Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Selasa, 31 Januari 2012

Polisi Tak Menggubris Laporan Penculikan

Yuli Triwati
Syamsul Arifin
Yuli Triwati
 
Pontianak – Yuli Triwati, siswi kelas II SMPN 1 Sanggau Ledo mengalami gangguan psikologi. Wanita tersebut trauma, pada 22 Juni 2011 lalu diculik oleh Iw, pria yang baru dikenalnya. Menurut keterangan F Sarkawi, 50, ayah Yuli, pulang sekolah, putrinya dijemput oleh Iw, sekitar pukul 15.00. Kejadian itu baru diketahui karena biasanya Yuli sudah berada di rumah. Hari itu Yuli tak seperti biasanya. Sampai menjelang petang, gadis yang kini masih berusia 15 tahun ini tak kunjung kembali. “Saya yakin anak saya diculik,” kata Sarkawi saat ditemui di Forum Relawan Kemanusiaan Pontianak (FRKP), Senin (18/7).
Sarkawi panik, kemudian mencari putrinya, hingga akhirnya mendatangi rumah salah satu teman putrinya bernama Ulan. Awalnya Ulan mengaku tidak mengetahui di mana keberadaan Yuli. Namun, setelah didesak dan dibawa ke kantor polisi, Ulan mengakui bahwa Yuli dan Iw naik mobil jurusan Sanggau Ledo-Singkawang dengan Nopol KB 7028 KR warna hitam.
Mendengar pengakuan Ulan, Sarkawi kemudian berniat ingin mencari keberadaan putrinya dengan mencari tahu kendaraan yang ditunjukkan Ulan. Pencarian tak sia-sia, Sarkawi bertemu dengan kernet mobil yang membawa putrinya dari Sanggau Ledo menuju Singkawang.
“Menurut keterangan kernet, setelah nyampai di Singkawang, mereka (putrinya) langsung dibawa menggunakan mobil jurusan Singkawang-Nanga Pinoh menggunakan mobil berplat KB 7615 CA,” kata Sarkawi.
Dilanjutkan Sarkawi, mereka turun di depan Pasar Nanga Pinoh. Yuli mengenakan jaket tutup kepala yang disiapkan Iw. Iw membeli dua tiket bus bangku nomor 26 dan 27, menukarkan satu buah HP seharga dua buah karcis.
“Menurut keterangan kernet bus Singkawang-Sanggau Ledo itu, anak saya memakai jaket dengan tutup kepala. Sepertinya sudah disiapkan oleh pelaku. Mereka membeli dua tiket/karcis dengan cara menukar satu buah HP dengan harga dua karcis,” lanjutnya.
Selang tiga hari kemudian, Sarkawi menyusul putrinya ke Nanga Pinoh. “Informasinya setelah nyampai di Nanga Pinoh, putri saya dan Iw dijemput oleh seorang perempuan berkerudung. Mengetahui hal itu, saya pun melaporkan ke Polsek Nanga Pinoh dengan menunjukkan foto anak saya,” katanya lagi.
Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 1 Juli 2011, sekitar pukul 09.00, seorang perempuan menelepon Sarkawi dan menunjukkan bahwa putrinya ada di kediamannya. “Saya yakin, perempuan yang mengaku bernama Ustariah itu ketakutan, karena beberapa hari sebelumnya pihak kepolisian melakukan penggeledahan. Ustariah menelepon saya dan katanya saya diminta untuk menjemput anaknya, dengan catatan tidak membawa polisi,” paparnya.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, Sarkawi menjemput putrinya di rumah Ustariah di Nanga Pinoh. Benar saja, selain putrinya yang ditampung di rumah itu, ada beberapa gadis lainnya yang berasal dari lain daerah berada di rumah tersebut.
Menurut Sarkawi, adanya dugaan penculikan ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Mulai dari Sanggau Ledo, Polsek Nanga Pinoh, hingga ke Polda Kalbar. Namun sayang, lanjut Sarkawi, pihak kepolisian tidak serius menangani kasus itu. Hingga saat ini kasusnya masih menggantung.
“Saya sudah lapor ke mana-mana, hingga saya juga menyurati Kapolda pada 13 Juli lalu. Tapi hingga kini tidak ada jawaban. Saya minta Ulan, dan pemilik rumah (Ustariah) yang menampung anak saya dipanggil. Karena kemungkinan besar, mereka kenal dengan Iw, laki-laki yang melakukan penculikan itu,” ujarnya.
Sarkawi juga berencana akan melaporkan kasus itu ke Mabes Polri untuk proses lebih lanjut. “Seharusnya Ustariah diperiksa, setidaknya dilakukan BAP, untuk mengetahui sejauh mana perkembangan penyidikan itu. Saya tidak terima, karena kondisi anak saya saat ini mengalami trauma dan tidak mau sekolah,” tegas Sarkawi.
Jika laporannya tidak ditanggapi oleh kepolisian, Sarkawi mengancam akan mendatangi rumah Ustariah. “Kalau memang laporan saya tidak ditanggapi, kami akan mendatangi rumah penampung itu,” ancamnya.
Penanggung Jawab FRKP, Stephanus Paiman, mengatakan, pihak kepolisian saat ini sedang mengalami kemunduran. Beberapa kasus yang didampinginya tidak pernah terselesaikan hingga tuntas.
“Kami minta pihak kepolisian profesional dalam menangani kasus. Kami menduga kasus putri Sarkawi ini ada indikasi trafficking, jadi pihak kepolisian harus mengusut hingga tuntas,” tegas Stephanus. (sul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar