Diceritakan
oleh Prof Dr Junizaf, SpOG(K), pernah ada pria memeriksakan istri yang
baru beberapa hari dinikahi karena di malam pertama mereka tidak setetes
darah pun keluar dari vagina. la merasa tertipu dan mengira keperawanan
sang istri sudah hilang sebelum ia menikahinya.
Melalui pemeriksaan,
uroginekolog dari FKUI RSCM ini justru mendapati yang sebaliknya.
“Selaput dara wanita sangat liat sehingga belum berhasil ditembus di
malam pertama mereka,” tuturnya. Dan setelah mendapat penjelasan yang
benar, pria itu pun memahami kekeliruannya dan mengurungkan niat
menceraikan istri barunya itu.
Ketidaktahuan soal keperawanan
dan organ reproduksi tak hanya terjadi pada pria. Banyak wanita juga
masih memiliki pengetahuan yang sangat minim. Tak heran, redaksi kerap
menerima pertanyaan, “Apa berhubungan seks sekali saja, keperawanan bisa
hilang?”, “Bisakah hamil kalau hubungan intim hanya satu kali?”,
“Apakah memasukkan jari ke vagina bisa merusak selaput dara?”, “Mengapa
tidak keluar darah waktu pertama kali berhubungan?” Dan ada banyak
pertanyaan serupa.
Bisa robek tanpa seks
Memang tidak mudah menilai
keperawanan karena banyak hal yang bisa ikut memengaruhi. Ditegaskan
oleh Dr Budi ML, SpOG, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Jatisampurna,
virginitas tak bisa diukur dari robeknya selaput dara. Tak bisa juga
dilihat secara kasat mata melalui ciri-ciri fisik seperti payudara turun
atau pinggul yang mengendur.
“Keperawanan harus dilihat dan
diperiksa melalui tes medis yang dilakukan oleh dokter ahli. Tidak bisa
dilihat dari fisik saja,” ucapnya kepada GHS.
Memang masih terus beredar mitos
di kalangan remaja maupun orang dewasa bahwa wanita yang sudah tidak
perawan dapat diketahui dari tanda-tanda fisiknya, seperti pantat turun,
payudara mengendur, atau cara berjalan yang tidak lagi lurus.
Menurut Dr Budi, mitos tersebut
sebenarnya keliru, tetapi karena telanjur diyakini oleh sebagian
masyarakat, seolah-olah benar. Begitu juga dengan mitos keperawanan yang
diukur dari perdarahan yang timbul akibat pecahnya selaput dara.
“Selama ini masyarakat
berpendapat bahwa keperawanan seseorang akan hilang ketika berhubungan
seksual, yang menyebabkan pecahnya selaput dara. Padahal, selaput dara
kondisinya berbeda antara satu wanita dengan lainnya,” ujarnya.
Ada selaput dara yang tipis
sehingga lebih mudah robek atau pecah. Ada pula selaput dara yang sangat
kuat atau liat sehingga tidak mudah pecah. Yang perlu dipahami juga,
pecahnya selaput dara tidak harus melalui hubungan seksual saja.
“Aktivitas olahraga seperti
senam, benturan karena jatuh, dan lainnya juga bisa menyebabkan selaput
dara sobek,” tuturnya. Penggunaan tampon saat menstruasi juga dapat
menyebabkan selaput dara robek.
Elastisitasnya berbeda
Jenis selaput dara juga
beragam. Jika selaput dara kaya akan pembuluh darah, otomatis ketika
pecah akan terjadi perdarahan cukup banyak. “Sebaliknya, jika selaput
dara tersebut tidak memiliki pembuluh darah, otomatis ketika pecah juga
tidak berdarah,” ucap Dr Budi.
Jadi, perdarahan pada saat
hubungan seksual tidak bisa dijadikan tolok ukur menilai keperawanan
seorang wanita. Justru perdarahan bisa saja terjadi karena pengencangan
atau ketegangan pada vagina, yang sering disebut kelainan vaginismus,
pada saat hubungan seksual. Kondisi ini menandakan si wanita tidak bisa
menikmati hubungan intim, malah bisa saja ia merasa sakit dan tersiksa.
Bila kedua pasangan dapat
menikmati hubungan seksual dengan baik sehingga tidak menimbulkan
ketegangan pada vagina, kemungkinan terjadi perdarahan sangat kecil,
malah mungkin sama sekali tidak terjadi. Itu artinya, tambah Dr Budi,
tak hanya suami yang menikmati hubungan seksual tersebut, tetapi istri
juga bisa menikmatinya.
Selaput dara, lanjutnya, berupa
lipatan mukosa tipis yang mengelilingi jalan masuk vagina. Terdapat
beberapa bentuk dan berbeda pada tiap wanita, serta memiliki elastisitas
yang berlainan pula.
Itu sebabnya tidak semua wanita
mengeluarkan darah pada saat hubungan seksual pertama. Ada yang baru
keluar setelah beberapa kali berhubungan, bahkan ada yang tidak keluar
darah sama sekali.
“Jangan heran jika ada wanita
yang telah berulang kali melakukan hubungan seksual, namun sama sekali
tidak pernah keluar darah,” tutur dokter spesialis kebidanan dan
kandungan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar