Riwayat Awal
Ahmadiyah merupakan sekte atau gerakan sempalan dalam Islam yang
menggeliat di awal abad 20, tepatnya pada 1889, di mana lahir Jemaat
Muslim Ahmadiyah. Akarnya adalah sebagian keyakinan bahwa akhir zaman
telah tiba, dan pembawa gerakan ini Mirza Ghulam Ahmad merupakan orang
yang terpilih sebagai Messiah atau dalam keyakinan Islam disebut sebagai
Al-Mahdi yang akan menuntun umat manusia kepada Islam sebenarnya.
Ajaran yang mengambil Islam Sunni sebagai rujukan ini berkembang di
Inggris, tentu saja berkat kebijakan kolonialis Inggris di tanah
Hindustan, yang tidak begitu mencampuri urusan Agama dan keyakinan.
Faktanya, pada masa itu, umat Islam di tanah Hindustan lebih
memperhatikan bagaimana hubungan antara kaum Muslim dan Hindu, setelah
kerajaan Mughal sebagai kerajaan Islam terakhir di India jatuh di bawah
kaki Inggris.
Pada babakan berikutnya, jamaah Ahmadiyah terbagi dalam dua
kepemimpinan. Yakni Jamaah Ahmadiyah di Qodyan, dan Jamaah Ahmadiyah di
Lahore. Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar dari keduanya. Namun
yang lebih prinsipil, jemaah Lahore tidak mengakui Mirza Ghulam Ahmad
sebagai Nabi, melainkan sebagai pembaharu saja.
Berkembang di Tengah Ketidakpastian
Faktor lain yang menumbuhkembangkankan gerakan Ahmadiyah adalah
jatuhnya kekhalifahan Usmaniyah. Kemudian, diikuti dengan dikuasainya
Ka’bah di Mekkah oleh keluarga Saud yang menginduk gerakan Islam
Wahabbi.
Selain itu, terdapat gerakan pembaharuan pan-Islamisme yang
dibawakan oleh Jamaludin Al Afghani menegaskan bahwa Islam tidak harus
berbentuk Kekhalifahan, sehingga muslim di dunia berhak membangun negara
atau bangsanya sendiri. Maka di penjuru bumi muncullah gerakan Islam
serupa yang membawa jenis pemimpin rohani yang bermacam-macam bentuknya,
dari Salafi, Mujadidi, Tarikat, Sufi, dsb.
Situasi umat Islam sangat tidak jelas. Harus menginduk ke mana?
Harus mengacu kepada siapa? Karena itulah ketika Mirja Ghulam Ahmad
mengakui bahwa dirinya adalah salah seorang pembaharu Islam, hal ini
sangat menarik bagi umat muslim Hindustan yang membutuhkan kepastian
kepemimpinan rohani.
Ajaran Mirza Ghulam Ahmad mendapat tempat, karena memang situasi
umat Islam pascaruntuhnya kekhalifahan terakhir begitu menderita di
tengah kolonialisme barat. Bagi umat Islam pengikut Mirza Ghulam Ahmad,
kondisi dunia seolah mendekati kiamat. Maka tidak heran ajaran Ahmadiyah
tumbuh pesat. Saat ini di Pakistan saja pengikutnya berjumlah 4 juta
Jiwa. Dan secara keseluruhan di dunia jumlah pengikutnya mencapai 150
juta orang.
Kontroversi Aqidah
Sisi kontroversial dari keyakinan yang dibawa oleh pembaharuan
gerakan Ahmadiyah adalah status dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri. Dirinya
mengakui mendapatkan nubuwat atau ilham kenabian. Padahal Islam menolak
Nabi dan Rasul lain setelah Muhammad SAW.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan mencolok dari keyakinan
Islam secara umum, yang berkaitan dengan masalah nubuwat mengenai
kiamat, dan beberapa permasalahan dasar Aqidah, yang bagi umat Islam
sudah final tidak bisa diutak-atik lagi.
Bersamaan dengan kontroversi itu. Adalah rentetan kekerasan atas
nama Agama di seluruh penjuru dunia. Karena bagi umat Islam mainstream,
apa yang dilakukan oleh Ahmadiyah merupakan penodaan terhadap kesucian
Islam. Tidak heran umat Islam mengabaikan sumbangsih yang telah
diberikan oleh pengikut Ahmadiyah, dan menyebutnya sebagai sumbangsih
dari nonmuslim.
Saat Ini
Memasuki tahun-tahun awal millenium, ajaran mengenai hari akhir
masih laku dijual. Bahkan, film tentang kiamat dengan spesial efek yang
hebat: 2012 dikerumuni antrean penonton. Ini bisa dikategorikan bahwa
ajaran Ahmadiyah masih bisa bertahan hidup dan semakin banyak
pengikutnya. Walaupun, tidak semua kalangan mengindikasikannya demikian.
Ajaran Ahmadiyah ini ditolak di banyak negara Muslim, termasuk di
Indonesia. Tetapi, dengan lindungan kebebasan dan humanisme yang modern,
aksi menghalangi peribadatan Ahmadiyah, bisa dikategorikan sebagai
pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar