Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Kamis, 29 Maret 2012

Hatta Dikritik Tokoh Perempuan saat Sosialisasi Harga BBM


Hatta Dikritik Tokoh Perempuan saat Sosialisasi Harga BBM

Menteri Perekonomian Hatta Rajasa saat membuka secararesmi pekan mode Indonesia Fashion Week 2012 didampingi Menteri Perindustrian M S Hidayat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sjarifuddin Hassan, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, meresmikan program yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan industri fashion Indonesia melalui pemberdayaan dari berbagai sisi, yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC). Kamis (23/2/2012) lalu. 


JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengumpulkan semua organisasi perempuan untuk memberikan sosialisasi kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Usai memaparkan pemikiran pemerintah menaikkan harga BBM, Hatta langsung mendapat kritik dari Cri Puspa Dewi Motik Pramono atau lebih dikenal dengan nama Dewi Motik, Ketua Umum Kowani (Kongres Wanita Indonesia) periode 2009-2014.
Dewi Motik mengkritik cara berbahasa Hatta yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mensosialisasikan kebijakan pemerintah mengapa menaikan harga BBM subsidi sebesar Rp 1.500 per liter.
“Maaf Pak Hatta, yang mesti omong seperti ini, ya, ada cara mensosialisasikan. Kita aja yang punya pendidikan agak berat tadi, apa yang bapak omongin tadi. Walaupun kita insya Allah mengerti. Tapi jujur Pak, berat. Tadi saya lihat ada ibu-ibu yang begong gitu, Pak. Namun kan, ini sesuatu yang berat banget,” kata Dewi Motik, dalam sesi tanya jawab.
Sosialisasi kenaikan harga BBM ini juga turut dihadiri SIKIP (Istri Menteri-menteri Kabinet), Aliansi Perempuan, dan Darma Pertiwi.
Apalagi, menurut Dewi Motik, banyaknya istilah asing dan bahasa Inggris yang dipakai Hatta Rajasa dalam pemaparannya, menambah peserta sosialisasi tak banyak menangkap materi yang disampikan.
Belum lagi, tidak semua anggota masyarakat termasuk wartawan paham dengan hal itu.
“Maaf, cuman mungkin bahasa, berbahasa juga mesti kita harus jujur tidak semua wartawan kita mengerti bahasa Inggris. Dan tidak semua orang mengerti bahasa asing. Yang tadi saja bapak terangkan tadi, saya hitung ada 100 atau 200 bahasa asing yang digunakan. Itu susah, Pak,” keluhnya.
Kalau menurut saya, imbuh Dewi, waktu memberikan penjelasan baiknya menggunakan bahasa yang sederhana dan gampang dicerna oleh semua kalangan masyarakat.
“Apalagi tadi bapak bilang fiskal kita “bleeding”. Bapak, bahaya bilang begitu, kalau perempuan mengartikannya jadi bingung, mau melahirkan kah,” kritiknya.
“Tolong bapak pakai bahasa-bahasa sederhana untuk orang-orang sederhana 250 juta orang Indonesia yang pinter mungkin hanya satu persen. Yang lain adalah yang hanya mengerti bahasa sederhana,” ia melanjutkan.
Menanggapi kritik tersebut, Hatta Rajasa mengatakan, dirinya saat ini ada di dalam pertemuan organisasi perempuan di Indonesia dan menganggap ibu-ibu yang hadir adalah pimpinan, dan tokoh-tokoh.
“Pasti bahasanya itu paham. Jadi saya ambil yang itu. Tapi ada juga komunikasi dengan bahasa karikatur. Saya tidak tega kalau bahasa karikatur sama ibu-ibu,” jawabnya.
Lebih lanjut, Hatta mengatakan, dalam mengkomunikasikan sesuatu terdapat empat model bahasa yang digunakannya. Termasuk bahasa yang sederhana sekali.
“Saya kebetulan kalau berbicara kepada masyarakat bawah lain lagi. Tapi saya gunakan ini jadi saya harapkan ibu-ibu bisa paham, dan saya yakin paham.”
“Tapi saya setuju dengan Ibu Motik bahwa memang kita harus tepat berkomunikasi itu. Dengan audiens seperti apa. Bahasa saya ini sama waktu saya sama rektor-rektor se-Indonesia. Jadi ibu-ibu saya anggap kelasnya sama dengan rektor-rektor,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar