yang seimbang dalam peliputan, dan yang terakhir media hiperbolik.
“Jika hal-hal ini dilakukan, bisa hancur suatu daerah atau negara kita,” ungkapnya
Reza mengharapkan peserta yang mengikuti kegiatan kali ini dapat menjaga kestabilan hidup yang aman dan nyaman bagi masyarakat. Selain itu, peserta yang dari media juga dapat memberikan informasi yang bersifat konflik dengan seimbang dalam memberitakan suatu persoalan. (ton)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar