Ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SUARA ENGGANG POST!

Rabu, 18 Januari 2012

Idola Rangga Sentap

Melirik Kehidupan Wanita Telok Melano (4)

Dengan rambut mayang terurai, kulit kuning langsat, kerling mata bening menawan, bibir tipis ranum, lekuk tubuh semlohay, Nisa (bukan nama sebenarnya) pernah menjadi idola Rangga Sentap. Saat itu dia baru terjun di bisnis tertua di dunia, yaitu pelacuran.

Nisa berpakaian cukup sopan daripada wanita tuna susila (WTS) atau pekerja seks komersil (PSK) di Rangga Sentap pada umunya. Nisa biasa berpakaian kaos lengan panjang atau baju hem lengan pendek, celana bahan jeans atau katun panjang.

Kadang kala rambutnya tergerai rapi atau diikat ke belakang macam ekor kuda. Para pelanggannya biasa mencarinya dengan kode, Amoy Melano, walaupun sebenarnya dia awek Melayu.

Bisnis kayu yang tidak lagi menggurita di wilayah selatan Kalbar, banyak ekonomi keluarga porak-poranda. Salah satunya yang dialami Nisa, hingga berujung perceraian. Demikian juga dengan pasangan nikah muda lainnya, terbentang dari Teluk Batang (Kabupaten Kayong Utara) hingga Kendawangan (Kabupaten Ketapang).

Nisa mengaku pernah melayani dalam semalam sebelas laki-laki penjahat kelamin alias si hidung belang mata keranjang. “Jujur saja, saya tidak menikmati persetubuhan itu. Hati saya lebih perih daripada sakitnya badan ini ketika dibanting-banting, dioseng hingga dibolak-balik pelanggan,” keluh Nisa dengan kerling matanya menerawang jauh.

Minuman bersoda diteguknya hingga leher putihnya bergerak. Kalau dilihat lelaki hidung belang dipastikan akan terangsang. Mungkin saja minuman itu untuk mendinginkan hatinya yang panas ihwal perbuatan yang disadarinya keji, jadi pelacur!

“Anak saya itu perempuan. Demi Allah tak boleh jadi begini (pelacur, red), dia harus berpendidikan. Apalagi bupati kami (Bupati Kayong Utara Hildi Hamid, red) sudah menggeratiskan pendidikan untuk kanak-kanak di kampung saya di sana (Kecamatan Simpang Hilir, red),” ucap Nisa.

Dia mengaku pernah dipaksa Induk Semang (sebutan Germo) untuk melayani dua pria sekaligus. Dua pelanggan itu merupakan sopir truk pengangkut kayu dari hutan ke pelabuhan Ketapang, untuk dikirim ke Malaysia Timur.

“Demi Rp 500 ribu karena dua orang sekaligus, ya mereka patungan bayarnya ke saya. Entah macam mana pula, satunya sudah selesai dengan keringat macam sebiji jagung, kawannya minta di dubur (anus). Saya tak mau, berteriak dan lari ke bawah (kamar layanan ada di atas, red) dengan kain penutup tilam,” ujar Nisa mengisahkan.

Wanita itu trauma dengan kejadian itu. “Semua pelacur di Rangga Sentap yang Islam tak mau digenjot dari dubur. Ada adat di sini, entah siapa yang memulai, akan dianggap murtad (keluar dari agama, red) kalau bersetubuh dari dubur. Heran kan. Saya juga heran, sebab perbuatan zina ya memang dilarang agama, eh ini dari dubur pula, ya dosa ganda kan,” kata Nisa seraya berulam senyum manja dan tersipu malu.

Nisa juga menjadi saksi bagaimana oknum polisi suka minta uang keamanan dan jatah Bir (minuman keras) di rumah toko (Ruko) Rangga Sentap. Yah fenomena lokalisasi prostitusi terbesar di Kalbar, khas Rangga Sentap. (lud/bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar