Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 21 Desember 2012

TKW Winfaida Trauma Jilati Darah


DOA-UNTUK-SUMARTINI.jpg

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin dan tokoh masyarakat Sumbawa, Hatta Taliwang (tiga kiri) bersama Serikat Buruh Migrant Indonesia berdoa untuk TKW Sumartini binti Manaungi Galisung (33) yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi, Sabtu (2/7) malam. Doa digelar di Bundaran HI Jakarta dengan memajang 28 lilin sesuai jumlah TKI yang terancam hukuman mati.

Dua buku kumpulan coretan pena tenaga kerja wanita (TKW) dikirim khusus untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (1/7).  Selembar di antaranya amat impresif. Judulnya, Surat Berdarah Untuk Presiden. Siapa pengirimnya dan apa isinya?

ADALAH Rosminah sang pengungkap jeritan hati dalam surat berdarah. Perempuan asal Kediri, Jawa Timur, tiga tahun silam tewas mengenaskan di rumah majikannya kawasan Tai Po, Hongkong.

Alkisah, Minah, sapaan akrab Rosminah, tewas secara tragis, dimangsa anjing peliharaan majikannya. "Minah sehari-hari dipekerjakan merawat anjing. Tidurnya pun berdekatan dengan kandang anjing," tutur Suprapti, Divisi Advokasi Migrant Institute Migrant Institute di Kantor Gubernur Jatim, Jumat (1/7) lalu.

Pengalaman tragis Minah lantas direkonstruksi melalui kumpulan surat-suratnya yang pernah dikirim ke sejumlah temannya. Surat Minah dibukukan bertajuk, Surat Berdarah untuk Presiden.

Dalam surat Minah berkisah, sejak di Hongkong ia tak dipekerjakan sebagai pembantu rumahtangga, seperti yang dijanjikan.

Sehari-hari diminta mengurus anjing. Memberi makan, memandikan hingga membersihkan kandang. Minah juga Curhat, ia tak pernah diberi makan dan istirahat secara layak. Hingga suatu malam, insiden tragis terjadi. Minah yang lupa mengunci pintu kandang, diserang anjing buas kesayangan majikan hingga tewas.

"Wanita itu tidak berdaya. Selain tak pernah makan kenyang, tangannya yang selalu bau makanan anjing membuat anjing menerkamnya," tutur Suprapti yang pernah menjadi TKW di Hongkong ini. Meski sempat dilarikan ke Queen Elisabeth Hospital, Minah yang tercabik-cabik tak tertolong.

Tragedi kelam ini muncul dalam versi berbeda di Hongkong. Media Apple Daily melansir Minah bunuhdiri dengan cara mengiris pergelangan tangan di Tai Po. Di tangan korban ditemukan secarik surat yang dijadikan barang bukti. Sedangkan jasadnya dibawa ke Queen Elisabeth Hospital.

                                                                                                                          Gugah Presiden
Migrant Institut berharap, kumpulan surat-surat berisi kata hati para TKW yang diserahkan ke Gubernur Jatim Sukarwo diteruskan ke presiden. Suprapti dan aktivis lainnya berharap, pemerintah melakukan aksi nyata untuk melindungi para TKW di luar negeri.

Tragedi Minah tak jauh beda dialami Winfaida (27). TKW asal Desa Wana Sakti, Kecamatan Batang Hari, Lampung Timur itu mengalami siksaan, bahkan diperkosa majikannya di Malaysia sejak pertengahan 2010.

Masih beruntung Win bisa kembali ke kampung halamannya, 1 Juli 2011. Sekitar pukul 14.00 WIB, Win yang didampingi petugas Disnakertrans dan polisi, mendarat di Bandara Radin Intan Lampung.

Win meninggalkan kampungnya, 29 Juni 2010, dengan harapan meraup ringgit Malaysia. Tujuan utama Win sebenarnya Singapura. Namun, begiti tiba di Batam ia malah dibawa ke Malaysia oleh sponsor yang memberangkatkannya.

Di Malaysia inilah Win menjalani hari-hari suramnya. Dia mendapat perlakuan kejam dari sang majikan keturunan India. "Saya disuruh makan daging babi, mengurusi anjing, mengangkat vas bunga bolak-balik dan mengurus tiga rumah," ungkap Win sambil berlinang air mata.

Tak sampai di situ, hari-hari Win berikutnya diwarnai penyiksaan fisik. Jari-jari tangannya dipatahkan, lengannya ditusuk, darah pun bercucuran di lantai. "Saya dipaksa membersihkan dengan cara menjilati darah sampai bersih. Saya trauma sekali, saya tak mau lagi jadi TKW," ujar Win sambil terisak.

Win kembali ke Tanah Air dengan tubuh cacat. Jarinya membekas setelah patah dan luka di pergelangan tangan bekas tusukan senjata tajam. Ironisnya, Win tak pernah menerima gaji. Satu- satunya harapan, Win ingin membuka usaha di rumah sendiri, jika punya modal.

Ia pun memeringatkan perempuan Indonesia yang ingin menjadi TKW di luar negeri. Win menyarankan wajib paham prosedur dan ke mana melapor, apalagi terjadi masalah. Menurut Kadisnaker Lampung, Setiato, proses hukum terhadap majikan Win sedang dalam persidangan.

"Secara resmi TKI harus cepat lapor konsulat atau KBRI di negara terkait, apabila ada masalah," kata Setiato.
 
                                                                                                           Cengkeraman Perkosaan
Nasib tak kalah tragis dialami TKW Siti Ratih Purnamasari (19) di Arab Saudi . Siti mengalami siksaan dan ancaman perkosaan majikannya. Perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur ini mengancam bunuhdiri, apabila tak segera dipulangkan.

Ancaman Siti disampaikan kepada kedua orangtuanya, Irianto dan Desak Siti Asiah empat hari lalu melalui telepon. Hingga kemarin, Siti masih dalam cengkeraman majikannya, keluarga Abu Kholid, purnawirawan polisi  di Kota Riyadh.

Siti mengaku sering dipukul dan dicekik majikannya, bahkan mengalami perlakuan tak senonoh. Kholid sering masuk kamar Siti lalu menggerayangi tubuhnya. Ketakutan mengalami perkosaan, tiap hari Siti membawa pisau untuk melindungi diri.

Siti di ambang keputus-asaan. Ketika minta dipulangkan, majikannya malah minta uang ganti rugi Rp 11 juta. Derita Siti ini membuat kedua orangtuanya kebingungan. Bahkan, ibunya Desak Siti Asiah langsung sakit. Kian merana, Desak Siti Asiah kini mengalami gangguan jiwa.

"Saya tak ingin terjadi sesuatu terhadap anak saya. Saya berharap pemerintah secepatnya menangani masalah ini. Bapak Presiden harus bisa melindungi warga Negara Indonesia di luar negeri," ratap Irianto.

Tak hanya Irianto yang berharap presiden jadi pahlwan TKI. Jutaan keluarga TKI, termasuk keluarga TKW Sumartini bahkan ingin menemui presiden. "Kami harap bisa bertemu presiden, minta agar Sumartini dibebaskan," kata kerabat Sumartini, Fataruddin Usman.

Setahun lalu, surat Sumartini dari selnya di Penjara Malaaz, Riyadh, membuat keluarganya meradang. Surat itu berisi curahan hati Sumartini. Diceritakannya, ia dituduh menyebabkan anak majikannya, Tisam, yang kala itu berusia 17 tahun, meninggalkan rumah tanpa pamit. Majikannya yang berang menudingnya melakukan guna-guna, sihir.

"Dia disiksa, diancam dibunuh, ditanam di padang pasir," tutur Usman. Sumartini divonis qishas April 2010. Satu Mei 2010 banding yang diajukan KBRI Arab Saudi ditolak.

Tak menyerah, perwakilan Indonesia mengupayakan maaf dari Kerajaan Arab Saudi, namun belum ada jawaban. Eksekusi mati Ruyati binti Satubi di tangan algojo Arab lalu, kian membuat keluarga Sumartini ketar-ketir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar