Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Jumat, 20 Januari 2012

Berawal Kenalan di Warung Pinggir Jalan

Kisah Pemuda Penikmat Tante Girang

Oleh Syamsul Arifin

Hidup konsumtif kadang bisa mengaburkan norma atau moral. Banyak di antara kita terjebak dalam kenistaan hanya gara-gara ingin hidup mewah.


Kota Pontianak semakin membesar dan menuju metropolitan. Segala hal bisa kita dengar dan dibaca di surat kabar atau ditonton di televisi. Kadang hal yang tak lazim, justru marak di Kota Khatulistiwa ini.

Beberapa hari lalu, saya ngobrol dengan salah seorang pemuda. Usianya kira-kira 20 tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan swasta. Tampangnya saya bilang cukup ganteng dan supel. Saya ngobrol dengan dia di warung kopi persis di depan kantor saya. Nama pemuda itu sebut saja Joni (nama samaran), berasal dari Kapuas Hulu. Dia sudah lama tinggal di Pontianak.

Awalnya kami terlibat obrolan mengenai makin maraknya seks bebas di kalangan remaja. Dari persoalan perdagangan anak SMA yang semakin jelas dan tak terbendung, sampai juga persoalan pemakaian narkoba. Joni ternyata mengetahui persis dunia esek-esek di kalangan remaja itu.

“Saya tahu soal perdagangan anak-anak SMA itu, bang! Itu sih lagu lama sebenarnya. Banyak anak SMA sekarang suka pesta seks sesama mereka. Bahkan, tidak jarang di antara mereka yang menjadikan seks untuk menikmati hidup mewah,” kata Joni yang saya traktir segelas kopi dan sebungkus rokok.

Joni sangat tahu dunia itu. Dia hafal soal tarif untuk anak-anak SMA yang bisa di-booking. Bahkan, cara mainnya juga dia tahu. Termasuk tempat untuk mendapatkan “ayam segar” itu dia juga paham. Saya hanya geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba dia menyinggung soal sindikat tante girang. Joni juga sangat paham soal sindikat tante-tante girang itu. Ternyata, dia adalah mantan penikmat tante girang. Saya sangat tertarik cerita itu. Saya memang sering mendengar soal tante girang, namun tak pernah mendengar langsung dari penikmatnya.

“Terus terang bang, saya juga pernah main dengan tante girang. Tapi, saya sudah lama berhenti, kapok bang. Makanya sekarang saya kerja, lebih enak hasil keringat sendiri,” kata Joni yang sangat mengejutkan saya.

Saya berusaha untuk mengorek cerita Joni yang pernah menikmati tante girang. “Gimana awalnya kok bisa kecantol dengan tante-tante,” tanya saya.

“Waktu itu saya tak sengaja nongkrong di warung pinggir jalan persis di depan Asmi Imam Bonjol. Saya dengan kawan ketika itu. Sedang asyik duduk, ternyata di dekat saya ada cewek kira-kira umur 20 tahun. Rambutnya dicat merah. Dia menghisap rokok mild. Iseng-iseng, saya ajak kenalan. Ternyata, cewek itu menyambut hangat perkenalan saya,” ujar Joni.

Dari perkenalan itu ternyata berlanjut. Joni dengan senang hati memberikan nomor HP-nya. Begitu cewek itu yang kemudian diketahui ternyata seorang tante girang. Suami cewek itu adalah anggota TNI AL. Dia sering tinggal suaminya berlayar. Dia telah mempunyai anak satu. Dia merasa kesepian bila ditinggal suaminya.

“Awalnya saya hanya iseng. Ternyata, cewek itu begitu nafsu ingin berkenalan dengan saya. Kebetulan kita masih muda, ceweknya lumayan lagi, saya ladeni dengan senang hati. Setelah dari warung pinggir jalan itu, kami sering ketemu di kafe-kafe,” ujar Joni.

Nantikan kisah selanjutkan pertualangan Joni menikmati sensasi tante girang di Kota Pontianak. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar