Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Kamis, 26 Januari 2012

Hendak Diperkosa, Sering Dikejar Manusia Bertopeng

Derita Para TKW di Negeri Jiran (bagian 2)

Hendak Diperkosa, Sering Dikejar Manusia Bertopeng
Salah satu TKW (belakang) yang sering disiksa majikannya di Malaysia. (Dokumen Equator)
 
Bermacam-macam kisah pilu tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Ada yang disiksa hingga psikisnya terganggu hingga dipekerjakan sebagai pelacur. Belum kapok?

Hampir dua tahun Eka (13) bekerja di Miri Malaysia. Selama itu pula siksaan fisik kerap datang bertubi-tubi. Badannya yang lebam membiru membuktikan gadis manis asal Darit, Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak ini tak henti mendapat kekerasan fisik.
Kini, nasib Eka sungguh memprihatinkan karena kejiwaannya juga terganggu. Kamis (14/10) Eka dibawa ke unit pelayanan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Jalan Alianyang Pontianak.
Seperti hari sebelumnya, Eka seolah tak memiliki lagi kepercayaan diri. Ia dihantui ketakutan. Terbukti ketika memasuki pelataran bangunan RSJ, tangannya menggenggam erat temannya, Siti, yang turut mengantar gadis tersebut untuk diobati kejiwaannya.
Eka yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) di salah satu keluarga di Miri ini awalnya dibawa bibinya. Ia dijanjikan mendapat gaji sebesar 300 hingga 400 ringgit. Namun setelah bekerja, haknya itu tidak pernah diberikan sang majikan hingga Eka nekat kabur dan ditemukan Polis Diraja Malaysia (PDRM) yang selanjutnya membawa ke Konsulat Jenderal (Konjen) RI.
Kepala Seksi (Kasi) Jaminan Sosial Dinas Sosial Provinsi Kalbar, Abdillah mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Anak dan Perempuan Provinsi Kalbar mengingat Eka merupakan korban perdagangan anak (trafficking) di bawah umur.
“Dari hasil koordinasi itu, Eka sementara dibawa ke RSJ Alianyang untuk menjalani proses penyembuhan, karena kondisi gadis itu masih sangat memprihatinkan. Bahkan sudah beberapa kali Eka berteriak seperti ketakutan,” ujar Abdillah.
Agustini, salah seorang staf  di Dinas Sosial Kalbar bagian penanganan pemulangan TKI bermasalah mengatakan, selain Eka, lima orang TKI rekannya sudah dipulangkan ke tempat asalnya.
Mengenai biaya pemulangan itu, berasal dari Departemen Sosial. “Tapi kita dahulukan menggunakan dana talangan yang ada. Setelah itu baru kita klaim ke pusat. Sedangkan biaya pengobatan langsung dari Departemen Kesehatan karena dana itu tidak melekat di Dinas,” papar Abdillah.
Kelima TKI yang disiksa di Malaysia dan dipulangkan ke kampung halamannya, Kamis (14/10), yakni Rani (25) warga Probolinggo Jawa Timur, Siti Puji A (30) warga Indramayu bekerja di Kedai VCD, Agustina (19) warga Seluas Kabupaten Bengkayang, Sarinem (35) warga Ngawi bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan Kamsiah (37) warga Indramayu yang bekerja merawat nenek majikannya.
Malaysia sering dijadikan tujuan bagi para pencari kerja di tengah sulitnya lapangan pekerjaan. Kisah memilukan juga sering menimpa para TKI maupun TKW. Namun arus tenaga kerja makin saja deras. Sebagian di antara para TKI itu ada yang kapok.
Siti Puji A, yang bekerja di Kedai VCD milik Hong Leong selama enam bulan mengaku kapok mencari uang di negeri jiran. “Ternyata disana banyak yang jahat, hampir tiap malam saya mau diperkosa,” ungkapnya.
Siti menceritakan, dirinya bekerja di Malaysia berawal ketika ada salah seorang agen penyalur tenaga kerja asal Jakarta yang baru ia kenal mengiming-iminginya kerja di Malaysia bisa mendapat uang yang banyak, dan keselamatan serta jaminan hukum dijamin negara.
“Awalnya saya tidak mau, tapi setelah beberapa kali dibujuk akhirnya saya ikut. Lagi pula di Indonesia mencari kerja juga sulit. Belum lagi kondisi ekonomi keluarga yang serbasusah,” kata Puji.
Kemudian, sekitar Februari 2010, Puji berangkat ke Malaysia melalui Pontianak dan selanjutnya menuju ke Entikong menggunakan bus. “Memang saya dipekerjakan di sana, setelah kerja kerap kali mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang di sana. Bahkan sering mau diperkosa orang bertopeng,” kata Siti.
Masalah makan dan minum memang selalu dipenuhi majikannya, tapi kalau menyangkut hak seperti gaji, tidak seperti apa yang diimpikan Puji. Justru sebaliknya, tidak pernah diberikan gaji. Ketika mau pinjam uang juga tidak diberi sepeser pun. “Saya dijanjikan gaji 450 ringgit tapi tidak pernah dibayar, ini sama saja saya dijajah,” ujarnya.
Merasa tidak betah, Puji memilih lari ke hutan dan menemukan sebuah perkampungan suku Dayak Iban. Selama di perkampungan itu, dia membantu pemilik rumah tempat ia tinggal bertani. Hingga pada akhirnya dijemput perwakilan Kedutaan RI dan kembali ke negara tercintanya Indonesia. Kejadian yang dialami para TKI, khususnya TKW tak ubahnya pepatah, hujan batu di negeri sendiri lebih enak ketimbang hujan emas di negeri orang. (jul/bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar