Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Kamis, 05 Juli 2012

Pedalaman Sudah Lama Melambung

Putussibau - Di ujung aliran Sungai Kapuas, sejak bertahun-tahun silam harga BBM sudah melambung tinggi. Petinggi Pertamina dan pejabat tinggi di Pontianak, terlebih Jakarta, mana mau ambil pusing sengsaranya rakyat di pedalaman?
“Terus terang, jatah saja kurang. APMS (Agen Premium dan Minyak Solar) yang ada di Putussibau ini harus melayani seluruh warga Kapuas Hulu hingga ke ujung Sungai Kapuas. Ditambah jalur lintas utara sepanjang daerah perbatasan. Kalau per hari dua tangki, mungkin baru bisa melayani semua masyarakat,” ungkap Sugianto alias A Cong, pemilik salah satu APMS di Putussibau.
Siapa peduli harga BBM di republik ini naik? Di pedalaman Kapuas Hulu harga premium di atas Rp10.000 per liter, kecuali di APMS masih Rp4.500. Kapuas Hulu belum ada SPBU selain dua APMS di Putussibau dan satu di Kecamatan Pengkadan. Celakanya, jatah sehari APMS cuma satu tangki.
“Jadi yang namanya antrean sudah menahun. Begitu minyak datang habis seketika diserap kendaraan yang sudah berjubel duluan minta diisi. Bahkan banyak warga yang selalu tidak kebagian. Kadang APMS tidak buka karena minyak tak datang,” ungkap A Cong.
Selain APMS, saat ini kios-kios di Putussibau banyak yang tutup. Kalaupun buka harganya mencapai Rp10.000 hingga Rp13.000 per liter. Tentu saja harga kios tidak bisa diatur oleh pemda setempat yang mengeluarkan HET lantaran kebutuhan lebih tinggi dari stok.
Terlebih, Kapuas Hulu terus bertumbuh dan jumlah kendaraan juga meningkat. Apalagi banyak perusahaan sawit dan transmigrasi yang masuk menghidupkan ekonomi Uncak Kapuas. Semua butuh BBM, tak peduli harga asal barang ada.
Menjelang kenaikan harga antrean semakin panjang di setiap APMS. Warga berlomba-lomba mendapatkan BBM sekadar mengisi kendaraannya agar penuh duluan sebelum subsidi dikurangi. Dua APMS di Putussibau kewalahan tiga hari terakhir melayani antrean motor dan mobil.
Yang jelas pedalaman bak anak tiri dalam jatah BBM. APMS milik Jumhani hanya dijatah Pertamina 25 tangki premium dan 10 tangki solar sehingga tidak mampu melayani seluruh masyarakat.
“Sejauh ini belum ada penambahan. Harapan kita semoga Pertamina bisa memerhatikan daerah perhuluan khususnya Kapuas Hulu. Setiap bulan pertambahan kendaraan semakin banyak. Kuota sekarang tidak memenuhi,” katanya.
AMPS Jumhani tidak melayani jeriken yang harus memiliki legalitas dari pemda. “Kalaupun ada mesti jelas tujuannya dan tidak bisa banyak. Toleransi ini diberikan mengingat daerah-daerah perhuluan Kapuas Hulu perlu minyak juga,” ujarnya.
Untuk mengawasi antrean dan penimbunan Polres Kapuas Hulu menebar anggota dan juga pengamanan APMS. “Setiap APMS ditempatkan 15 personel, 10 petugas berseragam, dan 5 berpakaian preman. Artinya pam terbuka dan pam tertutup,” kata AKBP Dhani Kristianto SIk, Kapolres Kapuas Hulu.
Dhani berusaha menertibkan pengecer-pengecer yang menggunakan jeriken dan tangki siluman. Termasuk menertibkan di APMS, yang berusaha memanfaatkan situasi menjelang kenaikan BBM. “Kami dari aparat kepolisian selalu berupaya untuk menindak pelaku-pelaku penimbun BBM,” tegasnya.

Antrean rutinitas

Di Kabupaten Melawi juga hanya ada tiga SPBU terpusat di ibu kotanya, Nanga Pinoh. Kemarin antrean panjang di SPBU Tahlud, Km 4 dan Sidomulyo bukan karena BBM mau naik harga, tapi rutinitas tahunan.
Ditambah pula sepeda motor yang ikut mengantre di jalur yang telah ditentukan. Mereka ini distributor bensin dan solar untuk daerah terpencil. Mafhum saja, Pertamina tidak akan mampu mendistribusikan BBM hingga ke pedalaman.
SPBU sendiri berupaya adil. Konsumen umum mengantre untuk kebutuhan sendiri disediakan jalurnya. Distribusi bensin dan solar di Melawi memang beda, kebutuhan lebih besar dari pasok alias kuota.
Pasalnya, banyak warga butuh bensin dan solar untuk kendaraan air, dompeng, dan genset untuk penerangan. Terutama di pedalaman Melawi, sehingga bensin dan solar tak ubahnya emas cair yang langka dan mahal.
“Sebelum kenaikan BBM, di Melawi sudah seperti ini. Antrean panjang harga pun mahal. Apalagi musim panas, ponton pengangkut BBM tidak bisa melintasi Sungai Kapuas di Sanggau. Maka harga BBM akan naik,” tutur Faisal saat mengantre bensin di salah satu SPBU di Nanga Pinoh.
Langkanya BBM saat musim kemarau sudah berlangsung bertahun-tahun hingga warga menyesuaikan diri dan tidak butuh demo. “Harga bensin di Nanga Pinoh antara Rp7.000 hingga Rp8.000. Sempat turun hingga Rp6.500. Dari dulu memang seperti itu. Sebelum ada kabar kenaikan BBM, harga bensin sudah seperti itu. Di pedalaman bisa mencapai belasan ribu,” ungkap Faisal. (aRm/aji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar