the sun
ilustrasi
Baca Juga
Berita Terkait: Perkosaan di Angkot
JAKARTA
- Kasus perkosaan di angkot M-26 di Depok, menyeret AI (18) sebagai
perempuan yang diduga terlibat dalam tindak kejahatan yang dilakoni sang
pacar.
Sempat ditahan bersama kekasihnya, AI akhirnya dibebaskan Kamis (29/12/2011) namun dikenai wajib lapor. Berikut penuturan AI yang merasa syok dan kecewa dalam wawancara dengan Tabloid Nova:
Di usia yang masih 18 tahun, nasib memaksaku mengalami tragedi yang sama sekali tak pernah kuinginkan. Aku terseret pusaran kasus kriminal yang dilakukan pacarku sendiri. Belum genap setahun, masa kuliah yang baru kujalani pun harus terhenti. Cita-cita dan keinginanku untuk aktif di organisasi bela diri dan klub drama kampus pun harus pupus seketika.
Semua berawal saat aku berkenalan dengan YBR (18). Kakak iparku, C, yang mengenalkan aku dengannya. Pertama berjumpa, kesan lelaki ini sangat baik dan penuh perhatian sampai-sampai ia membuatku terpesona. Tak ada perilaku yang mencurigakan dari dirinya. Tampilan fisiknya meyakinkan, meski di tangan kirinya terdapat bekas tato. Aku tak ingin berprasangka macam-macam. Atau memang aku yang begitu lugu? Begitu terpesonanya hingga selang beberapa waktu, kami pun mulai resmi berpacaran.
Layaknya hubungan asmara yang sudah bukan lagi cinta monyet, aku memperkenalkan YBR kepada Bapak di rumah. Namun, beliau tak terkesan dengan kehadiran YBR. Singkat kata, ada yang membuat Bapak tak suka aku pacaran dengannya. Padahal, menurutku, YBR bisa menjadi lelaki yang diandalkan, meski dia tidak kuliah dan aku tak tahu persis apa pekerjaannya. Yang jelas, dia selalu mengabulkan apa yang aku minta.
Teman-temannya juga baik kepadaku. Begitu tahu aku mengidap kanker payudara, mereka sukarela patungan mengumpulkan uang untuk membayar biaya pengobatanku yang tak murah. (bersambung)
Sempat ditahan bersama kekasihnya, AI akhirnya dibebaskan Kamis (29/12/2011) namun dikenai wajib lapor. Berikut penuturan AI yang merasa syok dan kecewa dalam wawancara dengan Tabloid Nova:
Di usia yang masih 18 tahun, nasib memaksaku mengalami tragedi yang sama sekali tak pernah kuinginkan. Aku terseret pusaran kasus kriminal yang dilakukan pacarku sendiri. Belum genap setahun, masa kuliah yang baru kujalani pun harus terhenti. Cita-cita dan keinginanku untuk aktif di organisasi bela diri dan klub drama kampus pun harus pupus seketika.
Semua berawal saat aku berkenalan dengan YBR (18). Kakak iparku, C, yang mengenalkan aku dengannya. Pertama berjumpa, kesan lelaki ini sangat baik dan penuh perhatian sampai-sampai ia membuatku terpesona. Tak ada perilaku yang mencurigakan dari dirinya. Tampilan fisiknya meyakinkan, meski di tangan kirinya terdapat bekas tato. Aku tak ingin berprasangka macam-macam. Atau memang aku yang begitu lugu? Begitu terpesonanya hingga selang beberapa waktu, kami pun mulai resmi berpacaran.
Layaknya hubungan asmara yang sudah bukan lagi cinta monyet, aku memperkenalkan YBR kepada Bapak di rumah. Namun, beliau tak terkesan dengan kehadiran YBR. Singkat kata, ada yang membuat Bapak tak suka aku pacaran dengannya. Padahal, menurutku, YBR bisa menjadi lelaki yang diandalkan, meski dia tidak kuliah dan aku tak tahu persis apa pekerjaannya. Yang jelas, dia selalu mengabulkan apa yang aku minta.
Teman-temannya juga baik kepadaku. Begitu tahu aku mengidap kanker payudara, mereka sukarela patungan mengumpulkan uang untuk membayar biaya pengobatanku yang tak murah. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar